123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Minggu, 04 Agustus 2013

Cerpen : TRIMASTENG- Kebon Bernyamuk

Andaikan dunia ini nggak hanya satu. Pasti mereka bertiga akan dipindahkan kedunia lain. Dan hidup bersama setan. Kehidupan mereka selalu membebani orang lain. Dari orang yang sudah dikenal bahkan orang yang sama sekali belum dikenal. Mereka adalah 3 trimasteng.
Leo 17 tahun, pemuda kriting memakai kaca mata min berwarna hitam dan paling suka gigitin jempol. Jempol kaki. Tapi sampai sekarang dia masih bingung kenapa namanya leo ?. Padahal ia lahirnya tanggal 7 februari yang seharusnya zodiaknya aquarius. Dia juga sempet protes dan minta ganti nama. Tapi orang tuanya nggak mau karna alasan males bikin nasi kuningnya buat merayakan pergantian nama.
Jenskol, anak ketiga dari dua bersaudara. Dia anak tiri. Pemuda berumur 16 tahun ini paling hobi ngobok-ngobok comberan kalo lagi laper. Tapi kalo udah kenyang dia lebih suka lagi main banana boat di comberan juga. Sampai saat ini kegiatannya pun terhambat karna banyak sampah yang mambrak maur di selokan. Dia kecewa hobinya harus terhenti hanya karna orang-orang tak bertanggung jawab yang membuang sampah di tempat bermainnya.
Dan terakhir. Paling muda diantara Leo dan Jenskol. Dia ialah Jolehandro dan panggilan kerennya Pengki. Nggak ada nyambung-nyambungnya nih nama. Tapi walaupun begitu Pengki ini orangnya sangat royal kalau sedang ngumpul. Apapun yang diminta Leo dan Jenskol selalu dituruti. Maklum saja Pengki anak orang miskin nggak kaget kalau selalu dijadikan Bandar jajan.
================================
Seperti hari-hari biasa yang mereka selalu lewati. Dari berangkat sekolah bareng. Pengki yang kebetulan anak tukang kebun sekolah dan rumahnya disekolah juga. Ia paling rajin menghampiri rumah Leo dan Jenskol yang jauhnya kalau digabungin sekitar 3 km. Naik motor ? nggak!!. Jalan kaki. Menurut Leo, jarak rumah dengan sekolahnya terlalu dekat. Dan ia tidak mau terlalu dekat. Toh dia mau seperti anak-anak sekolah normal lainnya yang bisa jalan kaki kesekolah. Nggak seperti dia, yang kpleset daun jambu juga sudah nyampe. Alhamdulillah setelah jalan 3 km gitu, kaki Pengki kapalan dan lebih parah lagi kakinya cekukan. Kaki cekukan ? gimana tuh ?.
Disekolah, mereka bertiga satu kelas. Kelas mereka XI IPS 2. Mereka juga tidak masuk jajaran orang bodoh. Tapi juga nggak termasuk jajaran orang pintar. Mereka menengah. Menengah kebawah yang tingkatnya melebihi bodoh. Sebodoh-bodohnya mereka. Leo lah yang paling pintar. Dia tidak pernah mendapatkan nilai 6. Selalu 5 kebawah. Prestasi terbaiknya mendapat nilai seratus matematika. Itupun remed yang nilainya tetap 6, pas KKM. Beda lagi dengan Jenskol, ia nggak pinter jangan kan pinter. Goblok ajah nggak. Kalau Pengki, dia masih agak lumayan daripada Leo dan Jenskol. Nilai rapotnya nggak pernah ada yang merah. Nilainya hitam semua dirapot. Padahal disitu tertera nilainya 5, 3, 4. Itulah prestasi terbaiknya.
Keringg…keringgg.. jemurannn keringg… “ Bel sekolah berbunyi”.
Seluruh siswa buyar keluar dari kelas. Leo, Jenskol, dan Pengki tidak luput dari sapuan ombak butiran-butiran siswa. Mereka bertiga terbawa gelombang segerombolan murid-murid lain. Hingga Leo yang tidak bisa berenang sampai tenggelem. Leo ditengah-tengah sambil melambaikan tangan teriak meminta tolong. Tapi Jenskol dan Pengki mampu selamat menghindari gerombalan itu.
Melihat Leo yang terbawa gelombang tsunami ala siswa SMA, bukannya ditolong. Jenskol dan Pengki justru menebar senyum dan pergi kekantin. Mereka berdua menganggap kalau Leo melambaikan tangan untuk salam perpisahan. Mereka pun melampaikan kedua tangan kearah Leo “Dadah !!”.
Dikantin…
Sedang lahap memakan mie goreng. Pengki memuntahkan mienya keatas meja. Jenskol yang berada disampingnya yang sedang makan ketoprak merasa jijik melihat muntahan Pengki. Hingga Jenskol marah lalu menoyor kepala Jenskol. “ JOROK LU JAMBAN !!” .
“ Apaan sih lu ah ? . Ganggu ajah” kesal Pengki dengan mata yang melebar.
“ Itu liat !!” Jenskol menunjuk muntahan Mie Pengki yang sudah seperti omlet campur bubur. “ Jorok banget sih lu dasar anaknya pak Toto.”.
“ haha bodoamat. Terserah gue , muntah muntah gue. Kenapa harus lu yang repot ?.” lanjutnya “ sebentar, siapa itu pak Toto ? . Bapak gue namanya Pak Miris.”.
“ Masyaallah Pak Toto itu bapak gue. Gue lupa. ” dahi Jenskol mengernyit.
“ Yang begok itu elu . bapak sendiri ajah lupa. Ah tolol lu.” Pengki berdiri lalu mengajak Jenskol kekelas.
Baru saja berdiri. Dengan sekejap, Pengki dan Jenskol terdiam. Diam seolah terhipnotis oleh Romi Rafael. Pandangan mereka tertuju pada wanita berkulit putih, rambutnya tergerai hingga sepunggung, roknya amat minim berkisar 5 cm dari lutut.
“ Apakah ini yang dibilang coboy junior ? Bidadari jatuh dari surga. ”. Jenskol bergurai sambil tertegun.
“ Hah ? nama cewek itu Coboy Junior ? kayak nama girlband ajah. ” saut Pengki.
“ Au ah panjul ! Apakata lu dah. Mau coboy junior kek, senior kek, amatir kek, propesional kek. Bodoamat. Itu Rezca mantan pedekatean gue dulu.” Jenskol meninggalkan Pengki lalu menghampiri Rezca.
Jenskol melangkahkan kakinya menghampiri Rezca. Sampai keringat memandikan tubuhnya. Tangannya gemetaran setelah melihat senyuman kecut Rezca. Rezka yang tersenyum kecut justru kebingungan melihat Jenskol yang semakin lama semakin nggak jelas kelakuannya. Jenskol sudah seperti kesurupan jin iprit. Badannya kejang-kejang. Mulutnya keluar busa. Dan Jenskol pun pingsan.
=================================
Jenskol terbangun. “ Kenapa diatas gue ada baling-baling pesawat ? Gue dimana ? Tolong tolongg.. ” teriak Jenskol sambil memegangi kepalanya.
“ Lah ? lu kenapsss ? kalo mau belajar gila jangan disini. Ini UKS goblok. ”. ujar Pengki yang agak gondok dengan perilaku gila Jenskol .
“ UKS ? tapi itu ko ada baling-baling pesawat ” tanya Jenskol heran.
“ Itu kipas angin bego, lu gimana sih ah. Nggak bisa bedain mana pesawat mana ruang UKS. ”.
Setelah 1 jam 2 menit 3 detik. Keadaan Jenskol sudah membaik dan dapat meninggalkan UKS. Pengki membopong Jenskol yang masih agak keliyengan. Dibawanya Jenskol oleh Pengki ke kelas untuk mengambil tas. Setelah mendapatkan tas mereka. Jenskol dan Pengki pun meluncur kelantai bawah.
Dari kejauhan, Jenskol dan Pengki tertegun melihat Leo bergandengan tangan denga Rezca. Melihat pemandangan yang tidak mengenakan itu. Jenskol yang menyimpan rasa dengan Rezca hatinya pun terbakar seperti obor olimpiade.
Sambil menggenggam tangan seolah sudah tidak sabar menghajar Leo karna sudah mengambil pujaan hatinya. Pujaan hatinya ?. Maaf salah ngetik. Maksudnya calon pujaan hatinya. Jenskol pun berlari mengejar Leo dan Rezca yang sedang berada di depan gerbang sekolah.
Belum sempat terkejar. Leo dan Rezca sudah menaiki kopaja. Gagal sudah usaha Jenskol. Jenskol hanya dapat terjongkok didepan gerbang sambil memegangi perutnya. Ia patah hati. Ia galau. Ia dilema. Ia juga menahan berak.
Tidak tahan dengan tabungan diperutnya. Jenskol pun meluncur ke toilet. Saking buru-burunya ia menabrak guru matematika yang terkenal killer. Ia adalah Bu Kapak. Nama aslinya Bu Martil Limbo. Karna sering memakai salep cap Kapak. Ia pun dipanggil Bu Kapak. Entah siapa yang memberi nama itu. Tapi pastinya penulis cerita inilah yang memberi nama. Anda tau siapa ?.
Karna telah menabrak Bu Kapak. Jenskol pun diberi uang. Sebenarnya dalam lubuk hati yang terdalam. Ia sangat panik karna pasti akan dimarahi. Dan bahkan lebih parah lagi. Bisa-bisa dimutilasi.
“ Nih . ” Bu Jenskol menyerahkan uang 20 rebuan.
“ Yaampun bu, nggak usah repot-repot kali bu. Saya nggak minta ko.” Jenskol menolaknya. Tapi setelah berfikir panjang “ yaudah sini deh bu, ibu baik banget. ” Jenskol meraih uang 20 rebuan itu.
“ Siapa bilang itu buat kamu ? karena kamu udah nabrak ibu. Kamu sekarang fotocopy buku paket soal matematika di meja ibu. Ada 20 halaman yang harus kamu kerjain.”
“ Hah ? Bu tapi kan saya nggak---” kalimat Jenskol terpotong oleh Bu Kapak.
“ Nggak ada tapi-tapian. Buruan sekarang !!.” Bu Kapak membentak teriak deadpan wajah Jenskol.
Pengki yang sedari tadi melihat Jenskol dimarahi Bu Kapak. Malah tertawa terbahak-bahak. Hanya karna menabrak Bu Kapak Jenskol dapat tugas.
Jenskol melihat Pengki tertawa langsung mengadu pada Bu Kapak. Lalu ia bilang ke Bu Kapak kalau Pengki meledeknya. “ Bu, diketawain Pengki tuh.” Jenskol menunjuk Pengki, begitu juga dengan Bu Kapak yang memindahkan pandangannya kearah Pengki.
Pengki pun mendapat tugas dari Bu Kapak. Jenskol begitu senang karna ada temannya.
Sebelum itu Jenskol keceplosan kentut didepan Bu Kapak. Yang membuatnya mendapat tugas tambahan sebanyak 20 lebar lagi. Jadi 40 halaman.
====================
Keesokan harinya, Jenskol dan Pengki menunggu Leo dikelas. Akhirnya setelah menunggu dari jam 5 pagi supaya dapat duduk paling depan juga, Leo pun datang. Jenskol langsung menghampiri Leo dan menabraknya dari belakang. JGERR!!. Jenskol dapat kartu kuning karna melanggar Leo dari belakang. Loh ko jadi kartu kuning ? kaya maen bola ajah. Maaf nih ngelantur.
Leo yang tidak terima dengan tindakan Jenskol, ia pun membalasnya dengan mendaratkan pukulan kewajahnya sendiri. Matanya memerah. Leo ternyata masih ngantuk dan nyawanya belum ngumpul semua.
Melihat Leo yang salah memukul, Jenskol pun menuntun tangan Leo untuk memukul wajahnya. Dan BRUGG. Pelipis Jenskol bedarah. Tapi Jenskol tidak menyadari itu. Leo pun menghentikan ini. Ia tidak tega dengan wajah Jenskol yang penuh dengan darah. Pengki dengan sigap berlari ke UKS untuk mengambil kotak alat P3K.
Sekedar informasi, Pengki itu seksi kebersihan oleh karena itu ia selalu membantu dibidang kesehatan.
Kembali kecerita utama. Pengki pun datang dengan membawa seperangkat alat tulis. Cukup lah untuk membersihkan luka Jenskol. Ketika melihat luka Jenskol yang begitu parah. Pengki sangat terkejut dan kecewa karna Alat-alat yang dibawanya tidak berguna. Dan Jenskol membutuhkan alat-alat P3K.
Setelah menukar kotak alat tulis dengan kotak P3K. Pengki segera membersihkan luka pelipis Jenskol. Leo mencoba membantu tapi Jenskol tidak menghendakinya. Justru Leo dipukul oleh Jenskol. Satu lagi korban luka yang harus ditangani Pengki.
Pengki lalu berpaling membantu mengobati luka memar diwajah Leo dengan sebotol minyak kayu putih. Dioleskannya dipipi Leo. Bukannya sembuh, Leo justru teriak kepanasan. Sampai-sampai ia memberontak. Kaki tangannya melayang keudara. Dan PRAK!!. Darah segar mengalir dari hidung Pengki. Sudah lengkaplah penderita mereka saat ini. Terluka bersama.
“ Senarnya ini, ada apa sih ? .” tanya Leo bingung sambil mengelus pipinya yang panas.
“ Jangan pura-pura nggak tau luh. TNT dasar Temen makan temen. ” Jenskol menyiapkan posisi untuk memukul dengan tangan yang terkepal.
Pengki memotong pembicaraan “ Bukan TNT Kol, tapi TMT makan temen. ”.
“ Yaa itu lah maksud gue, METE kacang mete.” Jenskol ngeles karna apa yang diucapkannya salah.
“ TMT goblok.” Pengki menggeplak kepala Jenskol.
“ Langsung aja to de poin. Lu mau nusuk temen lu dari belakang ? lu ko udah berani jalan sama si Rezca. Lu nggak tau Rezca itu siapa ?.” Jenskol menjelakan dengan wajah yang begitu kalap.
“ Rezca ? gua tau dia. Dia anak kelas 1 itu kan. Emang lu siapanya ?. Pacarnya ? wkwkwkw.” Ledek Leo ke Jenskol semakin membuat Jenskol kesal dan kalap.
Kepalan tangan Jenskol pun sudah ready untuk mendarat diwajah Leo “ Ketawa lu biasa ajah nggak usah weka weka weka. Ngeledek lu an##ng!! ”.
Pengki lalu menengahkan keadaan yang semakin tidak terkendali. Memang butuh orang seperti Pengki-lah yang mampu meredakan konflik semacam ini. Walaupun masih ragu-ragu apakah mungkin Pengki bisa ?. Semuanya ditangan penulis cerita ini lah. Bukan ditangan Pengki.
“ Kol, gue bilangin ke Elu. Rezca itu bukan siapa siapa gue dan dia juga udah punya pacar. Masalah kemaren gue pulang bareng sama dia karena gue kemaren dibayarin sama Rezca naek kopaja. Toh lu kemaren ninggalin gue kan pas istirahat. Jadi siapa yang salah ?.” ujar Leo panjang lebar.
“ Tapi kan tapi--- ” Jenskol menganga dan berpikir sejenak walaupun sesungguhnya apa yang dipikirkan Jenskol itu tidak akan terpikirkan.
“ Tapi apa ? Kalo lu nggak percaya ayok lu ikut gue kebelakang sekolah.”
“ Ngapain ? .”
“ Ayok ikut ajah !!.”
Leo membawa Jenskol dan Pengki kebelakang sekolah. Keadaan disana sangat mencekam dipenuhi bangku kursi yang tidak terpakai lagi. Tidak luput juga ada nyamuk yang sok join bareng mereka bertiga. Tapi gangguan nyamuk itu tidak menghalangi mereka untuk berpetualang.
Mereka pun berdiri dibalik pohon mangga. Seolah-olah mereka ngumpet. Tapi karena batang pohon yang kecil. Mereka bertiga pun ngumpet di satu pohon untuk satu orang. Selesai mendapatkan tempat persembunyian yang aman. Leo, mengintip dari sela-sela batang pohon. Terlihat Rezca dengan seorang pria.
Leo melihat kearah Jenskol dan Pengki lalu seolah menyuruh mereka berdua supaya melihat kearah apa yang dilihatnya. Seketika Pengki dan Jenskol melonjak kebelakang lalu mengajak Leo untuk secepatnya pergi dari tempat ini.
Jenskol merasa sangat bersalah dalam hidupnya karena telah memiliki rasa yang istimewa dengan Rezca. Dan sekarang ia pun tau kalau Rezca itu memiliki kelainan jiwa karena berpacaran dengan tukang kebon sekolah. Dan itu kebetulan Bapaknya Pengki.
Pengki yang begitu jelas melihat bapak dan Rezca bermesraan. Langsung pingsan dan koma sampai cerita ini selesai. Dan penulis pun tidak tahu kapan pastinya Pengki akan sadar dari komanya.

Jadi nilai moril yang bisa kita ambil dari sini adalah jangan baca cerita ini lagi. Karena nggak akan dapat nilai morilnya sama sekali. Tetima kasih sudah mau membuang-buang waktu untuk membaca cerita yang kampungan ini. Dan maaf kalau judul dan ceritanya nggak nyambung. Karna ini tidak disengaja.  DADAH








0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone