Review Buku Revered Back
Berbagai macam cara manusia menunjukkan rasa
cintanya kepada orang lain. Salah satunya, dengan cara yang tak manusiawi bahkan
harus menjegal satu sama lain demi mendapatkan sosok cinta kasihnya itu.
Sendiri, ya, harus berjuang sendiri demi melancarkan segala keinginannya. Tak
luput pula berbagai cara curang, tragis, bahkan anarkis harus dilakukan.
Itulah realita percintaan yang tak terbalas yang
justru harus dipaksakan dengan kehendak jahat. Masa lalu yang kelam dan
menenggelamkan ke dasar laut paling dalamlah tempatnya untuk bersembunyi. Ironis, jika kita hadir
diantara terang benderangnya cahaya namun kita menjadi titik gelap
ditengah-tengahnya.
Sakit hati yang terpendam terus menerus menguasi
jiwa, hati, dan raga. Tak bisa terbendung lagi apabila orang-orang yang
seharusnya berada di samping kita justru pergi menjauh ke ruang dimensi yang tak
kasat mata. Rangkulan yang harusnya meredamkan amarah, justru berganti menjadi
letupan emosi. Kecaman selalu terselip diantara emosi tersebut.
Kini, disaat keputusasaan membimbing untuk menyudahi cerita hiduop. Datang lah sebuah cahaya baru dari balik
kelamnya masa lalu. Terlihat sama namun berbeda. Rasa baru. Jiwa baru. Semangat
baru. Cinta baru. Sampai kehidupan yang gelap gulita berubah menjadi terang
benderangnya bulan malam. Cahaya itu hadir untuk menyelimuti hati dan jiwa yang
pudar.
Datanglah sebuah bias sinar yang kini perlahan
merubah pandangan hidup tentang kejamnya kesendirian. Perihnya hidup dibalik
kebencian dan kesalahpahaman. Hadirnya cahaya itu cukup menenangkan meski tak
menghentikan rasa pedihnya sendiri. Perjuangan dan kesalahan seseorang dimasa
lalu kian lama berganti menjadi raut senyum yang merekah. Karena hidup harus
diperjuangkan meski mengorbankan diri sendiri. Memang itu lah seharusnya, karena di
dunia ini masih ada yang membutuhkan kita. Siapa pun dia, diri kita lah yang
pantas untuk diperjuangkan.
Jana
dan Dimi adalah bayangan dan benda. Tidak pernah terpisah, juga tak pernah
bersama. Dimi tak pernah mau menganggap Jana ada. Selalu menolak hingga Jana
menjadi gelap mata.
Jana
lalu rela melakukan segalanya agar selalu terlihat di mata Dimi. Termasuk
menyingkirkan Gwen----perempuan yang disukai Dimi.
Ketika
akhirnya Jana tahu Dimi tak akan pernah memilihnya, Cakra hadir.
Hidup
yang sama kelam, luka yang sama dalam, membuat Cakra menjadi orang yang paling
mengerti.
Dan
Cakra juga yang membuat Jana sadar….sebenarnya siapakah dia selama ini ?
Saat gue baca buku ini, setiap membalik lembar demi
lembar halaman sama seperti menonton sebuah film di layar bioskop. Kalimatnya
berubah menjadi scene film yang nyata. Nggak bisa sedetik pun untuk menutup
buku itu, jangankan menutup untuk meninggalkannya ke kamar mandi saja perlu
perjuangan yang kuat. Novel ini sangatlah recommended untuk kalian yang demen
novel romance, meski menyangkut banyak tentang cinta, novel ini tidak melulu
pada sebuah drama yang menjijikkan ketika kita membacanya. Kita akan dibawa
kepada suasana yang bengis, kejam, menyenangkan, kesedihan, tantangan, dan
segala macamnya tentang realita hidup.
0 komentar:
Posting Komentar