123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Sabtu, 05 Desember 2015

Bukan Sekedar Tokai Burung


Denger-denger kalo kejatuhan tahi burung bakal mendapat keberuntungan. Mitos itu sama sekali tidak gue sematkan kepada diri gue sendiri ketika secara tiba-tiba sebuah tokai yang entah dari lobang pantat burung mana yang tanpa assalammulaikum atau permisi hinggap di bahu gue kayak burung hantunya Limbad. Tokai burung ini sangat membuat gue seolah menjadi toilet umum. Kenapa harus gue yang kena ?!!

Awalnya bermula ketika gue sedang menonton perlombaan futsal yang diadakan di sekolah gue. Lapangan futsal yang tidak memiliki atap memang memudahkan untuk burung mana saja melemparkan tokainya kebawah. Namun anehnya adalah kenapa dari sekian ratus orang dilapangan dan begitu luasnya lapangan putsal, kenapa harus gue yang menjadi sasaran tembak tokai burung yang baunya naujubileh itu!! Coba tolong dijelasin wahai pemilik tokai! Kenapa nggak jatohnya ke mata kiper aja ? Ke wasitnya kek. Ke bolanya kek, kemana kek, nggak usah ke bahu gue kali!! Mentang-mentang bahu gue udah nggak ada kepala cewek yang nyender kali yak ? Dasar burung biadap!!

Tokai yang tidak terlalu besar dan bentuknya tidak mempunyai seni artistik tinggi ini tiba-tiba hinggap di bahu gue.  Gue yang duduk dibelakang sudut pojok lapangan dengan sangat tragis dan harus menerima kenyataan menjadi korban keganasan tokai tak bertuan. Dengan sigap teman-teman gue yang berada di dekat gue langsung menjauhi gue dengan jurus sekelebat bayangan. Wajah mereka melemparkan tampang ‘Jijik’ serta melantunkan suara yang seperti musik seriosa ‘Ihhhhh….ketiban taik! Ihhh..bauuuuu!’. Saat itu gue benar-benar merasa seperti jamban. Gue di diskriminasi oleh tokai sialan ini. Gue dikucilkan, semenjak itu strata sosial gue dengan wc bermerk TOHO menjadi sederajat. Mungkin dimasa depan akan ada wc bermerk ‘Paskal’ namun dikhususkan untuk burung-burung yang tidak memiliki wc dirumahnya.

Gue masih heran kenapa harus gue ?! Ini takdir apa kebetulan ? Sampai saat ini gue benar-benar masih membayangkan bagaimana proses awal meluncurnya tokai tersebut. Apa mungkin ketika burung tersangka itu saat di udara lagi terbang santai menikmati semilir angin yang melambai menerpa tubuhnya tiba-tiba perut burung itu sakit. Usus halusnya merinding, usus dua belas jarinya bergemuruh, lambungnya berteriak ‘Cepat keluarkan!!’, dan perutnya nggak berhenti bergetar, mau ke toilet umum nggak sempet. Lalu secepat kilat dimatanya segera membidik bahu gue sebagai target kayak robot-robot di film yang mau nembak musuhnya lalu ada suara system yang bilang ‘Target Lock’. Akhirnya amunisi dalam perutnya yang berbentuk tokai hitam dan diujungnya berwarna putih itu meluncur lewat saluran pembuangannya dengan kecepatan cahaya menghempas angin dan menerpa bahu gue. CROT!! Dengan indah dan elegan tokai itu hinggap dan terlelap di bahu gue. Sial!

Ini gue ketika menjadi target sasaran nuklir tokai burung.


Kalo gue tahu siapa burung yang bertanggung jawab atas tokai ini, gua nggak tanggung-tanggung bakal jeblosin dia ke penjara. Masukin dia ke penjara askaban kalo perlu. Biar memudahkan gue dalam proses persidangannya gue bakal bawa pengacara kondang Hotman Paris Hutapea serta membawa pula kak Seto sebagai pembimbing gue dan mengundang Setia Band untung manggung di acara persidangan. Tunggu pembalasan gue wahai burung kampret!!

Bukan itu saja sepak terjang kehidupan gue dengan tokai burung itu terus berlanjut. Semenjak kejadian itu, setiap kali kemana pun gue pergi, gue selalu parno. Pasti gue cek langit terlebih dahulu untuk memastikan tidak ada burung yang iseng ngelempar tokainya ke tubuh gue lagi. Bahkan ketika di dalam rumah pun gue tetap merasa takut. Takut burung jahat itu menyelinap diam-diam dengan sarung wajah berwarna hitam, cuma mata dan mulutnya yang keliatan. Masuk kedalam rumah lalu menyekap mulut gue dengan sempak, mengikat tubuh gue disebuah kursi, dan mengurung gue di gudang. Udah gitu minta tebusan seratus juta ke keluarga gue. Kalo nggak dikasih tebusannya, dengan sangat terpaksa tokai burung itu akan hinggap diwajah gue. Ahhh gue tidak mau itu terjadi!! Tolong siapa pun yang mendengar gue, TOLONGGG…TOLONGGG. Lebay bat njir. Maklum ini efek Taikburungphobia.

Namanya jodoh mah kita nggak tau kapan datangnya. Begitu pun dengan si tahi burung kampret ini yang mulai meneror kehidupan gue. Entah perbuatan apa yang gue lakukan sampe burung itu begitu kejam membully gue dengan tokainya. Seingat gue, gue nggak pernah berurusan dengan burung apa pun. Kecuali burung gue sendiri (Ini dalam arti yang sebenarnya ya!).

Saat pulang sekolah dan sampai dirumah. Ketika melihat celana abu-abu gue tiba-tiba terlihat berbeda dari sebelumnya. Ada bercak aneh di bagian paha. Bercak itu membuat gue ketakutan. Bercak kecil namun besar aura kejahatannya. Tidak lain dan tidak bukan, ini tokai burung lagi!!. What the pak, kenapa ini terjadi lagi yallah. Kenapa ?!!! Apa salah hambamu ini sehingga tokai itu selalu hadir dalam hidup hamba. Apa ini yang dinamakan cinta datangnya tiba-tiba ? Meskipun memang cinta, kenapa harus sama tokai burung?!!

Gue sungguh ceroboh. Membiarkan tokai itu datang lagi. Lebih parahnya ketika gue sedang mengendarai motor. Gue yakin burung yang satu ini bukan burung yang sembarangan dan dia pasti sudah lama mengenal gue. Kalo ditelaah lebih lanjut, kecepatan motor gue tidak kurang dari 30 km/jam. Dan mana mungkin sebuah tokai mampu mengalahkan kecepatan motor gue. Sumpah jago banget nih burung memperhitungkan jatuhnya tokai ke celana gue. Selain kesal ada sedikit rasa kagum dengan burung tersebut. Pastinya dia akan menjadi penembak jitu yang handal. *Standing Aplause*

Dua kejadian itu tidak berhenti. Perjodohan gue dengan tokai burung masih berlanjut. Gue lupa selang berapa hari atau bulan dengan kejadian tokai sebelumnya. Tapi ini adalah penyerbuan tokai yang paling membuat gue kesal dengan burung yang berak sembarangan. Rasanya ingin membuat plang di badan gue bertuliskan ‘UNTUK BURUNG YANG SEMBARANGAN BERAK DI BADAN GUE. DIKENAKAN DENDA 1 MILYAR ATAU PALING PARAH AKAN DIJADIKAN SATE. INI NGGAK BERCANDA WOI BURUNG-BURUNG!!!’

Waktu itu gue sedang memboncengi seorang cewek. Tanpa gue sadari di kaca spidometer motor gue ada bekas tokai burung yang sudah nggak jelas bentuknya. Seperti ada yang sudah memoles atau tidak sengaja memegangnya. Orang yang tidak sengaja memegangnya adalah GUE. Telapak tangan kiri gue berlumuran tokai. Supaya tidak ketahuan sama cewek yang gue bonceng, gue tetap so cool meski hati dongcool. Rasanya memegang tokai berceceran itu sungguh amat kenyel, menjijikan dan pengen muntah. Nggak nyaman banget bawa motor dengan memegang stang dan ditelapak tangan ada polesan tokai. Saat itu gue punya tiga opsi : pertama, bilang ke cewek yang gue bonceng kalo gue nggak sengaja megang tokai burung. Biasanya kan cewek punya tisu basah, berguna buat ngelap serpihan tokai yang sedang gue genggam ini.

Kedua, Meperin ke rok cewek yang gue bonceng atau ke molesin ke mukanya dan bilang kalo sekarang lagi nge-trend luluran muka pake tokai burung

Ketiga, Diam dan seolah nggak ada apa-apa yang terjadi.

Akhirnya gue memilih opsi yang ketiga. Gue diem aja sampai nganterin dia kerumah. Tersenyum ke dia walau hati gue masih nggak konsen dengan tangan kiri gue. Tiba dirumah, gue langsung ke kamar mandi dan cuci tangan sebersih-bersihnya. Pake bensin, solar, pertamax semua gue campurin ke tangan  lalu gue keluarkan korek api dan gue bakar tangan gue. Eh boong deng, gila aja gue bakar tangan gue sendiri. Yang bener, gue bersihin pake sabun cuci, shampoo, sabun mandi, sabun muka, pepsoden pokoknya yang wangi-wangi gue campurin biar memastikan kalo noda tokai burung itu benar-benar sudah lenyap dibunuh pasukan sabun.

Setelah tangan gue bersih. Stang dan kaca spidometer motor, gue bersihkan menggunakan kanebo yang sudah gue cemplungin ke air sabun. Biar wangi juga. Sambil membersihkan bagian motor yang terkena tokai, gue teringat kembali dengan mitos kalo ketiban tahi burung akan mendapat keberuntungan. Paledut beruntung!! Siapa sih yang nyiptain mitos nggak bermutu itu. Belum pernah diberakin tokai burung kali yak tuh bocah ?!

Lagian gue heran aja kenapa burung itu kok bisa dengan tepatnya touchdown di badan dan motor gue. Apa sih yang sebenarnya yang diinginkan burung-burung itu? Sebenarnya ini takdir apa kebetulan sih ? Kalo kebetulan masa sampe tiga kali. Berarti ini takdir. Oke, gue setuju kalo emang ini takdir. Karena nggak ada sesuatu yang kebetulan. Segala hal yang terjadi di dunia sudah di tuliskan terlebih dahulu oleh sang pencipta. Tinggal kita yang memerankannya dengan baik dan bijaksana. Dengan kejadian tokai ini lama-kelamaan gue jadi terbiasa meski masih rada kesel. Ya, namanya takdir gue nggak bisa ngelak atau menghindar. Sama halnya kayak jodoh, mungkin kali ini gue ditakdirkan untuk bertemu tokai burung. Lain waktu mungkin takdir gue akan dipertemukan sama jodoh gue. Oalah nyambungnya kecinta-cinta lagi kan tuh. Yaudah deh gitu aja sharing gue tentang tokai burung. Buat lo nggak usah takut kejatuhan tokai burung. Itu udeh takdir. Terima aja, nikmatin anggap aja itu jodoh. Jangan juga lo kaitkan itu semua dengan mitos-mitos yang malah bikin lu ke jalan yang sesat.

Udeh bajunya couple-an, sok-sokan mesra lagi. Bikin jomblo iri aja nih!! Gue bikin sate juga lo berdua!


Sekarang tinggal gue menjalankan hidup  dan terus menanti takdir gue untuk kejatuhan tokai burung selanjutnya.


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone