Bukan Sekedar Tokai Burung
Denger-denger kalo kejatuhan tahi burung bakal
mendapat keberuntungan. Mitos itu sama sekali tidak gue sematkan kepada diri
gue sendiri ketika secara tiba-tiba sebuah tokai yang entah dari lobang pantat
burung mana yang tanpa assalammulaikum atau permisi hinggap di bahu gue kayak
burung hantunya Limbad. Tokai burung ini sangat membuat gue seolah menjadi
toilet umum. Kenapa harus gue yang kena ?!!
Awalnya bermula ketika gue sedang menonton
perlombaan futsal yang diadakan di sekolah gue. Lapangan futsal yang tidak
memiliki atap memang memudahkan untuk burung mana saja melemparkan tokainya
kebawah. Namun anehnya adalah kenapa dari sekian ratus orang dilapangan dan
begitu luasnya lapangan putsal, kenapa harus gue yang menjadi sasaran tembak
tokai burung yang baunya naujubileh itu!! Coba tolong dijelasin wahai pemilik
tokai! Kenapa nggak jatohnya ke mata kiper aja ? Ke wasitnya kek. Ke bolanya
kek, kemana kek, nggak usah ke bahu gue kali!! Mentang-mentang bahu gue udah
nggak ada kepala cewek yang nyender kali yak ? Dasar burung biadap!!
Tokai yang tidak terlalu besar dan bentuknya tidak
mempunyai seni artistik tinggi ini tiba-tiba hinggap di bahu gue. Gue yang duduk dibelakang sudut pojok
lapangan dengan sangat tragis dan harus menerima kenyataan menjadi korban
keganasan tokai tak bertuan. Dengan sigap teman-teman gue yang berada di dekat
gue langsung menjauhi gue dengan jurus sekelebat bayangan. Wajah mereka
melemparkan tampang ‘Jijik’ serta melantunkan suara yang seperti musik seriosa ‘Ihhhhh….ketiban
taik! Ihhh..bauuuuu!’. Saat itu gue benar-benar merasa seperti jamban. Gue di diskriminasi
oleh tokai sialan ini. Gue dikucilkan, semenjak itu strata sosial gue dengan wc
bermerk TOHO menjadi sederajat. Mungkin dimasa depan akan ada wc bermerk ‘Paskal’
namun dikhususkan untuk burung-burung yang tidak memiliki wc dirumahnya.
Gue masih heran kenapa harus gue ?! Ini takdir apa
kebetulan ? Sampai saat ini gue benar-benar masih membayangkan bagaimana proses
awal meluncurnya tokai tersebut. Apa mungkin ketika burung tersangka itu saat
di udara lagi terbang santai menikmati semilir angin yang melambai menerpa
tubuhnya tiba-tiba perut burung itu sakit. Usus halusnya merinding, usus dua
belas jarinya bergemuruh, lambungnya berteriak ‘Cepat keluarkan!!’, dan
perutnya nggak berhenti bergetar, mau ke toilet umum nggak sempet. Lalu secepat
kilat dimatanya segera membidik bahu gue sebagai target kayak robot-robot di
film yang mau nembak musuhnya lalu ada suara system yang bilang ‘Target Lock’.
Akhirnya amunisi dalam perutnya yang berbentuk tokai hitam dan diujungnya
berwarna putih itu meluncur lewat saluran pembuangannya dengan kecepatan cahaya
menghempas angin dan menerpa bahu gue. CROT!! Dengan indah dan elegan tokai itu
hinggap dan terlelap di bahu gue. Sial!
Ini gue ketika menjadi target sasaran nuklir tokai burung.
Kalo gue tahu siapa burung yang bertanggung jawab
atas tokai ini, gua nggak tanggung-tanggung bakal jeblosin dia ke penjara.
Masukin dia ke penjara askaban kalo perlu. Biar memudahkan gue dalam proses
persidangannya gue bakal bawa pengacara kondang Hotman Paris Hutapea serta
membawa pula kak Seto sebagai pembimbing gue dan mengundang Setia Band untung
manggung di acara persidangan. Tunggu pembalasan gue wahai burung kampret!!
