123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Sabtu, 18 Mei 2013

Cerpen: Terjebak Di Villa Berhantu


Suasana mencekam dengan suara serangga serangga kecil yang membisingkan telinga. Hanya cahaya lampu yang redup dan hampir rusak, bisa dikatakan remang remang yang menyinari teras villa itu.
Tidak ada tanda tanda kalau villa itu berpenghuni. Karena sejak mereka tiba di villa, belum ada yang menyambut mereka. “ Rob, lu yakin ini villanya ? ko sepi gini ya ? ” tanya Vira heran. “ Iya aku yakin ko ini villanya, Vir ” Jawab Robi sambil mengedarkan pandangannya keseluruh sudut villa. “ Yaudah pencet dulu belnya dari pada kita nunggu di depan gini nggak jelas ” ucap Jarot menyuruh. Lony langsung menekan tombol bel yang berada di sebelah pintu “ Ko gak bunyi ya belnya? ” . “ Berarti belnya rusak ” potong Robi memberi penjelasan. Robi lalu mengetuk pintu tetapi tidak ada jawaban dari dalam villa.
Hembusan angin semilir menjalar keseluruh kulit hingga membuat bulu guduk berdiri. Sampai tengah malam mereka masih duduk menunggu sesuatu yang tak pasti. “ Rob Rob itu apaan putih putih ? disitu ” Tanya Vira lalu memeluk tubuh Robi ketakutan sambil menunjuk kearah ia melihat sesosok hantu perempuan tadi. “ Kenapa ?  nggak ada apa apa Vir. Itu hanya halusinasi kamu ajah kali ” Ucap Robi mengarahkan pandangannya ke arah yang di tunjuk Vira. “ Tapi sumpah deh, aku gak boong. Tadi aku melihat hantu perempuan, wajahnya serem banget, kayak habis dibunuh gitu ” “ Kamu ngomong apaan si Vir, kamu itu kecapean. Sini mendingan kamu tidur dulu ” Robi lalu menawarkan bahunya sebagai sandaran untuk Vira tidur.
Vira masih kepikiran dengan sesosok perempuan tadi. Karena perempuan itu memandangnya begitu bengis. Menandakan kalau ia tidak suka dengan kedangan Vira dan kawan kawan. Tapi Vira berfikir positif kalau sesosok perempuan itu hanyalah halusinasinya saja.
CKLEKK…
“ Cu, bangun cu jangan tidur di teras nanti kalian masuk angin ” ujar Seorang nenek tua mengoyak ngoyak tubuh Robi pelan. Robi terkejut melihat wajah nenek itu yang begitu seram sambil mengunyah sirih hingga ia keceplosan berteriak “ HAAANNNNTUUUUU !!! ” . Sontak teriakkan Robi membuat Jarot, Vira, dan Lony bangun. “ Hah ? Hantu ? mana hantu ? mana hantu ? ” Ujar Jarot panik. “ Ahhhhh ” Timpal Lony ikut ikutan teriak.
Nenek tua itu hanya tertawa melihat kelakuan mereka berempat yang ketakutan melihatnya “ Hihihihi ” . “ Kalian nggak usah takut, nenek bukan hantu ” . “ Terus nenek siapa ? ” Tanya Vira. “ Nenek yang menjaga Villa ini. Kalian kenapa tidur di luar ? ayok masuk saja kedalam kalau diluar kalian bisa masuk angin ” Suruh nenek tua dengan suara sedikit mendesis.
Mereka berempat lalu mengiyakan suruhan nenek tua itu. Lantas mereka segera memasuki villa. Suasana didalam villa tidak seperti yang dibayangkan mereka sebelumnya. Lantainya begitu kotor tidak terawat, temboknya pun sudah banyak retakan, semua barang barangnya pun juga berdebu, dan langit langit villa terhias berbagai sarang laba laba. Lampunya pun tidak berfungsi dengan baik, seperti lampu remang remang sama seperti lampu di teras tadi yang kedap kedip.
“ Ayo ikut nenek kelantai atas ” Suruh nenek tua itu datar. “ Iya nek ” jawab mereka berempat serentak. Vira khawatir kalau villa ini bukan villa yang seharusnya mereka kunjungi. “ Rob gua gak yakin kalau villa ini villa yang kita bakal kunjungi itu. Lu liat ajah villanya !! Gak terawat banget, malah hampir kayak rumah hantu ” Bisik Vira ketelinga Robi.  “ Huss.. ngomong apa si lu, ini bukan rumah hantu ”  Ucap Robi pelan sambil mengikuti langkah nenek tua dari belakang. “ Tapii Rob gua yakin ini rumah hantu. Bukan villa ” Vira meyakinkan Robi dengan seyakin yakinnya. Tapi Robi mengacuhkan pernyataan Vira.
Mereka pun tiba di kamar yang telah di tentukan nenek tua itu. “ Disini tempat kalian tidur ” tunjuk nenek itu kearah kamar. “ Iya nek terima kasih, jadi negerepotin nenek gini ” Ujar Robi malu malu. “ Sama sama cu, yaudah nenek kebawah dulu ya ”. “ Iya nek ” Ujar Robi, Lony, dan Jarot. Vira hanya diam seribu bahasa.
Robi, Lony, dan Jarot sudah masuk kedalam kamar tetapi Vira masih berdiri di depan kamar. Ia masih penasaran dengan nenek tua itu. Melihat nenek itu masih tidak jauh darinya, Vira langsung menghampiri nenek tua itu. “ Nek. Saya mau nanya ? ” tanya Vira sambil menepuk bahu nenek. “ Mau nanya apa cucuku ? ” ujar nenek tua sambil memutar haluan kearah Vira. “ HAAAANNNTUUUU !!! ” teriak Vira, lalu ia dengan cepat berlari kekamar.
Jantung berdetak dengan cepat hingga tak terkendali, keringat dingin merambah sekujur tubuh, tangan bergetar hebat, bulu kudug pun merinding. Begitulah yang dirasan Vira saat ini. Vira tidak habis pikir karena telah melihat nenek tua tadi berubah menjadi sangat seram. Wajahnya sangat hancur berantakan dengan darah, bola matanya pun hampir keluar.
Vira lalu membangunkan teman temannya. Tapi usahanya gagal, mereka bertiga tidak ada yang mendengarkan Vira. Ia pun tidak menyerah “ Woii temen temen bangun ada di sini ada banyak setannn !!!” Teriak Vira sambil mengoyak ngoyak ranjang. Mereka bertiga pun sontak kaget dan terbangun dari tidur.
“ Apa apaan si nih ? gua lagi enak enak tidur malah dibangunin” kesal Jarot langsung melanjutkan tidurnya. “ Kenapa si Vir ? ” tanya Lony pelan tetapi masih belum begitu sadar. “ Kita harus pergi sekarang dari villa ini !! villa ini banyak setannya ”. “ ah lu ini Vir, dari tadi berhalusinasi aja. Mendingan lu tidur deh. Gue yakin lu kecapean” Ujar Robi dengan mata yang masih kereyep kereyep. “ Iya Vir, kamu itu berhalusinasi ” timpal Lony. “ Halusinasi ? iyak ? kalo kalian nggak percaya aku bisa pergi sendiri ” Vira marah lalu keluar dari kamar. Lony dan Robi pun mengejar Vira. “ Tunggu Vir !! ”
HIHIHIHI.. “ suara apa  itu Vir, Rob ? ” tanya Lony ketakutan. Robi dan Vira tidak menjawab pertanyaan Lony karena mereka berdua juga takut dengan suara itu. “ SETAN!!!!! ” Teriak Vira lalu menggapai tangan Lony untuk segera lari. “ Woi tunggu !!” teriak Robi yang tertinggal dari Vira dan Lony.
 Mereka bertiga berlari tunggang langgang ketakutan. Mereka lari mengelilingi vila hingga sampai di kolam renang yang berada di belakang vila. Mereka menghela napas panjang panjang. “ Hannnn.. ” ujar Vira lirih. “ Han apa Vir ? ” tanya Robi. “ HANTUUU !!”. Vira sontak berlari cepat dengan Lony yang mengikutinya dari belakang. Robi terdiam tidak dapat menggerakkan kakinya. “ P-O-PO-C-O-CO-N-G-NG POCONGGGG!! ” Teriak Robi sekeras kerasnya tepat didepan wajah pocong yang begitu hancur dengan mata yang memerah.  
“ Vir, pintunya tidak bisa dibuka. Gimana ini ? ” Lony ketakutan sambil mengotak ngatik handle pintu. “ Masa sih ? coba awas ” Vira mendobrak pintu tapi karena pintu terlalu besar dan kokoh. Pintu itu tidak dapat terbuka secara paksa. “ Ah SIAL !! ”
Suara desisan menjurus seperti suara hantu terdengara dari bawah lantai. Kaki kiri Lony tercekam kuat oleh sebuah tangan. “ Vir, kayanya ada yang megang kaki gue deh ” Ujar Lony gemetaran lalu mengarahkan pandangannya kearah lantai. “ AHHHHH !!!” Lony mencoba melepaskan genggaman tangan hantu itu dikakinya. Tetapi sangat sulit untuk melepaskannya, Vira juga membantu menarik Lony. Kekuatan cengkraman hantu itu sangat kuat . “ TOLONGG VIRR” teriak Lony ketakutan.
BRAKK!!  Mereka terhempas kelantai. Kaki Lony akhirnya sudah terlepas dari cengkraman tangan hantu itu. Tiba tiba hantu itu menghilang. Mereka pun mencoba memecahkan kaca jendela menggunakan kayu.
Mereka berdua akhirnya dapat keluar dari villa lalu menuju mobil yang diparkir dihalaman villa. Vira langsung menyalakan mesin mobil untuk segera meninggalkan villa hantu ini. Tapi Vira bari ingat sadar bahwa Robi dan Jarot masih ada didalam. Ia bingung bukan kepalang harus berbuat apa. Vira mematikan kembali mesin mobilnya. “ Ko dimatiin mesinnya ? ayok kita tinggalkan villa in Vir !!” Ujar Lony gegabah. “ Robi dan Jarot masih didalam kita harus menunggu mereka keluar. Nggak mungkin kita pulang hanya berdua ” “ Tapi Vir ? ” “ Lon, kita datang berempat dan pulang kita juga harus berempat. Lu ngerti ? ” .
Robi lari lari kebingungan. Ia tidak tahu harus lari kemana karena sejak tadi ia berlari hanya menuju tempat yang sama. Dari kejauhan ia melihat Jarot sedang berlari juga seperti dirinya tadi sebelum berada disini.
 Ia langsung memanggil Jarot “ Jarot !!! sini ” Robi melambaikan tangan menujukkan kalau ia sedang menyuruh Jarot untuk segera ketempat ia berdiri sekarang . Jarot lalu menghampirinya dengan wajah yang sangat ketakutan dan menghentikan langkahnya. Robi heran dengan Jarot yang menampangkan wajah seperti orang ketakutan itu dihadapan dirinya.
“ Lu kenapa Rot ?  ” tanya Robi dengan penuh keheranan. Jarot pun tambah ketakutan hingga tidak dapat menjawab pertanyaan Robi.  Dengan tangan yang gemeteran dan penuh dengan keringat, Jarot mengarahkan telunjuknya tepat kearah Robi. Robi tidak mengerti dan hanya mengangkat bahunya yang menandakan bahwa ia tidak mengerti apa maksud Jarot itu.
“ Itu belakang lu Rob !!” ujar Jarot agak terbatah batah. Robi lalu mengarahkan pandangannya kebelakang. Ia terkejut dan sangat terkejut “ Oh ini yang namanya Genderuwo. Badannya berbulu gak jauh beda sama monyet ya. Gimana kalau kita lari ajah Rot ? ” Robi ketakutan melihat sesosok genderuwo yang tepat berada di pandangannya yang hanya berjarak 20 cm dari wajahnya. Ia pun membalikkan badan dan melihat Jarot yang sudah berlari terbirit birit meninggalkannya. “  Jarot !! Tungguin gua !! ” .
Vira dan Lony masih setia menunggu kedatangan Jarot dan Robi. Sudah setengah jam mereka didalam mobil. Tetapi Robi dan Jarot belum kunjung tiba. Vira pun berniat untuk menyusul mereka berdua kedalam. Tapi Lony mencegah niat Vira itu karena bila sudah masuk kedalam lagi pasti akan sulit untuk keluar. Vira pun mengurungkan niatnya dan kembali setia menunggu didalam mobil.
Robi dan Jarot akhirnya dapat keluar dari villa. Mereka lalu berlari menghampiri mobil yang telah berada Vira dan Lony di dalamnya. “ Vira , Lony buka pintunya ” ujar Robi sambil mengetuk ngetuk kaca pintu mobil. Vira segera membukakan pintu mobil.
“ Ayok jalan Vir !! ” Pinta Robi. Mereka pun meninggalkan villa itu dengan hati yang lega. Robi menghela napas “ Huhh.. akhirnya kita bisa keluar dari villa setan itu” ucap Robi sambil mengelus ngelus dada. “ Dan kita nggak bakal ketemu sama pocong, genderuwo dan semua keluarga setan terutama nenek nenek tua itu” ucap Jarot merasa sudah memenangkan semua tantangan yang begitu mengerikan dalam hidupnya . “ Oia nenek tua seram itu kemana ya ? ” tanya Vira pelan.
SAYA DISINI CUU…
-TAMAT-

Rabu, 15 Mei 2013

Cerpen Jangan Tinggal Aku Sendiri


Sesampainya di bandara yang begitu ramai dengan lautan manusia yang hilir mudik melintas dihadapannya. Ardo dengan cepat dan gesit menerobos lautan manusia dengan ransel yang ditopang dipundaknya dan beserta koper besar yang berisi penuh pakaiannya tak lupa ia bawa. Ia tidak sabar untuk bertemu pujaan hatinya yang sudah 3 tahun tidak bertemu.
Ardo sudah lama memendam rasa rindu kepada kekasihnya dan harus berhubungan jarak jauh  karena harus meninggalkan kekasihnya itu untuk melanjutkan studynya di London. Dihari kepulangannya kembali ke Jakarta kekasihnya sudah janji jauh jauh hari akan menjemputnya di bandara. Tetapi sudah 30 menit berlalu sang pujaan hatinya itu tak kunjung datang.”  Apakah mungkin ia lupa dengan janjinya sendiri? “ resah Ardo dalam hatinya.
Walaupun sudah 1 jam lebih berlalu, Ardo tetap setia menunggu ketidak pastian ini. Ia menunggu di pelataran bandara yang semakin lama semakin sepi dengan lautan manusia Cahaya senja sudah mulai redup dengan kedatangan gelapnya langit malam. Dua jam penantian Ardo dengan kekasihnya yang ia sayangi itu belum kunjung tiba.
Sampai akhirnya kesabaran yang sejak tadi ia pendam memuncak dan meledak ledak. Botol air mineral yang ia genggam langsung saja ia hempaskan ke tanah untuk menunjukkan kekesalannya kepada kekasihnya yang memberikan kepastian yang tak berujung ini. Ardo lalu menghentikan taksi yang sedang melintas.

Melepas kepenatan karena kesal dengan kekasihnya kemarin. Ardo pergi kepantai seorang diri. Dipantai, ia merasakan ketenangan yang tiada tara dengan hembusan angin pantai yang begitu sejuk dan deruh ombak yang menghiasi sekitar pantai menambah ketenangan hatinya untuk melupakan kekesalan kepada kekasihnya.
Ditempat ini ia jadi ingat dengan hubungannya 3 tahun lalu. Ia dan kekasihnya hampir setiap hari datang kepantai ini untuk mengakhiri senja dan melihat eloknya matahari terbenam. Tapi semua hanya kenangan yang entah kapan akan terjadi lagi ?  
Senja kini berganti malam. Ardo bergegas meninggalkan pantai. Diperjalan ia bertemu dengan Rani. Rani merepukan teman dekat kekasihnya. Saat melihat Rani dari kejauhan, Ardi melempar pandangannya kearah lain karena tidak ingin berpapasan pandang dengan Rani. Tapi sepertinya usaha untuk menghindari Rani gagal karena Rani dari kejauhan sudah melihat keberadaan Ardo.
“ Heiii,, Ardoo …Ardoo.. ” Teriak Rani dari kejauhan sambil melambaikan kedua tangannya untuk memastikan kalau dia sedang memanggil Ardo. Rani lalu melaju menghampiri Ardo yang sedang berdiri membelakanginya.
“ hmmpp.. iyaa iyaa apa ? ” Ujar Ardo lalu memutar haluannya hingga sekarang tatapannya beradu dengan tatapan Rani.
“ Kamu udah pulang Do? Kapan pulang ko nggak kabar kabarin? . Sombong kamu nih sekarang ” Tanya Rani keheranan karena sudah lama tidak bertemu dengan teman lamanya.
“ Ng.. Iya kemarin Aku baru pulang. Bukannya Aku sombong, aku belum sempat memberitahu kamu saja ” Jawab Ardo ketus.
“ Kamu kenapa ketus gitu ? biasa ajah kali, seperti baru kenal aku saja ” ujar Rani heran dengan tingkah Ardo yang tidak seperti ia kenal dulu.
“ Maaf Ran, aku ada urusan lain aku pergi dulu ya bye ” Ujar Ardo lalu berlari meninggalkan Rani.
“ Hei tunggu Do!! ” Teriak Rani. Ia heran dengan sifat Ardo yang dingin seperti itu. Tidak seperti biasanya Ardo bersikap dingin dengannya karena dulu ia orangnya asyik dan enak sekali dijadikan teman ngobrol tapi sekarang semua sifatnya berbeda 180 derajat. “ Kenapa si Ardo bisa berubah ? “ tanya Ia dalam benaknya.

Hari demi hari Ardo masih menyimpan rasa kesal yang begitu dalam kepada kekasihnya. Ia merasa tidak ingin bertemu lagi untuk selama lamanya dengan kekasihnya itu. Rasa kesal itu sudah menyatu didalam aliran darah dan daging didalam tubuhnya. Ardo laksana raja yang tidak ingin bertemu dengan permaisurinya karena telah mengecewakan hatinya.
Sejak kejadian di bandara, sifat Ardo juga mulai berubah drastis. Ia begitu dingin dengan siapa pun yang berbicara dengannya termasuk ibunya. Tapi sepertinya Ardo merasa sah sah saja ia melakukan semua itu.
“ TOK..TOK..TOK.. “ Suara ketukan pintu dari luar.
“ Iya tunggu ” ujar Ardo dengan suara lantang sambil mendekati pintu. Lalu ia membukakan pintu. Terlihat sekarang dihadapannya seorang wanita yang sangat akrab ia kenal. Iya itu adalah Rani yang tempo hari lalu bertemu dengannya dipantai. Ada angin apa tiba tiba Rani mengunjungi rumahnya ?
“ Oh kamu Ran, tumben kerumah ? ” tanya Ardo sinis.
“ iya nih Do, aku kebetulan lewat rumah kamu. Yaudah aku mampir ajah tapi aku nggak ganggu kamu kan ? ” ujar Rani mencoba memastikan kalau Ardo tidak marah dengan kedatangannya.
“ mmm.. nggak kok emang kamu dari mana Ran ? ” Tanya Ardo datar.
“ Aku tadi dari rumah temenku Do ” jawab Rani dengan melempar senyum.
Sedari tadi bicara. Ardo sama sekali tidak mempersilakan Rani untuk masuk kerumahnya. Rani begitu merasakan perubahan yang dialami Ardo saat ini. Rani pun mencoba basa basi “ Ngg.. aku boleh masuk do? Biar lebih enak ngobrolnya gituh”.
“ Oh yaudah boleh “ Ujar Ardo dengan wajah menunjukkan kalau dia sangat terganggu dengan kedatangan Rani.
Rani sadar kalau kedatangannya sangat mengganggu Ardo. Tapi inilah yang ia inginkan. Ia ingin menanyakan apa yang terjadi dengan sifat Ardo ? .Rani lalu duduk di sofa ruang tamu.
Ardo yang berada di samping Rani hanya sibuk dengan remot tivinya untuk memilih channel yang diinginkannya , ia sama sekali tidak mau memulai bicara dengan Rani. Rani dianggapnya seperti arca peninggalan sejarah yang berdebu dan tidak digunakan lagi. Bahkan ia tidak menawarkan Rani untuk minum.
Rani yang sedari tadi menunggu Ardo untuk bicara tetapi Ardo tidak jua berbicara akhirnya ia memulai pembicaraan.
“ Do !! ” ujar Rani tapi Ardo masih asyik dengan acara yang ia saksikan di tivi. “ ARDO !!! ” ujar Rani dengan nada membentak.
“ AH kenapa si lu !! ganggu gua ajah **** !! ” Ardo membalas dengan nada yang cukup keras menjurus kasar.
“ Do, kamu kenapa si? Kamu kenapa berubah seperti ini? ” tanya Rani lembut.
“ Berubah ? biasa ajah tuh aku biasa biasa ajah masih sama seperti yang dulu kamu kenal pertama kali ” Ujar Ardo sambil merentangkan tangannya.
“ Kamu tuh berubah banget Do, kamu nggak seperti yang dulu aku kenal. Sifat kamu berubah drastis. Kemana Ardo yang periang ? kemana Ardo yang suka bercanda ? kemana canda tawa Ardo yang buat orang orang disekitarnya senang ? Kemana semua itu Do ? Kamu berubah !! Aku nggak kenal kamu yang sekarang. Apa mungkin kamu mau ketemu Jessika dengan sifat kamu yang seperti ini? Jangan harap Do !! ” Ujar Rani panjang lebar sambil peneteskan butiran air mata dari pelopak matanya.
“ Jessika ? Apa kamu bilang ? ” ujar  Ardo keheranan.
“ Iya Jessika ! kenapa? Kamu kaget ? ”
“  Kaget ? kenapa harus kaget sama cewek pendusta seperti dia ? ”
“ Pendusta kata kamu ? Sembarangan ya mulut kamu itu !! ” Rani kesal mendengar ucapan Ardo yang menilai kalau Jessika itu pendusta. Karena tidak tahan dengan ucapan Ardo itu, Rani sontak menampar wajah Ardo sekencang kencangnya “ Ini pendusta !! ”.
Ardo hanya terdiam “ Ran ? ” ujar Ardo lirih.
“ Apa lagi ? hah ? kamu nggak tahu kan kalau Jessika sekarang sedang sakit parah ? nggak tahu kan ? ” Ujar Rani dengan nada keras.
“ Jessika sakit apa Ran ?”
“ Cari tau sendiri !! Kalau kamu memang sayang sama Jessika, kamu jenguk dia. Itu juga kalau kamu memang berani dan bukan cowok pecundang yang hanya bisa menilai orang dari satu kesalahannya saja. Camkan itu Do !! ” Ujar Rani lalu meninggalkan rumah Ardo.
“ Ta .. ta .. tapi Ran ? ” Tanya Ardo sambil menarik tangan Rani.
“ LEPASKAN PECUNDANG !!! ” Ujar Rani dengan berusaha melepaskan tangan Ardo yang menarik tangannya. Akhirnya genggaman tangan Ardo lepas lalu Rani segera secepatnya pergi dari rumah Ardo.
“ Aku pecundang ” ujar Ardo dalam hati. Ardo benar benar tak habis pikir. Kenapa selama ini ia selaku kekasih Jessika sama sekali tidak tahu kalau Jessika itu sakit parah. Kemana saja dirinya sebagai kekasih yang seharusnya selalu ada disampingnya saat suka dan duka ?

Keesokan harinya Ardo tanpa berpikir panjang ia segera menuju rumah Jessika. Sampai dirumah Jessika, keadaan rumahnya sangat sepi. Tapi Ardo tetap menunggu didepan pintu sampai ada orang yang menyambutnya dari dalam rumah.
Cklek..
Keluar seorang wanita paruh baya sedang membawa sekantung sampah dari dalam rumah. Kehadiran perempuan itu membawa angin segar bagi Ardo.
“ Bi, ada Jessika-nya ? “ Tanya Ardo. Ardo sebelumnya tidak pernah melihat perempuan ini. Sepertinya perempuan ini pembantu barunya keluarga Jessika.
“ ngg..non Jessika dirumah sakit mas. Ada apa ya ? ” Jawab perempuan itu polos.
“ Di.. di .. dirumah sakit mana bi ? ” Tanya Ardo tergesah gesah.
Perempuan itu pun memberikan alamat rumah sakit tempat Jessika dirawat. Ardo lalu memacu mobilnya dengan cepat hingga karena terlalu panik ia sampai melanggar lalu lintas karena melewati lampu merah dan hampir menabrak kendaraan lain.
Tiba di rumah sakit. Ardo langsung menuju kamar tempat Jessika dirawat. Dikamar pasien ia melihat disana ada kedua orang tua Jessika, Rani dan terutama pandangannya langsung menuju ke Jessika yang sedang berbaring diranjang tak berdaya dengan alat bantu pernapasan dimulutnya serta alat infuse yang berada di sebelah ranjang dan alat pendeteksi jantung yang bunyinya berirama menandakan kalau keadaan jantung Jessika sampai saat ini masih baik baik saja.
Ardo lalu menghampiri Jessika yang sedang tidak beradaya. Lalu ia menggenggam kedua tangan Jessika dan meletakkannya di dadanya. “ Sayang maafkan aku. Aku telat datang disaat kamu sedang terpuruk seperti ini. Bahkan sebelumnya aku tidak tahu kalau kamu sakit, sampai akhirnya Rani memberitahuku dan menyadarkanku kalau kamu… ” Ujar Ardo lalu ucapannya terpotong karena tiba tiba tangan Jessika bergerak. “ Jessika ? ” ujar Ardo lagi.
“ Ardo ? akhirnya kamu datang juga sayang. Sudah lama aku menunggu kamu. Terima kasih kamu mau datang di hari terakhir aku. Aku takut kalo kamu tidak datang. Pasti aku bakal menyesal seumur hidup dan matiku. Aku juga minta maaf karena tidak bisa menepati janji untuk menjemput kamu di bandara ” Ujar Jessika terbatah batah sambil menahan sakitnya.
“ Kamu ngomong apa sayang ? Aku nggak peduli kamu mau jemput aku atau tidak yang penting sekarang kamu sembuh dan sembuh agar kita bisa sama sama lagi ”
“ Hidup aku sudah sebentar lagi dan aku hanya ingin mengucapkan ucapan terakhirku untuk kamu yang selama tiga tahun ini aku simpan karena kamu berada jauh di luar sana ” Ujar Jessika lirih.
“ nggak sayang nggak !! ini bukan yang terakhir sayang ”
“ Sayang.. Jang.. jang..” ujar Jessika terbatah batah.
“ apa sayang ? kamu mau ngomong apa ? ”
“ Jangan ting..tinggalkan kan a..a.. aku.. sen..sen.. dir.”
Tutt…!!! Bunyi pendeteksi jantung sudah tak berirama lagi. Jessika pergi untuk selama lamanya. Meninggalkan semua kenangan yang telah terukir selama ini. Semoga Jessika tenang disurga.
Air mata kesedihan pun tidak dapat dibendung lagi. Buliran air mata mengalir deras dari kedua mata Ardo begitu juga dengan kedua orang tua Jessika dan Rani. Keadaan di ruangan sangat hening hanya suara pedeteksi jantung yang begitu nyaring berbunyi.

Setelah kepergian Jessika. Sikap Ardo mulai membaik tidak seperti tempo hari yang lalu. Ia juga mulai dapat menerima kepergian kekasihnya yang ia sayangi itu. Ia sadar bahwa seseorang itu kelak akan mati dan tidak ada di dunia ini lagi. Hanya raga yang hilang tapi jiwa dan kenangan tetap akan menjadi kenangan yang tak akan mudah terhapus dalam memori.
Dua hari yang lalu Ia menemukan Diary milik Jessika saat sedang merapihkan barang barang yang berada di kamar tempat Jessika dirawat. Didalam Diary itu ada dua puisi yang sangat menyentuh hati Ardo. Hingga ia tidak bisa melupakan satu bait kata pun dan karena diary itu juga ia dapat merubah sikapnya seperti sekarang ini. Diary itu tertulis..
Dear Diary : (Tepat kedatangan Ardo kembali dari London)
1 mei 2013
Hari dimana seseorang yang ku cintai datang kembali
Tapi takdir sepertinya tidak menghendaki ku untuk berjumpa
dengannya
Air mata tidak dapat dibendung karena harus menahan sakit dihati
Yang begitu perih
Aku pasti akan menjadi manusia yang sangat bodoh
bila tidak berjumpa dengannya
Ia adalah orang yang baik sebaik baiknya yang kukenal
Dia lebih dari materi dia seperti doa yang bila kita menginginkanya dengan
sungguh sungguh ia akan muncul.
Perjanjian ini bukan dusta tetapi takdir yang tidak memperbolehkanku untuk
Bertemu denganmu.

Dear Diary :
11 mei 2013 (Tepat dihari meninggalnya Jessika)  
Inilah akhir dari sebuah permulaan
Tidak ada yang tahu kapan dan dimana kematian itu akan datang
Hanya tuhan sang pencipta yang maha mengetahuinya
Kita hanya bisa menanti kematian itu akan menjemput kita
Kematian itu bukan sebuah mimpi yang kita tunggu tunggu kedatangannya
tapi kematian itu adalah sebuah awal dari kehidupan baru yang bukan
sekedar mimpi semata.
Dan setiap kedatangan pasti ada kepergian.

TAMAT

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone