123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Minggu, 06 Maret 2016

Rindu terbayar syukur


Rindu yang membucah sampai ubun-ubun. Meluap hingga membanjiri kenangan. Sudah lama tak bersua dengan hal yang berbau kerja keras, bagi gue itu sangatlah intim. Ada sekeping kebiasaan yang hilang tertelan setiap dentuman detik di jalur waktu.
Senang, ketika akhirnya rindu itu terselamatkan oleh sabar. Memperpanjang kinerja denyut nadi selagi nafas masih mampu menghela oksigen bumi. Telah lama tidak bergelut pada kerasnya dunia. Mencecerkan keringat demi setumpuk uang. Berdarah-darah disetiap pekerjaan. Memekakan telinga mendengar umpatan para petinggi perusahaan.
Rasa syukur tidak pernah luput dari doa saat sujud diantara heningnya malam. Bagi setiap orang malam adalah pupuk terlembut yang menumbuhkan perlahan mekarnya bunga tidur. Menyuburkan mimpi dengan air liur yang mengalir deras di sudut bibir. Namun, ujung bibir yang gue memiliki ideologi apatis, kalimat yang berbentuk sajak terangkai satu persatu yang tanpa sadar ternyata itu doa. Doa keluh kesah, kesehatan, harap, angan, dan segala keselamatan keluarga dan orang-orang terkasih. Dikirimkan oleh bibir ini ditemani sepasang tangan yang menganga lebar menadah di udara, berharap ada ridho yang terjatuh dari langit seperti hujan pelaku banjir.
Tuhan selalu tahu dimana dan kapan rejeki hambanya akan diberikan. Bagaimana cara hambanya untuk berjuang menggapai rejeki tersebut. Bukan dengan tidur atau begadang, merokok sambil menikmati secangkir kopi. Kadang kala beradu debat tentang satu topik tanpa juntrungan yang jelas.
Secercah sinar mimpi akan datang dari mana pun. Entah itu lewat sinar surya pagi atau temaram dikala anggunnya senja jingga. Atau terangnya kerlingan bintang di antara gelap awan kelam.
Gue menunggu berbagai panggilan pekerjaan. Lama menganggur membuat gue seperti manusia tak berguna sedunia. Tak jauh berbeda seperti debu jalanan yang ada hanya untuk mengotori wajah pengendara.
Kehidupan gue menjadi tidak jelas tujuannya. Seperti tersesat di tengah labirin tak berujung. Mondar-mandir kesana kemari tanpa tujuan. Mempikan sesuatu yang direncana tanpa perjuangan. Menikmati malam hingga pagi bersiul mencukil mentari. Atau menadah tangan demi segepok rupiah pada keringat orang tua.
Tak berguna. Bodoh. Bengis. Brengsek. Rasanya percuma terlalu lama mengenyam pendidikan hingga dua belas tahun tetapi hanya berlabuh pada tumpukan kapuk berlapis selimut bermotif batik. Menikmati mimpi di saat orang-orang di dunia nyata sedang berpeluh-peluh menikmati kejamnya dunia fana.
Jangankan orang-orang. Ayam, burung, bebek dan segala macam binatang mungkin akan menertawai kalau tahu gue hanya penikmat kehidupan  perahu kapuk. Mereka tahu hidup tanpa perjuangan seperti lelucon tingkat tinggi yang harus tertawa sampai menangis atau perlu sakit perut.
Setiap sabar akan ada hasilnya. Tuhan sudah menuliskan garis rejeki untuk hamba-hambanya yang memang ingin berjuang. Pada dasarnya berjuang adalah harus. Mimpi adalah cita. Harapan adalah kenyataan. Tak perlu banyak lagi melakukan hal-hal tak berguna. Menyusahkan orang tua atau menghabiskan jatah lauk yang dimasak ibu di pagi buta.
Kini, semua telah berbeda. Ada kesempatan yang dikirimkan oleh sang pencipta alam semesta untuk gue. Tuhan telah memberikan gue istirahat yang cukup untuk menggali uang sendiri. Sepertinya tuhan jengah melihat gue begini-begini saja. Kejengahan itu pun berujung pada pekerjaan yang diberikannya.
Gue bersyukur kesabaran ini ternyata didengar olehnya. Tuhan memang bukan seorang tuli apalagi bisu. Walau tak pernah mendengar suaranya, rasa-rasanya petir pun kalah merdu. Nyanyian tuhan adalah rasa syukur dan berkah bagi kita semua makhluknya. Bersyukur adalah cara satu-satunya menghargai lantunan itu.
 Tak ada yang bisa mengalahkan rasa syukur kepada tuhan. Untuk kedepannya gue akan melakukan yang terbaik. Melakukan segalanya sekuat tenaga. Meski darah dan peluh mengucur deras seperti air terjun, tak peduli. Semua itu adalah tambahan-tambahan ujian yang diberikan tuhan. Kalau jalan hanya mulus saja seperti jalan tol, untuk apa diciptakan kecewa.

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone