123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Kamis, 10 Desember 2015

Van Gaal Cinta yang Gagal


Awal minggu ini memang tidak terlalu menonjolkan perbedaan yang signifikan di hidup gue sampai akhirnya ketika rabu dinihari, meski pagi belum menunjukkan senyuman indahnya lewat matahari. Gue merasa kalut saat melihat skor akhir 3-2 untuk kemenangan Wolfsburg. Manchester United kalah !! Fix MU harus berlaga di kompetisi kasta kedua eropa, liga eropa.

Tidur gue jadi nggak nyenyak. BBM terus sepi nggak ada yang nge-chat. Maen PES pake MU jadi kalah mulu. Seakan permainan MU sungguh-sungguh pindah ke dunia digital.

Sebagai mancunian sejak ciki ciko masih prestisius di zamannya, gue sangatlah sedih dengan hasil yang kurang baik ini. Lebih tepatnya hasil yang sangat buruk! Permainan MU tidaklah menunjukkan bahwa mereka tim yang patut di segani. Padahal waktu MU masih dinahkodai oleh opa Sir Alex Ferguson, MU adalah tim yang sangat di takuti oleh lawan-lawannya. Lebih menakutkan dibanding bertemu pocong feat genderuwo dan kuntilanak dimalem jumat lagi boncengan naik motor mio modifan, knalpot racing, sambil teriak-teriak ‘yeayy…yeayyy’.

Banyak yang menduga bahkan menyalahkan Louis Van Gaal lah yang patut bertanggung jawab atas kegagalan MU ini. Komentar pedas dilancarkan bertubi-tubi dari  beberapa pihak seperti fans, tak luput juga mantan pemain MU seperti Rio Ferdinand, Paul Scholes, dan bahkan mantan pelatih Sir Alex. Gue sendiri kalo punya bbm-nya Van gaal langsung gue maki-maki tuh orang. Lagian apa-apaan sih dalam keadaan tertinggal 3-2, pemain yang masih bermain bagus justru ditarik keluar digantikan pemain muda. Gue tau apa yang dilakukan Van Gaal ini semata-mata untuk memberikan pengalaman untuk para pemain muda yang minim jam terbang. Tapi, ini keadaan genting Gall!! Buset dah Van gaal, iya sih gue memang nggak sejenius Van Gaal dalam meracik strategi, tapi kalo diliat dari permainan kemarin saat melawan Wolfsburg, Van Gaal seperti tidak memberikan formasi yang selayaknya diberikan untuk tim raksasa inggris, gue rasa kalo tanding PES lawan gue, kalah tuh bocah.

Pada sedih tuh pemain MU. Ditambah smalling cedera


Udah gitu bukannya memberikan semangat atau sekedar menyampaikan intruksi dipanggir lapangan. Justru Van Gaal hanya sibuk di bench dengan catatan kecilnya yang ia sayangi. Entah dia nulis-nulis apa, gue nggak tau. Yang pasti bukan surat cinta atau surat  pengunduruan diri jadi pelatih.

Menurut berita yang dilansir di bola.net, para pemain MU sangat tertekan dengan catatan yang ditulis Van Gall tersebut. Aneh memang, seorang pelatih bukannya memberikan intruksi dipinggir lapangan justru membuat catatan yang malah menjadikan beban para pemain dilapangan. Mungkin catatan yang ditulis itu adalah sebuah perintah yang mengharuskan pemain MU untuk bermain lebih baik atau menjaga pemain lawan lebih ketat. Entah lah seketat apa pemain MU harus menjaga pemain lawan, apakah seketat sempak Van Gaal ? Nggak tau juga, sih, Van Gaal pake sempak atau tidak.

Van sedang membawa catatannya untuk bekal uts-nya


Kalo dikaitkan seperti sebuah hubungan cinta, Van Gaal merupakan sosok dari sebuah kerusakan hubungan. Seperti layaknya kasih sayang antara dua insan mahluk hidup bernama manusia, pasti akan adanya sebuah pertengkaran. Disini lah sosok Van Gaal muncul, ia menjadi sekelebat pertikaian dalam hubungan.

Tidak ada chemistry antara pasangan tersebut. Sebuah aksara yang tertulis dilembaran kertas polos tak akan bisa meredakan pertikaian itu. Setiap hubungan perlu adanya komunikasi visual bukan hanya komunikasi verbal lewat suatu tulisan.

Untuk meredakannya berilah sebuah aksi yang saling memberi satu sama lain. Bukan hanya satu pihak yang memberi. Jika kita memberikan kasih sayang ke pasangan, ya, seharusnya pasangan juga harus memberikan pula kasih sayang yang sama. Cinta setengah kasih tak akan bertahan lama jika hanya satu sisi yang lebih menonjol. Cinta bukan lah sesuatu yang harus ditonjolkan dari sisi lain, tapi sesuatu yang harus disatukan dengan dua hati yang saling mencintai.

Schweinteiger sangat terpukul dengan hasil yang diraih MU

Coba kembali kita ulas masalah yang dialami pemain MU dengan Louis Van Gaal. Mereka layaknya seperti sebuah pasangan. Perlu adanya komunikasi yang intens ditengah hubungan mereka. Salahnya adalah Van Gaal hanya bisa menghubungkan dirinya dengan pemain lewat sebuah catatan yang mengerikan. Bagi para pemain catatan itu adalah sebuah bencana jika nama mereka ada didalamnya. Saat bertanding pun pemain tidak bisa konsentrasi karena catatan itu terus menghantui kepala mereka selama bertanding. Coba seandainya Van Gaal dengan tegas memberikan arahan di pinggir lapangan, pastinya para pemain tak akan memikirkan catatan itu selama bertandingan berlangsung.

Van Gaal memang belum gagal. Tapi Van Gaal adalah cinta yang gagal. Hubungannya dengan pemain tidaklah seperti romansa indah  di film romeo & Juliet. Mereka layaknya sebuah hubungan LDR. Merasa jauh dihadang lautan lepas, dihadang samudera luas, dihadang hutan belantara dan tak bisa memberikan apa-apa lewat jarak dekat. Van Gaal sangat lah dekat ketika pemain sedang bertanding namun ia justru menjauhkan jarak itu dengan catatan ditangannya. Coretan di kertasnya menjadi suatu pesan yang menunjukkan dirinya telah gagal menjalin hubungan yang kuat dengan pemain. Mulutnya masih ada tapi hanya bisa menggambarkan mimik kekecewaan yang sebenarnya ia rancang sendiri.

Pemain MU butuh sosok yang bisa memberikan semangat yang kuat. Semangat api membara. Semangat prajurit dalam peperangan. Semangat pemain dalam pertandingan. Semangat kemenangan dan pantang menyerah.

Tinggal sekarang semua nasib ada ditangan Van Gaal. Mundur atau membuat MU kembali ke jalur kemenangan. Oke kalo kemenangan sangat sulit, cukup berilah kami para fans sebuah permainan berkelas. Itu sudah cukup menghibur kita. MU memang tidak segesit barca yang memiliki Lionel Messi atau seganas Real Madrid yang punya manusia robot, Ronaldo. Tapi, MU punya jiwa juara yang kuat. Sir Alex telah membuktikannya di tahun 2013, dengan materi pemain yang biasa saja, Sir Alex mampu membawa MU ke pucuk singgah sana tertinggi liga Inggris.

7 tahun yang lalu. Dramatis. Sekarang juga nggak kalah dramatisnya. Yakan ? iyakan ?


Postingan ini memang tak akan membuat Van Gaal berubah atau membuat MU lolos ke 16 besar liga Champions. Namun, setidaknya kekalutan gue tentang kinerja sang pelatih bisa terluapkan disini. Van Gaal juga nggak akan baca postingan ini. Lagian kalo beliau nemuin postingan ini, dia juga nggak akan peduli. Apalah arti sebuah postingan ini untuk dia.

Eiittss, tapi jika kalian yang baca postingan ini juga mancunian seperti gue, bisa komen-komen. Kita senasib kok. Dan mungkin kalian punya Pin BBM Louis Van Gaal atau Account Line-nya. Bisa di copy-paste postingan ini lalu terjemahin ke bahasa belanda, terus kirim ke beliau. Biar dia baca postingan ini!! Gue masih berharap MU bisa melakukan yang terbaik kedepannya. Dan melupakan kegagalan dikancah eropa ini. Jadikan sebuah kegagalan ini sebagai penyulut api semangat. GGMU!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone