123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Senin, 21 Desember 2015

Review #CurhatSambilGalau

19 Desember 2015 Hari sabtu pagi, Jakarta diguyur hujan. Dingin. Basah. Butuh kehangatan. Kangen mantan. Kangen kamu. Kangen kenyamanan di bonceng gojek. Yaampun..Ngapa jadi nggak jelas gini. Udah kelamaan tenggelam di muara kejomloan gini nih!!

Sabtu siang sorotan sinar matahari begitu terik usai hujan di pagi hari yang masih gelap tadi sangat menyilaukan mata. Gue meluncur ke Kebayoran Baru dari rumah mengunakan motor di temani fitur google maps di smarphone gue. Gue menghadiri pertemuan yang diadakan oleh penulis buku GALAU PASTI BERLALU yaitu Nadia Wow. Wow sekalehhhh.

Kehadiran gue ke Coffe Institute melainkan bukan hanya nongkrong-nangkring biasa seperti anak-anak sevel yang suka gadoin slurpee pake sambal. Gue datang kesini berkat undangan karena gue berhasil terpilih sebagai salah satu dari tiga pemenang lomba yang diadakan oleh Nadia Wow sendiri. Meski awalnya rada tidak percaya dengan kenyataan bahwa tulisan gue terpilih, akhirnya gue mulai yakin kalau Nadia lagi sakaw pas baca tulisan gue sampai bisa khilaf milih tulisan gue untuk duduk di tiga besar.



Berkat tuntunan yang pasti dari google maps, gue diarahkan dan dibimbing selama perjalanan ke Coffe Institute. Meskipun gue sudah tahu daerah kebayoran baru tempat Coffe Institute berada, gue belom yakin keberadaan pastinya Coffe Institute berdiri.

Tak perlu waktu lama. Jalan yang tidak macet, cuaca yang mendukung, dan sekali lagi tidak lepas dari andil keahlihan google maps menjadi Tour Guide dadakan, gue pun tiba dengan ganteng di lahan parkir Coffe Institute.

Gue masuk ke dalam cafe. Sebelum ke ruangan utama cafe, gue diharuskan menyusuri tangga lalu mata gue jelalatan melihat desain interior yang gokil abis. Dengan konsep atap rumah, beberapa rak buku, dan mural bergambar buku disalah satu bagian dinding membawa gue kedalam suasana perpustakaan di atap rumah. Pelayannya ramah serta kursi yang ditata rapih, sofa-sofa yang empuk kayak kue bantal, dan mainan-mainan yang disediakan untuk pelanggan yang datang menambah keasikan café ini. Dari semua kegokilan desain, konsep, dan tambahan fitur yang disediakan oleh Café Coffe Institute yang paling penting untuk jomlo seperti gue hanya satu. Cukup dengan FREE WIFI. 

Wifi pun merubah pandangan gue terhadap cafe ini. Yang awalnya gue tampak takjub melihat-lihat keseluruhan cafe, karena adanya Free Wifi akhirnya gue memutuskan lebih asyik menatap layar handphone sejenak sampai acara dimulai.

Gue bersapa salam dengan Kak Nadia yang sudah sampai terlebih dahulu dan sedang santai bersandar di sofa sambil membaca buku. Gue juga tidak sengaja datang berbarengan dengan Qincus, salah satu pemenang #CurhatSambilGalau

Tak lama gue datang. Iir menyusul dengan kegirangan lalu cipika-cipiki dengan Nadia. Gue lihatin. Gue pikir-pikir. Nih orang girang amat yaa hahaha. Disusul lagi kedatangan Kak Any (Editor Gagasmedia) dengan pacarnya yang penampilannya Vintage klimis  dengan kostum hitam seperti abis nyelawat dan membawa bunga.

Setelah semua berkumpul, gue disodorkan daftar menu. Mata gue menelusuri segala macam nama yang semuanya terasa asing di otak gue. Biasa juga makan nasi uduk, sekarang gaya-gayaan ke café beli makanan yang harganya sama dengan sepuluh bungkus nasi uduk. Sekali lagi gue perhatiin satu per satu nama makanan dan minuman. Berharap ada salah satu tulisannya Nasi Goreng Pete. Harapan gue sirna setelah melihat bahwa tidak ada makanan semacam itu di café sekelas Coffe Institute ini. Akhirnya tidak berlama-lama lagi karena kalau dituruti bisa sepuluh abad gue milih makanan di daftar menu ini. Pilihin gue akhirnya tertuju pada Coffe Latte anget dan Chicken Wings. Bukan karena gue memang suka dengan makanan yang gue pilih itu, melainkan itu semua berkat nama menu yang gue anggap paling keren daripada nama-nama makanan dan minuman lainnya.

Serangkaian #CurhatSambilGalau dimulai dengan membahas secara lisan tulisan yang dilombakan. Dimulai dari gue, gue menceritakan secara detail satu per satu kronologis kegalauan gue dengan seseorang, mulai dari kenalan, coba deket, ngerasa deket, udah mulai baper, sampai ditolak gue paparkan secara gamblang dengan beberapa kali gelak tawa terselip di tengah-tengah kalimat. Dilanjutkan lagi oleh Iir dan Qincus.

Bukan hanya para pemenang yang membagi cerita galau-galau rianya. Nadia juga membeberkan secara asik dan gokil cerita-ceritanya yang sarat akan kesedihan. Penuh kesendirian, kesakitan, dan kegalauan yang sangat dalam seperti tenggelam di tengah lautan antartik Nadia amat sangat galau di kisah percintaannya. Jadi nggak tega ngedenger cerita-ceritanya.
Dalam pertemuan tersebut, gue lah yang paling muda dan paling cute. Cute meski terlihat Beast. Dibalik kedewasaan mereka gue mendapat banyak pelajaran tentang menyikapi galau di dunia percintaan. Yang paling gue antusias mendengarnya adalah ketika mereka pernah ditinggal nikah sama mantan. Seperti tidak di undang atau pun di undang untuk datang ke pernikahan mantan. Gue yang sewajarnya masih anak piyik baru lulus sekolah, sama sekali belum pernah merasakan hal yang katanya perih itu. Mereka bercerita secara bergantian. Gue doang yang kurang pengalaman dalam hal nikah-nikahan. Gue cuma bisa diem dan dengerin kegalauan mereka yang di tinggal kawin.

Ditengah curhatan mereka tentang sakitnya "tidak di undang" atau "di undang" mantan untuk datang ke pernikahannya. Kata Nadia,  Di undang nggak di undang rasanya sama-sama sakit. Tiba-tiba secara mendadak terbesit di pikiran gue, jika nanti gue udah punya pacar lagi, kayaknya gue harus buru-buru nikah. Jangan sampe kejadian pahit seperti mereka itu juga ikut gue rasakan. Jangan sampe!!!

Selain curhat dan ketawa-ketawa bareng. Gue juga dapet banyak pelajaran berharga yang nggak bisa gue dapetin di sekolah. Mungkin ada di sekolah, tapi gue kebetulan lagi nggak merhatiin saat itu. Gue nanya-nanya tentang teknis penulisan. Bagaimana cara membuat outline yang baik dan benar ataupun dari segi non teknis saat penulisan. Kak Any pun memberi beberapa penjelasan yang langsung gue simpan baik-baik di otak untuk kemajuan penulisan gue. Selain menulis, banyak-banyaklah membaca. Baca.Baca.Dan Baca.

Serangkaian pertemuan ini terus berlalu sampai senja cemburu lalu menangis. Hujan turun begitu deras. Memaksa gue, Kak Nadia. Iir dan Qincus yang masih berada di Coffe Institute untuk menunggu tangisan senja mereda. Hujan berlalu, kita akhirnya menyudahi pertemuan berharga yang diselimuti romansa melankolis hari ini. Meskipun singkat banyak cerita galau dan pelajaran yang bisa gue arsipkan dalam otak gue. Menjadi pengalaman gue ngumpul bareng penulis sekaligus editornya. Seneng ? Banget. Sampai gue sempat berfikir ingin sekali berada di posisi Kak Nadia dan membuat acara seperti ini juga. Mungkin nanti. Nanti ketika gue sudah siap. Dan waktu yang akan membuktikan itu semua. Thanks buat semuanya, Kak Nadia, Kak Any, pacarnya Kak Any yang gokil abis klimis gileeee (Beli dimana pomadenya ?) , Iir dan Qincus. Mudah-mudahan bisa ketemuan lagi dengan cerita yang lebih menyenangkan tanpa harus melupakan kegalauan.

Weitts… Pepatah mengatakan Tak ada pertemuan tanpa berfoto. Jadi, pastinya kami nggak akan lupa dengan ritual mainstream ini. Selain foto-foto yang digunakan untuk menjadi stok dp bbm, Line, dan WA. Sekaligus sedikit pamer sama nyokap dirumah kalo anaknya abis ngongkow-ngongkow di cafe. Norak bat dah ah Hahahay. 

Jangan heran dan jangan kaget jika kebanyakan foto gue tidak terlihat karena gue perlu menyesuaikan arah sinar dengan wajah gue yang hitam legam kayak semiran sepatu

Empat manusia yang berfikir jadi jomblo harus yang tawakal. Jomlo yang banyak akal.









0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone