Cerpen : TRIMASTENG- Kebon Bernyamuk
Andaikan
dunia ini nggak hanya satu. Pasti mereka bertiga akan dipindahkan kedunia lain.
Dan hidup bersama setan. Kehidupan mereka selalu membebani orang lain. Dari
orang yang sudah dikenal bahkan orang yang sama sekali belum dikenal. Mereka
adalah 3 trimasteng.
Leo
17 tahun, pemuda kriting memakai kaca mata min berwarna hitam dan paling suka
gigitin jempol. Jempol kaki. Tapi sampai sekarang dia masih bingung kenapa
namanya leo ?. Padahal ia lahirnya tanggal 7 februari yang seharusnya zodiaknya
aquarius. Dia juga sempet protes dan minta ganti nama. Tapi orang tuanya nggak
mau karna alasan males bikin nasi kuningnya buat merayakan pergantian nama.
Jenskol,
anak ketiga dari dua bersaudara. Dia anak tiri. Pemuda berumur 16 tahun ini
paling hobi ngobok-ngobok comberan kalo lagi laper. Tapi kalo udah kenyang dia
lebih suka lagi main banana boat di comberan juga. Sampai saat ini kegiatannya
pun terhambat karna banyak sampah yang mambrak maur di selokan. Dia kecewa
hobinya harus terhenti hanya karna orang-orang tak bertanggung jawab yang
membuang sampah di tempat bermainnya.
Dan
terakhir. Paling muda diantara Leo dan Jenskol. Dia ialah Jolehandro dan
panggilan kerennya Pengki. Nggak ada nyambung-nyambungnya nih nama. Tapi
walaupun begitu Pengki ini orangnya sangat royal kalau sedang ngumpul. Apapun
yang diminta Leo dan Jenskol selalu dituruti. Maklum saja Pengki anak orang
miskin nggak kaget kalau selalu dijadikan Bandar jajan.
================================
Seperti
hari-hari biasa yang mereka selalu lewati. Dari berangkat sekolah bareng.
Pengki yang kebetulan anak tukang kebun sekolah dan rumahnya disekolah juga. Ia
paling rajin menghampiri rumah Leo dan Jenskol yang jauhnya kalau digabungin
sekitar 3 km. Naik motor ? nggak!!. Jalan kaki. Menurut Leo, jarak rumah dengan
sekolahnya terlalu dekat. Dan ia tidak mau terlalu dekat. Toh dia mau seperti anak-anak
sekolah normal lainnya yang bisa jalan kaki kesekolah. Nggak seperti dia, yang
kpleset daun jambu juga sudah nyampe. Alhamdulillah setelah jalan 3 km gitu,
kaki Pengki kapalan dan lebih parah lagi kakinya cekukan. Kaki cekukan ? gimana
tuh ?.
Disekolah,
mereka bertiga satu kelas. Kelas mereka XI IPS 2. Mereka juga tidak masuk
jajaran orang bodoh. Tapi juga nggak termasuk jajaran orang pintar. Mereka
menengah. Menengah kebawah yang tingkatnya melebihi bodoh. Sebodoh-bodohnya
mereka. Leo lah yang paling pintar. Dia tidak pernah mendapatkan nilai 6.
Selalu 5 kebawah. Prestasi terbaiknya mendapat nilai seratus matematika. Itupun
remed yang nilainya tetap 6, pas KKM. Beda lagi dengan Jenskol, ia nggak pinter
jangan kan pinter. Goblok ajah nggak. Kalau Pengki, dia masih agak lumayan
daripada Leo dan Jenskol. Nilai rapotnya nggak pernah ada yang merah. Nilainya
hitam semua dirapot. Padahal disitu tertera nilainya 5, 3, 4. Itulah prestasi
terbaiknya.
Keringg…keringgg..
jemurannn keringg… “ Bel sekolah berbunyi”.
Seluruh
siswa buyar keluar dari kelas. Leo, Jenskol, dan Pengki tidak luput dari sapuan
ombak butiran-butiran siswa. Mereka bertiga terbawa gelombang segerombolan
murid-murid lain. Hingga Leo yang tidak bisa berenang sampai tenggelem. Leo
ditengah-tengah sambil melambaikan tangan teriak meminta tolong. Tapi Jenskol
dan Pengki mampu selamat menghindari gerombalan itu.
Melihat
Leo yang terbawa gelombang tsunami ala siswa SMA, bukannya ditolong. Jenskol
dan Pengki justru menebar senyum dan pergi kekantin. Mereka berdua menganggap
kalau Leo melambaikan tangan untuk salam perpisahan. Mereka pun melampaikan
kedua tangan kearah Leo “Dadah !!”.
Dikantin…
Sedang
lahap memakan mie goreng. Pengki memuntahkan mienya keatas meja. Jenskol yang
berada disampingnya yang sedang makan ketoprak merasa jijik melihat muntahan Pengki.
Hingga Jenskol marah lalu menoyor kepala Jenskol. “ JOROK LU JAMBAN !!” .
“
Apaan sih lu ah ? . Ganggu ajah” kesal Pengki dengan mata yang melebar.
“
Itu liat !!” Jenskol menunjuk muntahan Mie Pengki yang sudah seperti omlet
campur bubur. “ Jorok banget sih lu dasar anaknya pak Toto.”.
“
haha bodoamat. Terserah gue , muntah muntah gue. Kenapa harus lu yang repot ?.”
lanjutnya “ sebentar, siapa itu pak Toto ? . Bapak gue namanya Pak Miris.”.
“
Masyaallah Pak Toto itu bapak gue. Gue lupa. ” dahi Jenskol mengernyit.
“
Yang begok itu elu . bapak sendiri ajah lupa. Ah tolol lu.” Pengki berdiri lalu
mengajak Jenskol kekelas.
Baru
saja berdiri. Dengan sekejap, Pengki dan Jenskol terdiam. Diam seolah
terhipnotis oleh Romi Rafael. Pandangan mereka tertuju pada wanita berkulit
putih, rambutnya tergerai hingga sepunggung, roknya amat minim berkisar 5 cm
dari lutut.
“
Apakah ini yang dibilang coboy junior ? Bidadari jatuh dari surga. ”. Jenskol
bergurai sambil tertegun.
“
Hah ? nama cewek itu Coboy Junior ? kayak nama girlband ajah. ” saut Pengki.
“
Au ah panjul ! Apakata lu dah. Mau coboy junior kek, senior kek, amatir kek,
propesional kek. Bodoamat. Itu Rezca mantan pedekatean gue dulu.” Jenskol meninggalkan
Pengki lalu menghampiri Rezca.
Jenskol
melangkahkan kakinya menghampiri Rezca. Sampai keringat memandikan tubuhnya.
Tangannya gemetaran setelah melihat senyuman kecut Rezca. Rezka yang tersenyum
kecut justru kebingungan melihat Jenskol yang semakin lama semakin nggak jelas
kelakuannya. Jenskol sudah seperti kesurupan jin iprit. Badannya kejang-kejang.
Mulutnya keluar busa. Dan Jenskol pun pingsan.
=================================
Jenskol
terbangun. “ Kenapa diatas gue ada baling-baling pesawat ? Gue dimana ? Tolong
tolongg.. ” teriak Jenskol sambil memegangi kepalanya.
“
Lah ? lu kenapsss ? kalo mau belajar gila jangan disini. Ini UKS goblok. ”.
ujar Pengki yang agak gondok dengan perilaku gila Jenskol .
“
UKS ? tapi itu ko ada baling-baling pesawat ” tanya Jenskol heran.
“
Itu kipas angin bego, lu gimana sih ah. Nggak bisa bedain mana pesawat mana
ruang UKS. ”.
Setelah
1 jam 2 menit 3 detik. Keadaan Jenskol sudah membaik dan dapat meninggalkan
UKS. Pengki membopong Jenskol yang masih agak keliyengan. Dibawanya Jenskol oleh
Pengki ke kelas untuk mengambil tas. Setelah mendapatkan tas mereka. Jenskol
dan Pengki pun meluncur kelantai bawah.
Dari
kejauhan, Jenskol dan Pengki tertegun melihat Leo bergandengan tangan denga
Rezca. Melihat pemandangan yang tidak mengenakan itu. Jenskol yang menyimpan
rasa dengan Rezca hatinya pun terbakar seperti obor olimpiade.
Sambil
menggenggam tangan seolah sudah tidak sabar menghajar Leo karna sudah mengambil
pujaan hatinya. Pujaan hatinya ?. Maaf salah ngetik. Maksudnya calon pujaan
hatinya. Jenskol pun berlari mengejar Leo dan Rezca yang sedang berada di depan
gerbang sekolah.
Belum
sempat terkejar. Leo dan Rezca sudah menaiki kopaja. Gagal sudah usaha Jenskol.
Jenskol hanya dapat terjongkok didepan gerbang sambil memegangi perutnya. Ia
patah hati. Ia galau. Ia dilema. Ia juga menahan berak.
