123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Rabu, 15 Mei 2013

Cerpen Jangan Tinggal Aku Sendiri


Sesampainya di bandara yang begitu ramai dengan lautan manusia yang hilir mudik melintas dihadapannya. Ardo dengan cepat dan gesit menerobos lautan manusia dengan ransel yang ditopang dipundaknya dan beserta koper besar yang berisi penuh pakaiannya tak lupa ia bawa. Ia tidak sabar untuk bertemu pujaan hatinya yang sudah 3 tahun tidak bertemu.
Ardo sudah lama memendam rasa rindu kepada kekasihnya dan harus berhubungan jarak jauh  karena harus meninggalkan kekasihnya itu untuk melanjutkan studynya di London. Dihari kepulangannya kembali ke Jakarta kekasihnya sudah janji jauh jauh hari akan menjemputnya di bandara. Tetapi sudah 30 menit berlalu sang pujaan hatinya itu tak kunjung datang.”  Apakah mungkin ia lupa dengan janjinya sendiri? “ resah Ardo dalam hatinya.
Walaupun sudah 1 jam lebih berlalu, Ardo tetap setia menunggu ketidak pastian ini. Ia menunggu di pelataran bandara yang semakin lama semakin sepi dengan lautan manusia Cahaya senja sudah mulai redup dengan kedatangan gelapnya langit malam. Dua jam penantian Ardo dengan kekasihnya yang ia sayangi itu belum kunjung tiba.
Sampai akhirnya kesabaran yang sejak tadi ia pendam memuncak dan meledak ledak. Botol air mineral yang ia genggam langsung saja ia hempaskan ke tanah untuk menunjukkan kekesalannya kepada kekasihnya yang memberikan kepastian yang tak berujung ini. Ardo lalu menghentikan taksi yang sedang melintas.

Melepas kepenatan karena kesal dengan kekasihnya kemarin. Ardo pergi kepantai seorang diri. Dipantai, ia merasakan ketenangan yang tiada tara dengan hembusan angin pantai yang begitu sejuk dan deruh ombak yang menghiasi sekitar pantai menambah ketenangan hatinya untuk melupakan kekesalan kepada kekasihnya.
Ditempat ini ia jadi ingat dengan hubungannya 3 tahun lalu. Ia dan kekasihnya hampir setiap hari datang kepantai ini untuk mengakhiri senja dan melihat eloknya matahari terbenam. Tapi semua hanya kenangan yang entah kapan akan terjadi lagi ?  
Senja kini berganti malam. Ardo bergegas meninggalkan pantai. Diperjalan ia bertemu dengan Rani. Rani merepukan teman dekat kekasihnya. Saat melihat Rani dari kejauhan, Ardi melempar pandangannya kearah lain karena tidak ingin berpapasan pandang dengan Rani. Tapi sepertinya usaha untuk menghindari Rani gagal karena Rani dari kejauhan sudah melihat keberadaan Ardo.
“ Heiii,, Ardoo …Ardoo.. ” Teriak Rani dari kejauhan sambil melambaikan kedua tangannya untuk memastikan kalau dia sedang memanggil Ardo. Rani lalu melaju menghampiri Ardo yang sedang berdiri membelakanginya.
“ hmmpp.. iyaa iyaa apa ? ” Ujar Ardo lalu memutar haluannya hingga sekarang tatapannya beradu dengan tatapan Rani.
“ Kamu udah pulang Do? Kapan pulang ko nggak kabar kabarin? . Sombong kamu nih sekarang ” Tanya Rani keheranan karena sudah lama tidak bertemu dengan teman lamanya.
“ Ng.. Iya kemarin Aku baru pulang. Bukannya Aku sombong, aku belum sempat memberitahu kamu saja ” Jawab Ardo ketus.
“ Kamu kenapa ketus gitu ? biasa ajah kali, seperti baru kenal aku saja ” ujar Rani heran dengan tingkah Ardo yang tidak seperti ia kenal dulu.
“ Maaf Ran, aku ada urusan lain aku pergi dulu ya bye ” Ujar Ardo lalu berlari meninggalkan Rani.
“ Hei tunggu Do!! ” Teriak Rani. Ia heran dengan sifat Ardo yang dingin seperti itu. Tidak seperti biasanya Ardo bersikap dingin dengannya karena dulu ia orangnya asyik dan enak sekali dijadikan teman ngobrol tapi sekarang semua sifatnya berbeda 180 derajat. “ Kenapa si Ardo bisa berubah ? “ tanya Ia dalam benaknya.

Hari demi hari Ardo masih menyimpan rasa kesal yang begitu dalam kepada kekasihnya. Ia merasa tidak ingin bertemu lagi untuk selama lamanya dengan kekasihnya itu. Rasa kesal itu sudah menyatu didalam aliran darah dan daging didalam tubuhnya. Ardo laksana raja yang tidak ingin bertemu dengan permaisurinya karena telah mengecewakan hatinya.
Sejak kejadian di bandara, sifat Ardo juga mulai berubah drastis. Ia begitu dingin dengan siapa pun yang berbicara dengannya termasuk ibunya. Tapi sepertinya Ardo merasa sah sah saja ia melakukan semua itu.
“ TOK..TOK..TOK.. “ Suara ketukan pintu dari luar.
“ Iya tunggu ” ujar Ardo dengan suara lantang sambil mendekati pintu. Lalu ia membukakan pintu. Terlihat sekarang dihadapannya seorang wanita yang sangat akrab ia kenal. Iya itu adalah Rani yang tempo hari lalu bertemu dengannya dipantai. Ada angin apa tiba tiba Rani mengunjungi rumahnya ?
“ Oh kamu Ran, tumben kerumah ? ” tanya Ardo sinis.
“ iya nih Do, aku kebetulan lewat rumah kamu. Yaudah aku mampir ajah tapi aku nggak ganggu kamu kan ? ” ujar Rani mencoba memastikan kalau Ardo tidak marah dengan kedatangannya.
“ mmm.. nggak kok emang kamu dari mana Ran ? ” Tanya Ardo datar.
“ Aku tadi dari rumah temenku Do ” jawab Rani dengan melempar senyum.
Sedari tadi bicara. Ardo sama sekali tidak mempersilakan Rani untuk masuk kerumahnya. Rani begitu merasakan perubahan yang dialami Ardo saat ini. Rani pun mencoba basa basi “ Ngg.. aku boleh masuk do? Biar lebih enak ngobrolnya gituh”.
“ Oh yaudah boleh “ Ujar Ardo dengan wajah menunjukkan kalau dia sangat terganggu dengan kedatangan Rani.
Rani sadar kalau kedatangannya sangat mengganggu Ardo. Tapi inilah yang ia inginkan. Ia ingin menanyakan apa yang terjadi dengan sifat Ardo ? .Rani lalu duduk di sofa ruang tamu.
Ardo yang berada di samping Rani hanya sibuk dengan remot tivinya untuk memilih channel yang diinginkannya , ia sama sekali tidak mau memulai bicara dengan Rani. Rani dianggapnya seperti arca peninggalan sejarah yang berdebu dan tidak digunakan lagi. Bahkan ia tidak menawarkan Rani untuk minum.
Rani yang sedari tadi menunggu Ardo untuk bicara tetapi Ardo tidak jua berbicara akhirnya ia memulai pembicaraan.
“ Do !! ” ujar Rani tapi Ardo masih asyik dengan acara yang ia saksikan di tivi. “ ARDO !!! ” ujar Rani dengan nada membentak.
“ AH kenapa si lu !! ganggu gua ajah **** !! ” Ardo membalas dengan nada yang cukup keras menjurus kasar.
“ Do, kamu kenapa si? Kamu kenapa berubah seperti ini? ” tanya Rani lembut.
“ Berubah ? biasa ajah tuh aku biasa biasa ajah masih sama seperti yang dulu kamu kenal pertama kali ” Ujar Ardo sambil merentangkan tangannya.
“ Kamu tuh berubah banget Do, kamu nggak seperti yang dulu aku kenal. Sifat kamu berubah drastis. Kemana Ardo yang periang ? kemana Ardo yang suka bercanda ? kemana canda tawa Ardo yang buat orang orang disekitarnya senang ? Kemana semua itu Do ? Kamu berubah !! Aku nggak kenal kamu yang sekarang. Apa mungkin kamu mau ketemu Jessika dengan sifat kamu yang seperti ini? Jangan harap Do !! ” Ujar Rani panjang lebar sambil peneteskan butiran air mata dari pelopak matanya.
“ Jessika ? Apa kamu bilang ? ” ujar  Ardo keheranan.
“ Iya Jessika ! kenapa? Kamu kaget ? ”
“  Kaget ? kenapa harus kaget sama cewek pendusta seperti dia ? ”
“ Pendusta kata kamu ? Sembarangan ya mulut kamu itu !! ” Rani kesal mendengar ucapan Ardo yang menilai kalau Jessika itu pendusta. Karena tidak tahan dengan ucapan Ardo itu, Rani sontak menampar wajah Ardo sekencang kencangnya “ Ini pendusta !! ”.
Ardo hanya terdiam “ Ran ? ” ujar Ardo lirih.
“ Apa lagi ? hah ? kamu nggak tahu kan kalau Jessika sekarang sedang sakit parah ? nggak tahu kan ? ” Ujar Rani dengan nada keras.
“ Jessika sakit apa Ran ?”
“ Cari tau sendiri !! Kalau kamu memang sayang sama Jessika, kamu jenguk dia. Itu juga kalau kamu memang berani dan bukan cowok pecundang yang hanya bisa menilai orang dari satu kesalahannya saja. Camkan itu Do !! ” Ujar Rani lalu meninggalkan rumah Ardo.
“ Ta .. ta .. tapi Ran ? ” Tanya Ardo sambil menarik tangan Rani.
“ LEPASKAN PECUNDANG !!! ” Ujar Rani dengan berusaha melepaskan tangan Ardo yang menarik tangannya. Akhirnya genggaman tangan Ardo lepas lalu Rani segera secepatnya pergi dari rumah Ardo.
“ Aku pecundang ” ujar Ardo dalam hati. Ardo benar benar tak habis pikir. Kenapa selama ini ia selaku kekasih Jessika sama sekali tidak tahu kalau Jessika itu sakit parah. Kemana saja dirinya sebagai kekasih yang seharusnya selalu ada disampingnya saat suka dan duka ?

Keesokan harinya Ardo tanpa berpikir panjang ia segera menuju rumah Jessika. Sampai dirumah Jessika, keadaan rumahnya sangat sepi. Tapi Ardo tetap menunggu didepan pintu sampai ada orang yang menyambutnya dari dalam rumah.
Cklek..
Keluar seorang wanita paruh baya sedang membawa sekantung sampah dari dalam rumah. Kehadiran perempuan itu membawa angin segar bagi Ardo.
“ Bi, ada Jessika-nya ? “ Tanya Ardo. Ardo sebelumnya tidak pernah melihat perempuan ini. Sepertinya perempuan ini pembantu barunya keluarga Jessika.
“ ngg..non Jessika dirumah sakit mas. Ada apa ya ? ” Jawab perempuan itu polos.
“ Di.. di .. dirumah sakit mana bi ? ” Tanya Ardo tergesah gesah.
Perempuan itu pun memberikan alamat rumah sakit tempat Jessika dirawat. Ardo lalu memacu mobilnya dengan cepat hingga karena terlalu panik ia sampai melanggar lalu lintas karena melewati lampu merah dan hampir menabrak kendaraan lain.
Tiba di rumah sakit. Ardo langsung menuju kamar tempat Jessika dirawat. Dikamar pasien ia melihat disana ada kedua orang tua Jessika, Rani dan terutama pandangannya langsung menuju ke Jessika yang sedang berbaring diranjang tak berdaya dengan alat bantu pernapasan dimulutnya serta alat infuse yang berada di sebelah ranjang dan alat pendeteksi jantung yang bunyinya berirama menandakan kalau keadaan jantung Jessika sampai saat ini masih baik baik saja.
Ardo lalu menghampiri Jessika yang sedang tidak beradaya. Lalu ia menggenggam kedua tangan Jessika dan meletakkannya di dadanya. “ Sayang maafkan aku. Aku telat datang disaat kamu sedang terpuruk seperti ini. Bahkan sebelumnya aku tidak tahu kalau kamu sakit, sampai akhirnya Rani memberitahuku dan menyadarkanku kalau kamu… ” Ujar Ardo lalu ucapannya terpotong karena tiba tiba tangan Jessika bergerak. “ Jessika ? ” ujar Ardo lagi.
“ Ardo ? akhirnya kamu datang juga sayang. Sudah lama aku menunggu kamu. Terima kasih kamu mau datang di hari terakhir aku. Aku takut kalo kamu tidak datang. Pasti aku bakal menyesal seumur hidup dan matiku. Aku juga minta maaf karena tidak bisa menepati janji untuk menjemput kamu di bandara ” Ujar Jessika terbatah batah sambil menahan sakitnya.
“ Kamu ngomong apa sayang ? Aku nggak peduli kamu mau jemput aku atau tidak yang penting sekarang kamu sembuh dan sembuh agar kita bisa sama sama lagi ”
“ Hidup aku sudah sebentar lagi dan aku hanya ingin mengucapkan ucapan terakhirku untuk kamu yang selama tiga tahun ini aku simpan karena kamu berada jauh di luar sana ” Ujar Jessika lirih.
“ nggak sayang nggak !! ini bukan yang terakhir sayang ”
“ Sayang.. Jang.. jang..” ujar Jessika terbatah batah.
“ apa sayang ? kamu mau ngomong apa ? ”
“ Jangan ting..tinggalkan kan a..a.. aku.. sen..sen.. dir.”
Tutt…!!! Bunyi pendeteksi jantung sudah tak berirama lagi. Jessika pergi untuk selama lamanya. Meninggalkan semua kenangan yang telah terukir selama ini. Semoga Jessika tenang disurga.
Air mata kesedihan pun tidak dapat dibendung lagi. Buliran air mata mengalir deras dari kedua mata Ardo begitu juga dengan kedua orang tua Jessika dan Rani. Keadaan di ruangan sangat hening hanya suara pedeteksi jantung yang begitu nyaring berbunyi.

Setelah kepergian Jessika. Sikap Ardo mulai membaik tidak seperti tempo hari yang lalu. Ia juga mulai dapat menerima kepergian kekasihnya yang ia sayangi itu. Ia sadar bahwa seseorang itu kelak akan mati dan tidak ada di dunia ini lagi. Hanya raga yang hilang tapi jiwa dan kenangan tetap akan menjadi kenangan yang tak akan mudah terhapus dalam memori.
Dua hari yang lalu Ia menemukan Diary milik Jessika saat sedang merapihkan barang barang yang berada di kamar tempat Jessika dirawat. Didalam Diary itu ada dua puisi yang sangat menyentuh hati Ardo. Hingga ia tidak bisa melupakan satu bait kata pun dan karena diary itu juga ia dapat merubah sikapnya seperti sekarang ini. Diary itu tertulis..
Dear Diary : (Tepat kedatangan Ardo kembali dari London)
1 mei 2013
Hari dimana seseorang yang ku cintai datang kembali
Tapi takdir sepertinya tidak menghendaki ku untuk berjumpa
dengannya
Air mata tidak dapat dibendung karena harus menahan sakit dihati
Yang begitu perih
Aku pasti akan menjadi manusia yang sangat bodoh
bila tidak berjumpa dengannya
Ia adalah orang yang baik sebaik baiknya yang kukenal
Dia lebih dari materi dia seperti doa yang bila kita menginginkanya dengan
sungguh sungguh ia akan muncul.
Perjanjian ini bukan dusta tetapi takdir yang tidak memperbolehkanku untuk
Bertemu denganmu.

Dear Diary :
11 mei 2013 (Tepat dihari meninggalnya Jessika)  
Inilah akhir dari sebuah permulaan
Tidak ada yang tahu kapan dan dimana kematian itu akan datang
Hanya tuhan sang pencipta yang maha mengetahuinya
Kita hanya bisa menanti kematian itu akan menjemput kita
Kematian itu bukan sebuah mimpi yang kita tunggu tunggu kedatangannya
tapi kematian itu adalah sebuah awal dari kehidupan baru yang bukan
sekedar mimpi semata.
Dan setiap kedatangan pasti ada kepergian.

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone