Van Gaal Cinta yang Gagal
Awal minggu ini memang tidak terlalu menonjolkan
perbedaan yang signifikan di hidup gue sampai akhirnya ketika rabu dinihari, meski pagi
belum menunjukkan senyuman indahnya lewat matahari. Gue merasa kalut saat
melihat skor akhir 3-2 untuk kemenangan Wolfsburg. Manchester United kalah !!
Fix MU harus berlaga di kompetisi kasta kedua eropa, liga eropa.
Tidur gue jadi nggak nyenyak. BBM terus sepi nggak
ada yang nge-chat. Maen PES pake MU jadi kalah mulu. Seakan permainan MU
sungguh-sungguh pindah ke dunia digital.
Sebagai mancunian sejak ciki ciko masih prestisius
di zamannya, gue sangatlah sedih dengan hasil yang kurang baik ini. Lebih
tepatnya hasil yang sangat buruk! Permainan MU tidaklah menunjukkan bahwa
mereka tim yang patut di segani. Padahal waktu MU masih dinahkodai oleh opa Sir
Alex Ferguson, MU adalah tim yang sangat di takuti oleh lawan-lawannya. Lebih
menakutkan dibanding bertemu pocong feat genderuwo dan kuntilanak dimalem jumat
lagi boncengan naik motor mio modifan, knalpot racing, sambil teriak-teriak ‘yeayy…yeayyy’.
Banyak yang menduga bahkan menyalahkan Louis Van
Gaal lah yang patut bertanggung jawab atas kegagalan MU ini. Komentar pedas
dilancarkan bertubi-tubi dari beberapa
pihak seperti fans, tak luput juga mantan pemain MU seperti Rio Ferdinand, Paul
Scholes, dan bahkan mantan pelatih Sir Alex. Gue sendiri kalo punya bbm-nya Van
gaal langsung gue maki-maki tuh orang. Lagian apa-apaan sih dalam keadaan
tertinggal 3-2, pemain yang masih bermain bagus justru ditarik keluar
digantikan pemain muda. Gue tau apa yang dilakukan Van Gaal ini semata-mata
untuk memberikan pengalaman untuk para pemain muda yang minim jam terbang.
Tapi, ini keadaan genting Gall!! Buset dah Van gaal, iya sih gue memang nggak
sejenius Van Gaal dalam meracik strategi, tapi kalo diliat dari permainan
kemarin saat melawan Wolfsburg, Van Gaal seperti tidak memberikan formasi yang selayaknya
diberikan untuk tim raksasa inggris, gue rasa kalo tanding PES lawan gue, kalah
tuh bocah.
Pada sedih tuh pemain MU. Ditambah smalling cedera
Udah gitu bukannya memberikan semangat atau sekedar
menyampaikan intruksi dipanggir lapangan. Justru Van Gaal hanya sibuk di bench
dengan catatan kecilnya yang ia sayangi. Entah dia nulis-nulis apa, gue nggak
tau. Yang pasti bukan surat cinta atau surat pengunduruan diri jadi pelatih.
Menurut berita yang dilansir di bola.net, para
pemain MU sangat tertekan dengan catatan yang ditulis Van Gall tersebut. Aneh
memang, seorang pelatih bukannya memberikan intruksi dipinggir lapangan justru
membuat catatan yang malah menjadikan beban para pemain dilapangan. Mungkin
catatan yang ditulis itu adalah sebuah perintah yang mengharuskan pemain MU
untuk bermain lebih baik atau menjaga pemain lawan lebih ketat. Entah lah
seketat apa pemain MU harus menjaga pemain lawan, apakah seketat sempak Van
Gaal ? Nggak tau juga, sih, Van Gaal pake sempak atau tidak.
Van sedang membawa catatannya untuk bekal uts-nya
Kalo dikaitkan seperti sebuah hubungan cinta, Van Gaal
merupakan sosok dari sebuah kerusakan hubungan. Seperti layaknya kasih sayang
antara dua insan mahluk hidup bernama manusia, pasti akan adanya sebuah
pertengkaran. Disini lah sosok Van Gaal muncul, ia menjadi sekelebat pertikaian
dalam hubungan.
Tidak ada chemistry
antara pasangan tersebut. Sebuah aksara yang tertulis dilembaran kertas polos
tak akan bisa meredakan pertikaian itu. Setiap hubungan perlu adanya komunikasi
visual bukan hanya komunikasi verbal lewat suatu tulisan.
Untuk meredakannya berilah sebuah aksi yang saling
memberi satu sama lain. Bukan hanya satu pihak yang memberi. Jika kita
memberikan kasih sayang ke pasangan, ya, seharusnya pasangan juga harus
memberikan pula kasih sayang yang sama. Cinta setengah kasih tak akan bertahan
lama jika hanya satu sisi yang lebih menonjol. Cinta bukan lah sesuatu yang
harus ditonjolkan dari sisi lain, tapi sesuatu yang harus disatukan dengan dua
hati yang saling mencintai.
Schweinteiger sangat terpukul dengan hasil yang diraih MU
Coba kembali kita ulas masalah yang dialami pemain
MU dengan Louis Van Gaal. Mereka layaknya seperti sebuah pasangan. Perlu adanya
komunikasi yang intens ditengah hubungan mereka. Salahnya adalah Van Gaal hanya
bisa menghubungkan dirinya dengan pemain lewat sebuah catatan yang mengerikan.
Bagi para pemain catatan itu adalah sebuah bencana jika nama mereka ada
didalamnya. Saat bertanding pun pemain tidak bisa konsentrasi karena catatan itu
terus menghantui kepala mereka selama bertanding. Coba seandainya Van Gaal dengan
tegas memberikan arahan di pinggir lapangan, pastinya para pemain tak akan
memikirkan catatan itu selama bertandingan berlangsung.
Van Gaal memang belum gagal. Tapi Van Gaal adalah
cinta yang gagal. Hubungannya dengan pemain tidaklah seperti romansa indah di film romeo & Juliet. Mereka layaknya
sebuah hubungan LDR. Merasa jauh dihadang lautan lepas, dihadang samudera luas,
dihadang hutan belantara dan tak bisa memberikan apa-apa lewat jarak dekat. Van
Gaal sangat lah dekat ketika pemain sedang bertanding namun ia justru
menjauhkan jarak itu dengan catatan ditangannya. Coretan di kertasnya menjadi
suatu pesan yang menunjukkan dirinya telah gagal menjalin hubungan yang kuat
dengan pemain. Mulutnya masih ada tapi hanya bisa menggambarkan mimik kekecewaan
yang sebenarnya ia rancang sendiri.
Pemain MU butuh sosok yang bisa memberikan semangat
yang kuat. Semangat api membara. Semangat prajurit dalam peperangan. Semangat
pemain dalam pertandingan. Semangat kemenangan dan pantang menyerah.
Tinggal sekarang semua nasib ada ditangan Van Gaal.
Mundur atau membuat MU kembali ke jalur kemenangan. Oke kalo kemenangan sangat
sulit, cukup berilah kami para fans sebuah permainan berkelas. Itu sudah cukup
menghibur kita. MU memang tidak segesit barca yang memiliki Lionel Messi atau
seganas Real Madrid yang punya manusia robot, Ronaldo. Tapi, MU punya jiwa
juara yang kuat. Sir Alex telah membuktikannya di tahun 2013, dengan materi
pemain yang biasa saja, Sir Alex mampu membawa MU ke pucuk singgah sana
tertinggi liga Inggris.
7 tahun yang lalu. Dramatis. Sekarang juga nggak kalah dramatisnya. Yakan ? iyakan ?
Postingan ini memang tak akan membuat Van Gaal berubah
atau membuat MU lolos ke 16 besar liga Champions. Namun, setidaknya kekalutan
gue tentang kinerja sang pelatih bisa terluapkan disini. Van Gaal juga nggak
akan baca postingan ini. Lagian kalo beliau nemuin postingan ini, dia juga
nggak akan peduli. Apalah arti sebuah postingan ini untuk dia.
Eiittss, tapi jika kalian yang baca postingan ini
juga mancunian seperti gue, bisa komen-komen. Kita senasib kok.
Dan mungkin kalian punya Pin BBM Louis Van Gaal atau Account Line-nya. Bisa di
copy-paste postingan ini lalu terjemahin ke bahasa belanda, terus kirim ke beliau. Biar dia baca
postingan ini!! Gue masih berharap MU bisa melakukan yang terbaik kedepannya.
Dan melupakan kegagalan dikancah eropa ini. Jadikan sebuah kegagalan ini
sebagai penyulut api semangat. GGMU!!!
0 komentar:
Posting Komentar