Bukan itu saja sepak terjang kehidupan gue dengan
tokai burung itu terus berlanjut. Semenjak kejadian itu, setiap kali kemana pun
gue pergi, gue selalu parno. Pasti gue cek langit terlebih dahulu untuk
memastikan tidak ada burung yang iseng ngelempar tokainya ke tubuh gue lagi. Bahkan
ketika di dalam rumah pun gue tetap merasa takut. Takut burung jahat itu
menyelinap diam-diam dengan sarung wajah berwarna hitam, cuma mata dan mulutnya
yang keliatan. Masuk kedalam rumah lalu menyekap mulut gue dengan sempak,
mengikat tubuh gue disebuah kursi, dan mengurung gue di gudang. Udah gitu minta
tebusan seratus juta ke keluarga gue. Kalo nggak dikasih tebusannya, dengan
sangat terpaksa tokai burung itu akan hinggap diwajah gue. Ahhh gue tidak mau
itu terjadi!! Tolong siapa pun yang mendengar gue, TOLONGGG…TOLONGGG. Lebay bat
njir. Maklum ini efek Taikburungphobia.
Namanya jodoh mah kita nggak tau kapan datangnya.
Begitu pun dengan si tahi burung kampret ini yang mulai meneror kehidupan gue.
Entah perbuatan apa yang gue lakukan sampe burung itu begitu kejam membully gue
dengan tokainya. Seingat gue, gue nggak pernah berurusan dengan burung apa pun.
Kecuali burung gue sendiri (Ini dalam arti yang sebenarnya ya!).
Saat pulang sekolah dan sampai dirumah. Ketika
melihat celana abu-abu gue tiba-tiba terlihat berbeda dari sebelumnya. Ada bercak
aneh di bagian paha. Bercak itu membuat gue ketakutan. Bercak kecil namun besar
aura kejahatannya. Tidak lain dan tidak bukan, ini tokai burung lagi!!. What
the pak, kenapa ini terjadi lagi yallah. Kenapa ?!!! Apa salah hambamu ini
sehingga tokai itu selalu hadir dalam hidup hamba. Apa ini yang dinamakan cinta
datangnya tiba-tiba ? Meskipun memang cinta, kenapa harus sama tokai burung?!!
Gue sungguh ceroboh. Membiarkan tokai itu datang
lagi. Lebih parahnya ketika gue sedang mengendarai motor. Gue yakin burung yang
satu ini bukan burung yang sembarangan dan dia pasti sudah lama mengenal gue.
Kalo ditelaah lebih lanjut, kecepatan motor gue tidak kurang dari 30 km/jam.
Dan mana mungkin sebuah tokai mampu mengalahkan kecepatan motor gue. Sumpah
jago banget nih burung memperhitungkan jatuhnya tokai ke celana gue. Selain kesal
ada sedikit rasa kagum dengan burung tersebut. Pastinya dia akan menjadi
penembak jitu yang handal. *Standing Aplause*
Dua kejadian itu tidak berhenti. Perjodohan gue
dengan tokai burung masih berlanjut. Gue lupa selang berapa hari atau bulan
dengan kejadian tokai sebelumnya. Tapi ini adalah penyerbuan tokai yang paling
membuat gue kesal dengan burung yang berak sembarangan. Rasanya ingin membuat
plang di badan gue bertuliskan ‘UNTUK BURUNG YANG SEMBARANGAN BERAK DI BADAN
GUE. DIKENAKAN DENDA 1 MILYAR ATAU PALING PARAH AKAN DIJADIKAN SATE. INI NGGAK
BERCANDA WOI BURUNG-BURUNG!!!’
Waktu itu gue sedang memboncengi seorang cewek.
Tanpa gue sadari di kaca spidometer motor gue ada bekas tokai burung yang sudah
nggak jelas bentuknya. Seperti ada yang sudah memoles atau tidak sengaja memegangnya.