Tidak
tahan dengan tabungan diperutnya. Jenskol pun meluncur ke toilet. Saking
buru-burunya ia menabrak guru matematika yang terkenal killer. Ia adalah Bu Kapak. Nama aslinya Bu Martil Limbo. Karna
sering memakai salep cap Kapak. Ia pun dipanggil Bu Kapak. Entah siapa yang memberi
nama itu. Tapi pastinya penulis cerita inilah yang memberi nama. Anda tau siapa
?.
Karna
telah menabrak Bu Kapak. Jenskol pun diberi uang. Sebenarnya dalam lubuk hati
yang terdalam. Ia sangat panik karna pasti akan dimarahi. Dan bahkan lebih
parah lagi. Bisa-bisa dimutilasi.
“
Nih . ” Bu Jenskol menyerahkan uang 20 rebuan.
“
Yaampun bu, nggak usah repot-repot kali bu. Saya nggak minta ko.” Jenskol
menolaknya. Tapi setelah berfikir panjang “ yaudah sini deh bu, ibu baik
banget. ” Jenskol meraih uang 20 rebuan itu.
“
Siapa bilang itu buat kamu ? karena kamu udah nabrak ibu. Kamu sekarang
fotocopy buku paket soal matematika di meja ibu. Ada 20 halaman yang harus kamu
kerjain.”
“
Hah ? Bu tapi kan saya nggak---” kalimat Jenskol terpotong oleh Bu Kapak.
“
Nggak ada tapi-tapian. Buruan sekarang !!.” Bu Kapak membentak teriak deadpan wajah
Jenskol.
Pengki
yang sedari tadi melihat Jenskol dimarahi Bu Kapak. Malah tertawa
terbahak-bahak. Hanya karna menabrak Bu Kapak Jenskol dapat tugas.
Jenskol
melihat Pengki tertawa langsung mengadu pada Bu Kapak. Lalu ia bilang ke Bu
Kapak kalau Pengki meledeknya. “ Bu, diketawain Pengki tuh.” Jenskol menunjuk
Pengki, begitu juga dengan Bu Kapak yang memindahkan pandangannya kearah Pengki.
Pengki
pun mendapat tugas dari Bu Kapak. Jenskol begitu senang karna ada temannya.
Sebelum
itu Jenskol keceplosan kentut didepan Bu Kapak. Yang membuatnya mendapat tugas
tambahan sebanyak 20 lebar lagi. Jadi 40 halaman.
====================
Keesokan
harinya, Jenskol dan Pengki menunggu Leo dikelas. Akhirnya setelah menunggu
dari jam 5 pagi supaya dapat duduk paling depan juga, Leo pun datang. Jenskol
langsung menghampiri Leo dan menabraknya dari belakang. JGERR!!. Jenskol dapat
kartu kuning karna melanggar Leo dari belakang. Loh ko jadi kartu kuning ? kaya
maen bola ajah. Maaf nih ngelantur.
Leo
yang tidak terima dengan tindakan Jenskol, ia pun membalasnya dengan
mendaratkan pukulan kewajahnya sendiri. Matanya memerah. Leo ternyata masih
ngantuk dan nyawanya belum ngumpul semua.
Melihat
Leo yang salah memukul, Jenskol pun menuntun tangan Leo untuk memukul wajahnya.
Dan BRUGG. Pelipis Jenskol bedarah. Tapi Jenskol tidak menyadari itu. Leo pun
menghentikan ini. Ia tidak tega dengan wajah Jenskol yang penuh dengan darah.
Pengki dengan sigap berlari ke UKS untuk mengambil kotak alat P3K.
Sekedar
informasi, Pengki itu seksi kebersihan oleh karena itu ia selalu membantu dibidang
kesehatan.
Kembali
kecerita utama. Pengki pun datang dengan membawa seperangkat alat tulis. Cukup
lah untuk membersihkan luka Jenskol. Ketika melihat luka Jenskol yang begitu
parah. Pengki sangat terkejut dan kecewa karna Alat-alat yang dibawanya tidak
berguna. Dan Jenskol membutuhkan alat-alat P3K.
Setelah
menukar kotak alat tulis dengan kotak P3K. Pengki segera membersihkan luka
pelipis Jenskol. Leo mencoba membantu tapi Jenskol tidak menghendakinya. Justru
Leo dipukul oleh Jenskol. Satu lagi korban luka yang harus ditangani Pengki.
Pengki
lalu berpaling membantu mengobati luka memar diwajah Leo dengan sebotol minyak
kayu putih. Dioleskannya dipipi Leo. Bukannya sembuh, Leo justru teriak
kepanasan. Sampai-sampai ia memberontak. Kaki tangannya melayang keudara. Dan
PRAK!!. Darah segar mengalir dari hidung Pengki. Sudah lengkaplah penderita
mereka saat ini. Terluka bersama.
“
Senarnya ini, ada apa sih ? .” tanya Leo bingung sambil mengelus pipinya yang
panas.
“
Jangan pura-pura nggak tau luh. TNT dasar Temen makan temen. ” Jenskol
menyiapkan posisi untuk memukul dengan tangan yang terkepal.
Pengki
memotong pembicaraan “ Bukan TNT Kol, tapi TMT makan temen. ”.
“
Yaa itu lah maksud gue, METE kacang mete.” Jenskol ngeles karna apa yang
diucapkannya salah.
“
TMT goblok.” Pengki menggeplak kepala Jenskol.
“
Langsung aja to de poin. Lu mau nusuk temen lu dari belakang ? lu ko udah
berani jalan sama si Rezca. Lu nggak tau Rezca itu siapa ?.” Jenskol menjelakan
dengan wajah yang begitu kalap.
“
Rezca ? gua tau dia. Dia anak kelas 1 itu kan. Emang lu siapanya ?. Pacarnya ?
wkwkwkw.” Ledek Leo ke Jenskol semakin membuat Jenskol kesal dan kalap.
Kepalan
tangan Jenskol pun sudah ready untuk
mendarat diwajah Leo “ Ketawa lu biasa ajah nggak usah weka weka weka. Ngeledek
lu an##ng!! ”.
Pengki
lalu menengahkan keadaan yang semakin tidak terkendali. Memang butuh orang
seperti Pengki-lah yang mampu meredakan konflik semacam ini. Walaupun masih
ragu-ragu apakah mungkin Pengki bisa ?. Semuanya ditangan penulis cerita ini
lah. Bukan ditangan Pengki.
“
Kol, gue bilangin ke Elu. Rezca itu bukan siapa siapa gue dan dia juga udah
punya pacar. Masalah kemaren gue pulang bareng sama dia karena gue kemaren
dibayarin sama Rezca naek kopaja. Toh lu kemaren ninggalin gue kan pas
istirahat. Jadi siapa yang salah ?.” ujar Leo panjang lebar.
“
Tapi kan tapi--- ” Jenskol menganga dan berpikir sejenak walaupun sesungguhnya
apa yang dipikirkan Jenskol itu tidak akan terpikirkan.
“
Tapi apa ? Kalo lu nggak percaya ayok lu ikut gue kebelakang sekolah.”
“
Ngapain ? .”
“
Ayok ikut ajah !!.”
Leo
membawa Jenskol dan Pengki kebelakang sekolah. Keadaan disana sangat mencekam
dipenuhi bangku kursi yang tidak terpakai lagi. Tidak luput juga ada nyamuk
yang sok join bareng mereka bertiga. Tapi gangguan nyamuk itu tidak menghalangi
mereka untuk berpetualang.
Mereka
pun berdiri dibalik pohon mangga. Seolah-olah mereka ngumpet. Tapi karena
batang pohon yang kecil. Mereka bertiga pun ngumpet di satu pohon untuk satu
orang. Selesai mendapatkan tempat persembunyian yang aman. Leo, mengintip dari
sela-sela batang pohon. Terlihat Rezca dengan seorang pria.
Leo
melihat kearah Jenskol dan Pengki lalu seolah menyuruh mereka berdua supaya
melihat kearah apa yang dilihatnya. Seketika Pengki dan Jenskol melonjak
kebelakang lalu mengajak Leo untuk secepatnya pergi dari tempat ini.
Jenskol
merasa sangat bersalah dalam hidupnya karena telah memiliki rasa yang istimewa
dengan Rezca. Dan sekarang ia pun tau kalau Rezca itu memiliki kelainan jiwa
karena berpacaran dengan tukang kebon sekolah. Dan itu kebetulan Bapaknya
Pengki.
Pengki
yang begitu jelas melihat bapak dan Rezca bermesraan. Langsung pingsan dan koma
sampai cerita ini selesai. Dan penulis pun tidak tahu kapan pastinya Pengki
akan sadar dari komanya.
Jadi nilai moril yang bisa kita
ambil dari sini adalah jangan baca cerita ini lagi. Karena nggak akan dapat
nilai morilnya sama sekali. Tetima kasih sudah mau membuang-buang waktu untuk
membaca cerita yang kampungan ini. Dan maaf kalau judul dan ceritanya nggak nyambung. Karna ini tidak disengaja. DADAH
0 komentar:
Posting Komentar