Sinar matahari yang
begitu terik menemani kepulangan siswa-siswi SMA BungaDarsa keluar dari kelas
mereka masing-masing. Satu per satu siswa keluar dari kelasnya. Tak sedikit
yang menyerobot untuk keluar lebih cepat sehingga membuat keributan kecil di
depan kelas.
Dikeramain itu ada
siswa yang bernama Vio dengan salah dua temannya yaitu Zain dan Jore. Mereka
berlarian, saling mengejar satu sama lain. Untuk berebutan coki-coki yang
diberikan Jingga (Teman perempuan sekelasnya).
Kejar-kejaran mereka
pun terhenti ketika Zain yang mendapatkan Coki-coki dari Jingga, tak sengaja
menabrak pak Dolpin. Sehingga pak Dolpin pun marah kepada mereka bertiga.
Akhirnya mereka bertiga dihukum berlari mengelilingi lapangan sebanyak 50 kali.
Selesai menjalankan
hukuman dari Pak Dolpin mereka segera bergegas meninggalkan lapangan dan menuju
parkiran motor.
Sambil bercanda dan
tertawa tidak jelas mereka tiba di parkiran. Dari gerbang parkiran, mereka
melihat seorang perempuan sedang kesulitan menghidupkan sepeda motornya.
“Eh, siapa tuh ? ” Tanya Vio berharap salah dua dari
temannya ada yang menjawab. Namun kedua temannya ternyata sudah tidak
dibelakangnya. Melainkan sudah berlari dan membantu perempuan tersebut. “Etdah
bocah yak buru-buru banget woi. Kayak bisa benerin motor aja lo pada” Vio
berlari menghampiri mereka.
Zain dan Jore terus
mencoba menghidupkan motor tersebut namun tidak bisa. Ketika Vio yang mencoba menghidupkan
motor perempuan itu dengan cara menyela mesinnya, motor itu langsung menyala.
Dalam hati Vio “Aku lah juaranya teman-teman hahahahaha”
Perempuan itu berterima
kasih kepada Vio. “Terima kasih ya kak” sambil mengulurkan tangannya ke Vio.
Vio yang rada gugup
segera mengulurkan tangannya juga “Oiya sama-sama ini mah udah kerjaan gue
sehari-hari hehehe”
“Bengkel kali ahhhh”
Ledek Zain ke Vio.
“Apasih lo sirik aja !”
Perempuan itu lalu
tancap gas. Sebelum melewati gerbang, Vio memanggil perempuan itu.
“EH..ehhh berhenti”
Ucap Vio yang berlari menghampiri perempuan itu.
“Kalo boleh tau, nama
lo siapa ya ? kelas berapa ? “
Perempuan itu berhenti “aku
Rara kelas sebelas IPA 2 kak” sahut perempuan itu.
“Oh yaudah kalo gitu.
Hati-hati ya”
“Iya kak. Makasih ya
kak” Rara tersenyum meski tidak terlihat oleh Vio karna menggunakan masker.
Vio, Zain, dan Jore
dengan menunggangi sepeda motornya masing-masing. Segera meninggalkan parkiran
yang sudah tidak ada motor siswa lain lagi selain motor mereka.
***
Malam hari di kamar
Vio. Zain dan Jore menginap. Mereka bertiga main pes semalam suntuk.
Disela-sela Zain dan Jore sedang bertanding maen playstation, Vio tiba-tiba
mengatakan “Kayaknya gue suka deh sama dia”
“Dia siapa ? Jingga ? ”
ucap Zain asal, sambil memainkan stik PSnya.
“Palelu Jingga !! Cewek
yang kemarin lusa diparkiran itu loh nyong(“nyong” nama panggilan vio dan Jore
ke Zain. Karna mulut Zain monyong kayak bemper bemo) ” balas Vio lalu membanting
punggungnya kekasur dan melihat langit-langit kamarnya sambil tersenyum-senyum
kecil.
“Ohhhhh yang cewek
nggak bisa nyalain motornya itu toh. Ah menurut gue biasa-biasa aja yo, kalo
kata gue sih ya. Lebih cakep Jingga dari pada si itu tuh cewek nggak bisa
nyalain motor itu” sela Jore, ikut-ikutan nimbrung dalam obrolan.
“Nah betul sekali.
Setuju gue sama Jore. Lagian juga kan lu tau sendiri yo kalo si Jingga suka
sama lo daridulu” ujar Zain yang lalu menengok kearah Vio yang sedang tiduran.
“Bukan masalah cakep
atau nggaknya. Tapi ini beda, beda banget dari yang lain. Dia tuh manis,
kulitnya nggak putih-putih banget, bulu matanya lentik Dan keliatannya dia
pinter. Pasti dia juga baik. Duhh perfect dah” Vio lalu menutupi wajahnya
dengan bantal dan menghayal dirinya mampu mendapatkan Rara yang ia idamkan.
“GOALLLLL RONEYY !!”
Teriak Jore sambil joget-joget bahagia karna mampu membobol gawang tim Zain.
“Ah curang lu Jor, gue
kan gasiap” protes Zain.
***
Hari demi hari di
sekolah. Vio selalu curi-curi pandang ke Rara. Dikantin, dilapangan, dikoridor,
sampai Rara mau kekamar mandi pun Vio selalu melancarkan lensa matanya ke objek
terindahnya itu. Rara yang selalu berdua dengan temannya, tak sengaja berjalan
melewati kelas Vio. Vio pun melihat Rara lewat dengan temannya. Ia pun segera
berlari dan meninggalkan PR yang sedang dikerjakannya. Ketika keluar dari
kelas, jejak Rara lenyap tersapu angin. Tak ada Rara dipandangannya saat ini. “Apa
cuma halusinasi ? “ Tanya Vio dalam hati pada dirinya sendiri.
Pulang sekolah, tak
biasanya Vio terburu-buru ke parkiran.
“Yo, buru-buru banget
lo. Mau ngapain si ?” Tanya Zain sambil menarik tas Vio.
“Sebentar nyong. Gue
sibuk ” Vio melepaskan genggaman Zain pada tasnya lalu lari terbirit-birit.
“Udah Nyong biarin aja.
Temen kita lagi kasmaran. Jatuh cintaaaaa pada pandangan pertama.” Saran Jore
ke Monyong supaya tidak mengganggu Vio dulu. “ Emangnya lo jomblo mulu, nggak
laku-laku hahaha. Udah jomblo sering kalah maen PS lagi. Nasib lo Nyoooong…Nyooong
” ledek Jore lagi.
“Wahh ngajak berantem
nih bocah. Kalo berani ayok dah maen dirental bang Ucok !!”
“Ayok siapa takut.
Dasar jomblo !!” Jore memukul kepala Zain dengan buku tulis lalu melancarkan
kaki seribu ke parkiran.
Di parkiran Vio bertemu
Rara. Ia pun segera mendekati Rara dan menyapanya.
“Hai Ra? Mau pulang ya ?
” Sapa Vio tersenyum.
“Hai juga kak. Iya nih
kak mau pulang. Kenapa ya kak ?” jawab Rara yang sudah menunggangi sepeda
motornya.
“Hmmm.. ini..ini
maksudnya ini” Vio gugup, untungnya ia tidak kencing dicelana saking gugupnya.
“Ini apa kak ? ” Rara
bingung.
“Ini itu, kamu rumahnya
dimana ? ” Saking gugupnya, Vio pun bertanya ke Rara asal ceplos
“Oh yaampun kak aku
kira ini ini apa kali. Rumah aku di jalan kumbang kak. Kenapa ya kak ? ” Rara
semakin bingung dengan Vio yang tiba-tiba menanyakan rumahnya.
“Dijalan kumbang ya”
Vio menggaruk kepala dan lanjutnya “Kalo gitu hati-hati ya Ra. Banyak orang
jahat loh dijalanan. Apalagi kang kopaja, hati-hati ra jangan nyalip kopaja.
Bahayain kamu nantinya”
“Iya kak okedeh okee.
Siap kak.” Rara langsung tancap gas.
Setelah Rara pergi. Vio
langsung memakai helmnya. Dan terlintas dipikirannya. “ Kenapa gue jadi lupa
gini. Kan gue ngejar dia buat minta nomer hapenya. “ Yailah pake lupa. Ujar Vio
dalam hati dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia pun secepatnya mengejar Rara.
Vio kebut sepeda
motornya. Seakan ia seperti Valentino Rossi liar, menyalip satu per satu sepeda
motor didepannya dengan menghiraukan bahaya bagi dirinya. Sampai akhirnya perjuangannya menjadi Rossi gadungan pun membuahkan hasil. Sekitar 10 meter
dari motornya, Rara sudah terlihat. Ia segera menyampingi motor Rara.
“Rara !!” teriak Vio ke
Rara yang berada disamping kirinya.
Rara menengok dan
sedikit kaget “Loh ? Kenapa lagi kak kok ngikutin aku ? kakak juga lewat sini
pulangnya ? ”
“Berhenti dulu deh Ra”
pinta Vio ke Rara.
Daripada membahayakan
dirinya karna mengobrol sambil mengendarai motor. Rara pun melipir dipinggir
trotoar jalan. Vio yang sudah menghentikan motornya, lalu turun dari motor dan
menghampiri Rara.
Rara membuka
helmnya dan mengibaskan rambutnya yang
panjang dan wangi shampoo sunsilk warna hitam “ Ada apa kak, kok nyuruh aku
berhenti ditengah jalan gini ?” Tanya
Rara agak heran dengan Vio.
“Ohiya Ra aku lupa tadi
mau minta nomer hape kamu. Buat ngerjain tugas , boleh nggak ?” dengan alasan
nggak masuk akal, Vio memberanikan diri.
“Buat tugas kok minta
nomer aku ? emang tugas apa ?” Rara makin tak mengerti dengan pikiran Vio,
namun Rara tetap tenang, dan tidak sama sekali berpikir buruk ke Vio.
Vio berpikir sejenak.
Mencari alasan yang kuat untuk menunjang permintaanya. Namun dia nggak bisa
lama-lama karna hari sudah panas, kasihan Rara nanti kulitnya item kayak ban
bajai “Gini loh, ada tugas dari guru kkpi dan itu tugasnya disuruh ngumpulin nomer
dan alamat siswa/siswi SMA BungaDarsa dan disalin pake Microsoft database. Tadi
kan diparkiran aku udah nanya alamat rumah kamu dimana. Tapi aku lupa nanya
nomer hape kamu”
“Oh gitu ya kak.
Ada-ada aja yak tugasnya”
“Iya emang aneh tuh
gurunya hahaha” Tawa Vio sejenak menyejukkan hatinya karna selangkah lagi ia
akan mendapatkan nomer hape Rara.
“Iyaudah nih kak nomer
hape aku, catet ya 0895xxxxxx”
Vio mengeluarkan
hapenya dan mencatat nomer hape Rara dihapenya.
“Udah kan kak nggak ada
yang kurang lagi ?”
“Oh nggak ada kok
..nggak ada Ra. Makasih ya”
“Sama-sama kak. Aku
jalan dulu ya kak.” Pamit Rara lalu memakai helmnya dan tancap gas meninggalkan
bau shampoo sunsilk hitam yang ngangenin hati Vio. Seakan membuat Vio ingin
rasanya mencium rambut Rara terus menerus.
Vio menatapi nomer hape
Rara dihandphonenya. Dan senyum-senyum nggak jelas dipinggir jalan.
***
Setelah dapat nomer
Rara. Vio mencoba mendekati Rara lewat Whatsapp. Mulanya Vio takut kalo Rara tidak
terlalu respon kepadanya. Namun dengan setitik kepercayaan diri, Vio pun
akhirnya berani memulai chat. Obrolan awal tidak terlalu menarik karna Vio
masih terlalu hati-hati. Takut kata-katanya melukai hati Rara.
Lama kelamaan akhirnya
Rara semakin respon kepada Vio. Lebih perhatian dibanding sebelumnya. Yang sebelumnya
hanya Vio yang selalu bertanya. Sekarang Rara pun tak malu bertanya-tanya
keseharian, hobi, kesukaan, dan segala macam tentang Vio.
Kedekatan mereka pun
tak terasa sudah sebulan. Vio sering kali mengajak Rara makan bareng, lari pagi
bareng, nonton bareng. Dan kedekatan ini tidak sama sekali diketahui oleh Zian
dan Jore. Bahkan Vio selama dekat dengan Rara jadi jarang bermain dengan Zain
dan Jore. Itu lah yang membuat Zian dan Jore cemas dan bingung.
“Lu ngapa sih jadi
jarang mau ikut maen PS lagi sama kita ? ”Tanya Zain serius.
“Au lu yo. Bukannya
kenapa-kenapa nih yak. Gue cuman kasian sama Zain kalo maen PS kalah mulu sama
gue. Gue gaada tandingannya.” Ujar Jore ikut nimbrung lalu melahap bakso yang
dipesannya.
“Bukannya gue nggak mau
maen nyong, tapi gue sibuk bantuin nyokap gue dirumah” jawab Vio seadanya
sambil memutar-mutar sedotannya di gelas yang berisi es jeruk.
“Yaelah bantuin nyokap
lu apa sih ? lagian juga kan nyokap lu nggak sendirian jaga warung dirumah. Ada
tante lo juga yang biasa jaga warung” ujar Zain.
“Iya emang tapi kan gue
juga sebagai anak harus bantuin orang tua” lagi-lagi Vio menjawab seadanya dan
seakan jawabannya membuat Zian makin curiga dengan Vio.
“Gue rasa ada yang
ditutup-tutupin nih. Wah gue curiga. Kasih tau yo apa yang lu umpetin dari kita
?!! Jangan-jangan lo lagi deket samaaaaa…..” kata-kata Zain terhenti karna
melihat Vio tersenyum ke seorang perempuan. Perempuan itu Rara.
“Tuhkan bener dugaan
gue. Lu lagi suka sama orang. Dan Itu si Rara. Udah ngaku aja lu nggak usah lu
umpet-umpetin. Mungkin aja gue bisa ngasih lu tips buat deketin lu sama dia”
ujar Zain lega setelah mengetahui kenapa temennya berubah jadi agak mellow.
“Nyoooooong…nyooooong
sok jadi pakar cinta lo !! Lo kan jomblo, nggak usah sok ngasih tips ke Vio.
Yang ada malah lo kasih tips, eh Vionya malah gagal” ledek Jore ke Zain yang
mulai sok pandai tentang masalah cinta.
“Diem lu jor !” kesal
Zain ke Jore.
Bel sekolah berbunyi….
“Yaelah udah bel !! ”
Zain ngedumel.
Vio merangkul Zain dan
Jore ketika mereka hendak berdiri dari bangku kantin “Nanti pulang sekolah lo
berdua anterin gue yak ?!”
“Kemana ? ”Zain dan
Jore serentak menjawab.
“Udah ikut gue aja lah.
Penting ini. Kalo lo berdua sahabat gue pasti lo mau kan ?”
“iyalah gue pasti mau.
Apalagi kalo maen PS pasti gue mau” Jore melirik Zain seakan-akan menantang.
“Ngapa lu lirik-lirik
gue ?!! Ribut lu ?” Zain kesal ingin menjitak Jore namun mampu dilerai oleh
Vio.
“Yaudah ah ribut PS
mulu lo berdua. Ayo masuk kelas” Vio berlari menuju kelas.
***
Ditengah jalan sepulang
dari sekolah. Jingga yang berada dipinggir jalan dengan teman-temannya melihat
Vio yang dari jauh sedang mengendari motor. Ia pun memanggil Vio. Vio
menghentikan motornya didekat Jingga. Jingga meminta Vio untuk mengantarnya ke
Mall. Tapi Vio menolaknya karna ingin langsung pulang dan mengerjakan tugas.
Jingga pun memaksa dan memohon-mohon. Akhirnya Vio tidak enakan dengan jingga.
Vio pun mengantarkan Jingga ke Mall.
Selama perjalanan,
mereka berbincang-bincang. Sedikit tawa membumbui perbincangan mereka.
Sesampainya diMall. Jingga mengajak Vio makan.
“Loh kok makan ? Gue kira
ada yang penting” ujar Vio yang tak ingin lama-lama pergi dengan Jingga.
“Nggak salah kan kita
makan ? gue traktir yo. Selo aja. Ayok ah gue tau lu juga laper” Jingga menarik
tangan Vio untuk masuk kedalam restoran.
Mereka berdua duduk
saling berhadapan. Vio melihat-lihat sekeliling restoran yang tidak terlalu
ramai. Mungkin karna jam kerja, jadi restoran tidak terlalu ramai.
“Lo mau mesen apa ? ” Jingga
menyodorkan daftar menu makanan ke Vio.
“Minum aja. Gue nggak
laper” singkat Vio.
“Nggak mungkin lo nggak
laper” Jingga terus membujuk Vio supaya makan.
“Yaudah dah gue samain
aja kayak pesenan lo” ujar Vio tak bersemangat.
Setelah menulis daftar
pesanan. Jingga memanggil pelayan untuk menyerahkan daftar pesanan mereka
berdua.
Tak lama setelah itu
pesanan datang dan mereka menyantapnya. Jingga menyantap hidangan tersebut dengan
lahap. Berbeda dengan Vio yang tak menghabiskan makanannya.
“Kok nggak abis
makanannya ? ”Tanya jingga lalu menyedot jus jeruknya.
“Kan udah gue bilang
gue nggak laper. Yaudah nggak gue abisin lah” jawab Vio sinis “Sebenarnya
kesini mau ngapain sih ? katanya lo ada yang penting. Kalo nggak
penting-penting banget mah nggak usah ngajak gue kesini” lanjut Vio makin kesal
kepada Jingga yang tak jelas tujuannya datang keMall”
“Penting kok yo” Jingga
lalu menarik tangan Vio dan menggenggamnya.
Vio melihat
tangannya dipegang Jingga, segera ia menariknya “Dih ngapain sih lu megang
tangan gue ?! Nggak jelas lu ah. Pergi dah gue. Pulang sendiri aja deh lu” Vio
membereskan tasnya dan mencoba pergi dari restoran.
“Tunggu dulu yo. Tunggu
!! Masa iya lu tega ninggalin gue sendiri disini”
“Yaudah kalo lo mau
pulang. Ayok pulang !. Gue nggak mau lama-lama disini ah” ujar Vio dengan nada
sedikit membentak.
Diperjalanan pulang
kerumah Jingga. Tanpa diduga Vio sebelumnya. Jingga mengatakan hal yang membuat
Vio tersentak. Dan Membuat hatinya bimbang.
“Yo.. sebenarnya gue
ngajak lo ke Mall tadi Cuma mau bilang. Gue sayang sama lo.” Ujar Jingga dari
belakang tubuh Vio yang sedang mengendarai motor dengan nada yang halus
ditelinga kanan Vio.
Vio hanya terdiam.
Ucapan Jingga membuatnya sedikit tidak fokus mengendarai motor.
“Gue suka sama lu dari
kita sekelas pertama kali yo. Tapi lo nggak pernah peka kalo gue suka sama lo.
Sampe waktu kita pernah deket tapi lo tetep nggak peka-peka.” Jingga terus menjelaskan.
Kedua tangannya memeluk Vio dari belakang dan kepalanya bersandar dipunggung
Vio.
“Ngga, sori banget gue
nggak tau harus jawab apa. Dulu gue emang suka sama lo. Tapi sekarang gue nggak
bisa suka sama lo lagi. Sori banget.”
“Kalo lo suka sama gue
kenapa lo nggak bilang juga sih yo ? gue nggak bisa mendem perasaan ini ”
jingga melepaskan pelukannya.
“Gue nggak bilang karna
gue nggak tau harus ngapain”
“Yaudah sekarang kan
udah ketauan kalo lo dulu suka sama gue. Kenapa nggak jalanin dulu ? sembari
berjalan pasti kita berdua bakal saling sayang dan lo bakal sayang sama gue
kayak dulu lagi. Apa lo udah punya cewek yo ? makannya lo nggak mau terima gue
jadi pacar lo.”
“Nggak.. gue nggak
punya cewek. Tapi gue punya sesuatu yang membuat gue bahagia saat ini.”
“Apa yang membuat lo
bahagia ? ” tanya jingga sangat penasaran.
“Lo nggak perlu tau
Ngga !!” Motor Vio berhenti dan Jingga turun.”Sori Ngga. Gue nggak bisa” Tidak
mau lama-lama lagi berdebat. Vio langsung menancap gas dan pulang kerumahnya.
Jingga menatap punggung
Vio yang lama kelamaan lenyap. Lalu air matanya mengalir. Dan ia masuk kedalam
rumah dengan hati yang tak karuan.
***
Diparkiran sepulang
sekolah. Vio, Zain, dan Jore menunggu Rara diatas motor. Rencananya siang ini
Vio ingin menembak Rara. Tak lama kemudian, Rara datang bersama temannya Dian.
Zian yang melihat kedatangan Rara langsung memberikan kode ke Vio untuk
cepat-cepat menghampiri Rara.Vio segera menghampiri Rara yang sedang memakai
helm.
“Ra ? ” ucap Vio
gemetar sambil memegang kotak hadiah dibalik pungunggunya.
“Kenapa ?” sahut Rara
dengan nada yang tidak seperti biasanya. Nadanya kali ini agak sinis.
“Loh kok sinis banget
jawabnya Ra ? ” Tanya Vio penasaran.
“Sinis ? nggak tuh”
jawab Rara sinis.
“Tuh kan sinis”
“Udah ya kak. Aku mau
pulang !. Banyak tugas!. Mendingan kakak nggak usah deket-deketin aku lagi kak.”
Rara menancap gasnya namun mampu ditahan Vio. “Apalagi sih kak ? kakak tuh
ganggu aku mulu sih dari kemaren. Aku tuh sibuk kak !!! Mau ngerjain tugas.” Ujar
Rara dengan nada tegas menjurus membentak.
“Oke..oke kalo kamu mau
ngerjain tugas. Tapi tolong dengerin aku dulu” Vio berjalan dan berdiri didepan
motor Rara. Mereka berdua sekarang saling berhadapan. lanjutnya “ Tolong banget
kali ini aja. Terserah kamu mau terima atau nggak. Aku cuma mau bilang aku
sayang sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku ?”
Ucapan Vio membuat Rara
menunduk. Sehingga bingung harus berbuat apa. Lalu ia menengadahkan kepalanya
dan menatap Vio.
“Kakak ini apa-apaan
sih ? kakak udah punya kak Jingga tapi masih mau sama aku ?!! kakak ini anggep
aku cewek apaan ? kakak pikir aku nggak tau kalo kakak itu pacaran sama kak
Jingga ? hah ?!! KAKAK PIKIR AKU NGGAK TAU ?!!!” ujar Rara dengan penuh emosi
dan ia tak mampu menahan air matanya.
“Jingga ? apa maksud
kamu ? aku nggak ngerti Ra. Aku tuh nggak ada apa-apa sama Jingga. Aku tuh sama
Jingga cuma temen sekelas. Udah cukup itu doang.”
“Kakak bilang, cuma temen
?!! Kalo cuma temen kenapa kemaren kakak berdua di restoran dan disana kakak
pegangan tangan ?”
“Itu nggak seperti yang
kamu kira. Aku tuh nggak ada apa-apa sama dia Ra. Aku tuh Cuma sayang sama
kamu. cuma kamu”
“BOONG !! Udahlah kak,
kakak lebih cocok sama kak Jingga”
“Nggak ! Aku cocoknya
sama kamu Ra. Aku sayang Ra sama kamu. Aku…” Vio tak tau lagi apa yang harus ia
katakan supaya Rara percaya kalo dia hanya sayang pada Rara.
“Udah lah kak jangan
halangin aku lagi. Aku mau pulang ! ”
“Jangan pulang dulu Ra.
Jawab dulu pertanyaan aku tadi”
“Nggak ada yang harus
dijawab kak. Awas kak aku mau pulang !!! Kalo nggak minggir, aku tabrak !!”
Rara menancap gasnya tak karuan dan hampir menabrak Vio yang diselamatkan oleh
Zain dan Jore sehingga tidak jadi tertabrak.
Rara menuju rumah
dengan mata yang peluh dengan air mata. Dan hati yang tak karuan hancurnya.
“Yo, kayaknya ada
masalah ya ? ” Tanya Zain
Vio hanya diam dan
menatap kotak hadiah yang sebenarnya akan diberikan kepada Rara tadi.
***
Dua minggu setelah itu
*Tok tok tok*
Dari dalam pintu
terbuka dan Rara yang membuka pintu tersebut. Rara agak kaget ketika yang
dihadapannya sekarang Zain dan Jingga.
“Ada apa kalian kesini
?” Tanya Rara menatap Zain. Ia sama sekali tidak ingin menatap Jingga.
“Kita datang kesini
nggak ada maksud apa-apa. Cuma mau ngasih ini kok Ra” Zain menyodorkan kotak hadiah milik Vio.
“Ini apa kak ? ” Tanya Rara
“Itu kotak hadiah dari
Vio yang dua minggu lalu mau di kasih ke kamu. Buka aja kotaknya. Disini juga
ada Jingga. Dia mau ngasih tau yang sebenarnya tentang hubungannya dengan Vio”
Rara membuka kotak
hadiah tersebut dan ia tersenyum sampai menteskan air mata.
“Rara, sebenarnya kak
Vio itu bukan pacar aku. Seperti yang kamu kira waktu itu. Aku sama Vio cuma temen.
Beneran deh cuma temen. Kak Vio itu bener-bener sayang sama kamu. Jadi kalo
kamu menganggap kak Vio itu pembohong. Kamu salah besar. Dia cowok yang baik.
Dan pantas untuk kamu. Bukan untuk aku. Kamu pantas jadi pacarnya” ujar Jingga
berharap Rara langsung mengerti dengan penjelasannya.
“Jadi.. apa yang
dibilang kak Vio itu bener kalo dia itu nggak pacaran sama kak Jingga ?”
Zain dan Jingga
menganggup sambil tersenyum. Senyuman mereka semakin meyakinkan Jingga kalo Vio
itu memang cowok yang jujur.
“Lalu kak Vio sekarang
dimana kak ? aku mau ketemu dia sekarang !!”Ujar Rara agak memaksa.
Zain dan Jingga saling
bertatapan. Tatapan mereka berdua agak berbeda . Tidak seperti tadi yang memancarkan
tatapan keindahan.
“Kenapa kak ? Kak Vio
dimana sekarang ?” Tanya Rara semakin heran.
Zain memalingkan
wajahnya dari Jingga dan menatap sedih ke Rara “Hmm.. Barusan kak Vio..”
“Kak Vio kenapa ?!! Kak
Vio kenapa kak ? Bilang sama aku jangan bikin aku sedih kak” Rara menangis
sambil menggoyahkan tubuh Zain seakan memaksa Zain untuk mengatakan yang
sebenarnya.
“Kak Vio pergi ke Australi
tadi siang Ra. Dia mau kuliah disana”
Air mata Rara mengalir
deras dan suaranya berubah menjadi tersendat-sendat “Ke..ke.kenapa dia nggak
bilang aku dulu ?”
“Karna Kak Vio takut
kamu marah lagi” sahut Jingga
“Kenapaaa?!! Kenapa orang
yang aku sayang pergi tanpa bilang sama aku dulu !!! “ Rara menangis dan
memeluk Jingga. Air matanya membasahi bahu jingga.
Namun usapan halus
dirambut Rara tiba-tiba membuat Rara terasa nyaman. Rasanya berbeda tak seperti
biasanya. Tangisan Rara terhenti dan ia menengadahkan kepalanya. Lalu ia diam.
Diam seribu bahasa karna tak percaya. Kalo Vio lah yang menyentuh rambutnya
tadi. Ia melepaskan pelukan Jingga dan langsung memeluk Vio.
“Tadi kamu bilang apa
Ra ? yang sayang-sayang tadi hehehe” Tanya Vio menggoda Rara.
“Aku nggak bilang
apa-apa” jawab Rara tersenyum dan semakin erat memeluk orang yang disayanginya
itu.
“Aku nggak akan
ninggalin kamu begitu aja Ra. Aku sayang sama kamu. I love you Ra” Vio mencium
kening Rara dengan penuh kasih sayang.
“I Love You Too” balas
Rara yang semakin nyaman dalam pelukan Vio.
Saran dan kritikannya bisa di kolom komen ya kakak dan adik-adiku sekalian :)