Orang yang tidak sengaja memegangnya adalah GUE. Telapak tangan kiri gue
berlumuran tokai. Supaya tidak ketahuan sama cewek yang gue bonceng, gue tetap
so cool meski hati dongcool. Rasanya memegang tokai berceceran itu sungguh amat
kenyel, menjijikan dan pengen muntah. Nggak nyaman banget bawa motor dengan
memegang stang dan ditelapak tangan ada polesan tokai. Saat itu gue punya tiga
opsi : pertama, bilang ke cewek yang gue bonceng kalo gue nggak sengaja megang
tokai burung. Biasanya kan cewek punya tisu basah, berguna buat ngelap serpihan
tokai yang sedang gue genggam ini.
Kedua, Meperin ke rok cewek yang gue bonceng atau ke
molesin ke mukanya dan bilang kalo sekarang lagi nge-trend luluran muka pake
tokai burung
Ketiga, Diam dan seolah nggak ada apa-apa yang
terjadi.
Akhirnya gue memilih opsi yang ketiga. Gue diem aja
sampai nganterin dia kerumah. Tersenyum ke dia walau hati gue masih nggak
konsen dengan tangan kiri gue. Tiba dirumah, gue langsung ke kamar mandi dan
cuci tangan sebersih-bersihnya. Pake bensin, solar, pertamax semua gue campurin
ke tangan lalu gue keluarkan korek api
dan gue bakar tangan gue. Eh boong deng, gila aja gue bakar tangan gue sendiri.
Yang bener, gue bersihin pake sabun cuci, shampoo, sabun mandi, sabun muka,
pepsoden pokoknya yang wangi-wangi gue campurin biar memastikan kalo noda tokai
burung itu benar-benar sudah lenyap dibunuh pasukan sabun.
Setelah tangan gue bersih. Stang dan kaca spidometer
motor, gue bersihkan menggunakan kanebo yang sudah gue cemplungin ke air sabun.
Biar wangi juga. Sambil membersihkan bagian motor yang terkena tokai, gue
teringat kembali dengan mitos kalo ketiban tahi burung akan mendapat
keberuntungan. Paledut beruntung!! Siapa sih yang nyiptain mitos nggak bermutu
itu. Belum pernah diberakin tokai burung kali yak tuh bocah ?!
Lagian gue heran aja kenapa burung itu kok bisa
dengan tepatnya touchdown di badan
dan motor gue. Apa sih yang sebenarnya yang diinginkan burung-burung itu?
Sebenarnya ini takdir apa kebetulan sih ? Kalo kebetulan masa sampe tiga kali.
Berarti ini takdir. Oke, gue setuju kalo emang ini takdir. Karena nggak ada
sesuatu yang kebetulan. Segala hal yang terjadi di dunia sudah di tuliskan
terlebih dahulu oleh sang pencipta. Tinggal kita yang memerankannya dengan baik
dan bijaksana. Dengan kejadian tokai ini lama-kelamaan gue jadi terbiasa meski
masih rada kesel. Ya, namanya takdir gue nggak bisa ngelak atau menghindar.
Sama halnya kayak jodoh, mungkin kali ini gue ditakdirkan untuk bertemu tokai
burung. Lain waktu mungkin takdir gue akan dipertemukan sama jodoh gue. Oalah
nyambungnya kecinta-cinta lagi kan tuh. Yaudah deh gitu aja sharing gue tentang
tokai burung. Buat lo nggak usah takut kejatuhan tokai burung. Itu udeh takdir.
Terima aja, nikmatin anggap aja itu jodoh. Jangan juga lo kaitkan itu semua
dengan mitos-mitos yang malah bikin lu ke jalan yang sesat.
Udeh bajunya couple-an, sok-sokan mesra lagi. Bikin jomblo iri aja nih!! Gue bikin sate juga lo berdua!
Sekarang tinggal gue menjalankan hidup dan terus menanti takdir gue untuk kejatuhan
tokai burung selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar