123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Rabu, 26 Agustus 2015

Selamanya

Kamu tau nggak, sekarang aku lagi ada dimana ? pasti kamu nggak tau kan ? iyalah kamu nggak tau. Jangankan kamu tau keberadaan aku disini, chat aku dari dua hari yang lalu aja kamu nggak tau. Kamu nggak tau kalo aku nungguin balesan chat dari kamu  kan? Coba liat dulu deh hape kamu. Kalo udah diliat, nggak usah kamu bales. Aku juga udah tau kok kalo kamu bakal bales apa.

Oiya, aku mau ngasih tau nih. Kalo aku sekarang lagi ada disuatu tempat. Tempatnya indah loh, apalagi kalo ada kamu disamping aku. Pasti tambah indah deh. Disini aku hanya beratapkan bintang dan alasnya hanya rumput. Aku nggak berdiri, aku duduk. Duduk ditengah-tengah lapangan yang luas. Cukup luas kalo disamakan dengan seluasnya harapan aku untuk terus mengejar kamu.

Aku kedinginan loh disini. Kamu nggak ngerasain sih, angin malem dingin banget. Aku takut masuk angin. Aku butuh sentuhan kehangatan. Aku pengen deh hangatnya itu dari pelukkan kamu. Tapi nggak mungkin ya. Yaudah deh, dingin angin malam ini cuma aku halau dengan tolak angin yang aku beli di warung sebelah rumah kamu tadi siang. Kenapa aku beli diwarung sebelah rumah kamu ? Tau nggak, kamu ? Kamu nggak tau ?!! Aku beli disana karna aku tadi ingin melihat serpihan hati aku sedang apa dirumahnya. Eh tapi kamu nggak ada. Kayaknya kamu lagi ngerjain PR ya ?

Hmmm… aku bingung disini harus ngapain. Aku mau ngobrol tapi cuma ada rumput. Aku ajak ngobrol dia, tapi dia nggak jawab. Dia cuma bergoyang lunglai dihembus angin. Aku tetep nggak mau diem aja, aku coba ngobrol sama batu kerikil. Eh ternyata dia juga nggak jawab. Kok sifat mereka sama ya kayak kamu ? aku tanya berkali kali namun nggak pernah menggubris aku. Ohhh.. aku tau ! Mungkin ini bukan sifat buruk kamu. Tapi memang kamunya yang ingin bersifat seperti alam ya ? Pasif. Iya kamu pasif, sama kayak batu.

Yaudah lah aku capek. Aku tiduran aja. Saat ini aku menatap hamparan langit yang gelap. Aku lihat dari bawah sini, betapa indahnya bercak-bercak bintang itu. Indahnya bintang membuat aku semakin bingung. Aku bingung kenapa bintang sekecil itu mampu membuat langit tidak kesepian. Kelihatannya langit senang-senang aja tiap malem ditemenin bintang. Tapi kenapa kamu setiap aku ingin menemani hari-hari mu, kamu malah menolak. Apa kamu nggak kesepian ? apa sudah ada bulan yang lebih indah dibanding bintang ? Oalah ada apa dengan aku ? aku selalu mencoba jadi bintang dilangit kehidupan kamu, tapi sinar ku lama kelamaan malah meredup. Apa aku bukan bintang ? siapa aku ? Dan siapa rembulan yang mampu mengalahkan terangnya bintang ?

Sekali lagi aku mencoba untuk jadi bintang, bukan jadi rembulan. Bintang punya sinarnya sendiri untuk menerangi buminya. Tidak seperti rembulan yang perlu matahari untuk terlihat gemerlap.

Sedangkan saat ini rembulan tak begitu sempurna bulatnya. Bintang pun lama-kelamaan memudar dan menghilang. Aku masih menyandarkan pundakku diatas rumput. Mereka semua menghilang. Siapa mereka ? Bulan dan bintang. Yang terlihat hanya lah gelap dan awan merah. Diteruskan dengan rintik-rintik air yang membasahi dahiku. Kenapa ini ? awan menangis ? Apakah awan menangis karna kehilangan bulan dan bintang ? Entahlah, aku tak mengerti semua omong kosongku ini. 

Aku hanyalah jiwa sebatangkara yang terbelenggu dalam gelapnya asmara. Merasakan dinginnya rintik hujan ini justru membuatku semakin nyaman. Aku rasakan satu persatu butiran-butiran air menyentuh wajahku. Aku pejamkan mata dan mengatakan. “Aku akan menjadi bulan dan bintang. Eh..tidak..tidak..mereka tidak indah. Aku ingin jadi diriku sendiri. Meski tak pernah kamu anggap. Toh, matahari nggak perlu pengakuan untuk mengakui seberapa terang sinarnya. Meski jauh dari bumi, ia tetap ada selama bumi itu masih berada disekelilingnya. Yap ! meskipu
n saat ini aku hanya dapat melihatmu dari jauh. Tapi aku tetap memperhatikanmu. Selamanya….”


Senin, 24 Agustus 2015

Cinta 4032

“Sayang, bulan depan kamu mau naek gunung lagi ya ?” Tanya Fina yang daritadi duduk sambil memakan pesanan kentaki frienchickennya.

“Iya sayang kira-kira tanggal 2. Aku juga lagi searching nih, info tentang gunung itu. Kabarnya sih gunung itu lumayan sulit jalurnya. Apalagi suhu disono bisa sampai 0 derajat kalo malem hari sampai subuh” ucap Reno yang sibuk menatap laptopnya dan memutar-mutar scroll mouse untuk mencari info di google.

Fina telah melahap habis makanannya lalu meminum coca-cola “Terus temen kamu udah ada yang pernah kesono nggak ? bahaya loh Ren kalo suhunya udah sampai 0 derajat gitu. Kamu nggak takut ?”

“Temen aku sih udah ada yang pernah kesono. Tapi sayang banget dia belom sampe kepuncak karna kedinginan ditengah jalan.” Jawab Reno santai sambil meminum mocca float. Dan sejenak menengok kearah Fina, menatap Fina “ Takut sih nggak, Cuma aku bakal jaga-jaga fisik aku sampai naik nanti. Emangnya kenapa kamu nanya-nanya ? Tumben banget. Kamu mau ikut ?” Tanya Reno berharap pertanyaannya hanya sekedar basa-basi. Karena Reno tidak ingin Fina repot-repot ikut dengannya mendaki gunung.

“Kalo boleh sama kamu, aku sih mau ikut. Soalnya aku pengen banget ikut naek gunung sama kamu. Sekali-kali kek gitu aku ikut kamu naek gunung. Boleh ya ? boleh ?”  pinta Fina manja dengan memasang muka sangat berharap.

Reno menyeka bekas saos dibibir Fina dengan telunjuknya “Fin..fin bukanya aku nggak mau ngajak kamu. Masalahnya kalo aku ngajak kamu, ntar kasian kamunya kecapean. Apalagi disana suhunya dingin banget kayak dikulkas. Emangnya kamu kuat sama suhu kulkas ? ” Jelas Reno “Kamu aja minum es masih batuk hahahaha” Reno mencubit pipi Fina gemas.

Fina menarik wajahnya dari cubitan Reno “ Ah kamu mah gitu. Nggak mau banget ngeliat ceweknya seneng. Aku ngambek ah.” Fina mengerucutkan bibirnya lalu memalingkan wajahnya dari tatapan Reno. Berharap Reno mau mengajaknya mendaki gunung.

Reno menarik wajah Fina dan menatap mata Fina serius “Gini deh.  Aku kasih tau nih ya, disana alam luas. Kita nggak tau apa yang bakal terjadi sama kita disana nanti. Bahaya bisa kapan pun menjemput kita tanpa kita ketahui. Makannya itu aku nggak mau orang yang paling aku sayang kena bahaya begitu aja.” jelas Reno mencoba memberi alasan dengan suara yang agak serius dibanding sebelumnya.

“Kalo bahaya kenapa kamu mau kesana ? emangnya kamu kira aku nggak takut kalo kamu kena bahaya disana ? aku selalu kawatir Ren kalo kamu lagi naik gunung. Hati aku selalu was-was” ujar Fina dengan tatapan sinis. “Yaudah kalo kamu nggak mau ngajak aku gapapa sih. Terserah kamu.” Fina membereskan tasnya lalu berdiri.

“Eh…eh kamu mau kemana ?”

“Aku mau pulang aja !”

Reno menahan Fina. Menyuruhnya untuk duduk kembali “Yaudah…yaudah duduk dulu. ” lanjut Reno “Oke deh kamu boleh ikut aku bulan depan. Tapi ada syarat yang harus kamu jalanin. Syarat ini bukan aku yang ngada-ngada bikin. Tapi emang syarat wajib untuk naik gunung itu supaya menjaga fisik saat mendaki disana” Reno akhirnya luluh.

“Syaratnya apa ? ”

“Cukup tiap hari kita lari pagi dan sore. Itu rutin sampai 3 minggu sebelum hari H. Dan sifatnya wajib. Nggak boleh ngeluh. Kalo ngeluh, kamu nggak usah ikut naik. Gimana ?”

“Oke siap. Siapa takut !” Fina tersenyum hingga lesung pipinya membuat ia terlihat lebih manis dibanding saat cemberut.

“Janji ? ” Reno menyodorkan kelingkingnya ke Fina sebagai tanda perjanjian jika Fina tidak mengikuti syarat dari Reno. Fina tidak jadi ikut mendaki gunung dengannya.

“Janji sayang ” Fina mengikat kelingking Reno dengan kelingkingnya sambil tersenyum ceria.


*****

Setiap berangkat kuliah sebagai pengganti lari pagi. Fina menggunakan sepeda untuk menuju kampusnya. Begitu juga dengan Reno yang selalu menemani sekaligus memantau Fina yang terkadang mengeluh kelelahan. Untungnya Reno tidak diam begitu saja. Reno tetap memberikan semangat.

Pada awalnya Reno menganggap Fina tidak mampu menjalani syarat yang diberikannya. Kenyataan berkata lain. Tekad Fina untuk ikut mendaki bersamanya sangat kuat. Meskipun kadang-kadang mengeluh kelelahan.

Bukan hanya menjaga fisiknya supaya tetap bugar. Fina juga menjaga pola makannya. Yang setiap hari bisa makan 4 kali sehari. Sekarang bisa dua kali sehari dan tanpa ngemil. Tidak makan larut malam. Selalu minum susu, makan sayuran dan buah-buahan. Ini pun berkat perintah dari Reno. Memang Reno sejak lama meminta Fina untuk hidup sehat, tapi baru kali ini Fina mau dengan sungguh-sungguh. Reno pun berharap kebiasaan baru Fina ini akan jadi kebiasaan Fina sehari-hari setelah mendaki nanti.

Hari demi hari berlalu. Persiapan Fina dan Reno sudah matang. Fisik sudah segar bugar. Begitu juga dengan berat badan Fina yang turun 4 kg. Lumayan lah. Peralatan pendakian juga sudah disiapkan dari jauh-jauh hari supaya tidak mendadak disiapkannya. Tinggal menunggu dua hari lagi menuju hari H. Besok latihan fisik terakhir. Kemungkinan besok latihan fisik bersama komunitas pendaki gunung kampus yang diketuai Reno sendiri.

Fina sangat antusias ikut latihan terakhir ini. Karna keinginannya mendaki gunung bersama Reno dan menuju puncak gunung bersama kekasihnya itu sudah hampir dekat.

Malamnya Fina tidak dapat tidur karna saking tidak sabaran. Fina lalu mengambil handphonenya yang sedang di charger lalu dia chat ke Reno.

“Sayang ?” send Fina ke Reno.

“Iya kenapa sayang ? kamu belom tidur ? besok kan udah berangkat. Kalo nggak tidur, besok kamu ngantuk loh.”

“Aku nggak bisa tidur Ren :( ”

“Pasti kamu kepikiran besok ya ? Kamu nggak sabaran banget sih sayangggg. Sabar lah. Sekarang mendingan kamu tidur. Jaga fisik kamu, inget !. Kalo kamu nggak tidur kamu nggak jadi ikut aja deh :p ”

“Ahh ikutttt sayang. Yaudah yaudah aku tidur deh”

“Nah gitu dong. Yaudah gih tidur aku juga sebentar lagi tidur kok. Masih nanggung persiapan barang buat besok. Bye sayang, jangan lupa baca doa ya. Good night have nice dream and angle will protected you in dream. I love you so much :* :* :* ” send. Reno langsung mengunci layar hapenya.

“Good night too sayang I love you too :* :* :*   ” Fina segera mematikan hapenya dan lampu kamarnya. Lalu ia menutupi tubuhnya didalam selimut dan matanya perlahan tertutup menuju alam mimpi.

*******

Pagi yang sejuk dengan hembusan angin yang mengibaskan rambut hingga berantakan. Matahari tidak terlalu terik memancarkan sinarnya. Suasana yang indah pagi ini sangat bersahabat untuk mengiringi keberangkatan Reno, Fina dan kawan-kawan untuk menuju puncak gunung.

Reno, Fina dan lima orang lainnya telah siap. 5 orang yang lainnya yaitu, Tina, Jojo, Riki, Reja, dan Doni. Mereka masing-masing membawa carier yang berisi barang-barang yang dibutuhkan digunung nanti. Mereka berkumpul didepan kampus. Setelah berkumpul semua, mereka lalu menyewa mobil angkot menuju terminal. Setelah sampai di terminal, mereka segera menaiki bis yang sudah di pesan tiketnya tiga hari yang lalu oleh Reno.

Diperjalanan, mereka habiskan waktu dengan berbincang-bincang. Tidak dengan Jojo dan Tina yang lebih memilih tidur untuk memulihkan fisik mereka. Perjalanan dengan bis menuju kaki gunung menghabiskan waktu 4 jam. Cukup lama jika harus dihabiskan hanya dengan ngobrol dan memainkan hape. Oleh karena itu mereka semua akhirnya tidur.

Fina terbangun dari tidurnya lalu membangunkan Reno.

“Sayang…sayangg” Fina mengguncang-guncang tubuh Reno

Reno terbangun “Hengg..kenapa sayang ? ”Tanya Reno sambil mengelus lembut rambut lurus Fina.

“Aku takut ” Fina memasang muka cemas dan membuat Reno sedikit kawatir.

“Takut nanti disono pup gimana ? digunung ada wc nya nggak ?” Ujar Fina polos, yang justru membuat kepanikan Reno menghilangkan.

“Yaampun sayang, ada-ada aja kamu. Mana ada WC di gunung, ya nanti kamu berak disemak-semak lah. Makannya kemaren aku suruh kamu bawa tisu basah. Itu gunanya tisu basah.” Ujar Reno panjang lebar sambil mencubit pipi Fina. “Udah tenang aja. Kamu nggak usah kawatir. Selama masih ada aku disamping kamu. Oke ? ” lanjut Reno sekaligus melanjutkan tidurnya yang diganggu Fina.

“Okedeh” Fina agak tenang meski tidak seratus persen.


****
Perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka tiba di kaki gunung. Mereka istirahat sebentar. Tiga puluh menit setelah istirahat mereka segera berangkat kepuncak gunung yang tingginya 4032 mdpl. Cukup tinggi untuk pemula seperti Fina yang belum pernah sama sekali naik gunung. Tapi dia tidak begitu cemas selama Reno masih bersamanya.

Setelah merasa cukup istirahatnya, mereka segera bersiap-siap. Diawali dengan doa dan dipimpin oleh Reno. Mereka pun memulai pendakian.

Reno berjalan paling depan dengan Fina berada disampingnya. Langit masih terlihat terik. Sama sekali belum menunjukkan gelap akan datang. Untuk awal-awal, jalur masih belum ada rintangan yang begitu berarti. Menurut info, jalur yang sulit disekitar 3000 mdpl ke 4000 mdpl, hampir menuju puncak. Apalagi jika penanjak berjalan malam, bukan hanya jalurnya yang sulit dan gelap. Ditambah lagi dengan suhu dingin yang ekstrim. Maka dari itu, Reno dan kawan-kawan telah memakai parka yang tebal untuk menghangatkan tubuh. Sarung tangan dan topi kupluk juga tak lupa. Dan juga head lamp untuk membantu penerangan.

Langit sudah menunjukkan jingganya dan gelap semakin lama memayungi Reno, Fina dan yang lainnya. Perjalanan mereka masih diteruskan. Sesekali jika ada salah satu yang lelah, mereka istirahat. Tapi Reno telah menyuruh teman-temannya dan juga Fina untuk terus berjalan karna suhu semakin dingin, sangat berbahaya jika terlalu lama beristirahat.

“Sayang..dinginnnn” ucap Fina dengan asap yang keluar dari mulutnya.

“Tahan ya Fin.. kamu pasti bisa. Kita udah sampe sini, kamu jangan sampe nyerah. Terus peluk aku aja kalo kamu merasa dingin” Ujar Reno meyakinkan Fina lalu mencium kening Fina.

“I..i..iyaa sayang” Fina memeluk Reno erat-erat sambil terus berjalan ke atas.

Mereka istirahat dan mendirikan tenda. Saat ini mereka sudah berada di 2791 mdpl. Masih sekitar 1300 mdpl lagi mereka sampai dipuncak. Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi. Fina terus memeluk Reno.

Meskipun mereka sudah menyalakan api unggun. Suhu disekitar mereka masih tidak begitu hangat. Memang wajar, karna gunung ini juga sering memakan korban. Kebanyakan korbannya meninggal karna kedinginan.

Fina kelihatan semakin pucat. Bibirnya menggigil. Tubuhnya menggigil hebat. Reno yang sudah berpengalaman pun, sedikit bingung harus berbuat apa. Tanpa berpikir panjang, Reno rela melepas parkanya dan memakaikannya ke Fina supaya semakin hangat. Saat ini Reno hanya memakai switer tipis dan sarung tangan yang sesungguhnya tidak begitu berarti menahan suhu dingin.

Reno segera menyarankan teman-temannya untuk merapihkan tenda. Karna suhu semakin dingin, cemas yang lain juga kedinginan. Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Fina digendong Reno karna tidak kuat berjalan. Carier yang dibawa Reno rela ditinggal dan barang-barang yang penting saja dititipkan di carier yang lain.

Reno melanjutkan perjalanan tanpa parka dan menggendong Fina menuju puncak gunung. Perjalanan menuju puncak kira-kira 1 jam 45 menit lagi. Kurang lebih. Cukup untuk sampai dipuncak dan melihat indahnya matahari terbit dari ketinggian 4032.

“Sa..sa..sayang maafin aku ya. Aku udah nyusahin kamu sama temen-temen kamu. Seharusnya aku nggak usah ikut. Tapi akunya keras kepala” bisik Fina sesak, suaranya hampir habis.

“Kamu nggak usah ngeluh. Selama masih ada aku disamping kamu. Kamu nggak usah kawatir. Inget itu ! Kamu harus tetep bertahan.” Reno menyemangati Fina yang sudah mulai tidak terlalu kedinginan.

“Aku minta maaf sayang gara-gara aku. Kamu sama temen-temen kamu jadi susah. Emang aku nyusahin, seharusnya kamu nggak usah bantuin aku” ujar Fina semakin sesak dan tangisnya tak terhalang lagi.

Tina dari belakang megelus-ngelus punggung Fina “ Jangan nangis Fina. Kita disini susah seneng bareng-bareng. Nggak ada satu sama lain yang ngerepotin. Satu kesulitan sama aja kesulitan kita bersama. Kamu tetep harus kuat, Fina”

“Seb..seben..tar sebentar lagi ki..ta kita sam…pe sayang. Ka..kamu harus kuat ” Ucap Reno menggigil. Wajahnya pucat. Namun ia masih tetep kuat berjalan dan menggendong Fina meski jalur sudah mulai banyak bebatuan.

“Kamu kedinginan sayang ? ”Tanya Fina cemas.

“Nggak say, aku nggak kedinginan. A…aku mas..masih kuat” kata-kata Reno sudah mulai tidak jelas karna bibirnya begitu menggigil.

“Ren kalo nggak kuat jangan dipaksain” ucap Jojo memegang pundak Reno.

“Iya sayang kamu nggak usah maksain. Aku turun aja, kamu nggak usah gendong aku lagi. Aku udah nggak kedinginan kok” Fina turun dari pundak Reno . Ia berdiri disamping Reno lalu memeluk Reno erat. “Ayok sayang. Kamu pasti bisa. Selama ada aku disamping kamu. Kamu nggak usah kawatir.” Ujar Fina dengan wajah yang cemas sambil mengusap halus pipi Reno.

“It…it…itu kata..kata aku Fin” ujar Reno tersenyum tipis.

“Emangnya kamu doang yang bisa bilang begitu” Fina menuntun Reno berjalan. “Ayo kamu pasti bisa sayang ! ” semangat dari Fina membuat Reno tersenyum.

Jojo juga membantu Reno berjalan. Mereka silih berganti membantu Reno yang lama-kelamaan malah semakin kritis. Suhu tubuhnya tidak jelas. Dingin panas. Sedangkan di ufuk timur matahari mulai memancarkan sinar jingganya.

Fina menangis  melihat keadaan Reno semakin kritis. ‘Sayangggg… kamu kok lemah banget ?!! kamu kenapa begini ?!! kamu nggak malu sama aku? aku aja kuat.” Rengek Fina sambil mengguncang-guncangkan tubuh Reno.

Meski sudah diselimuti parkanya kembali dan dibantu dengan syal kawan-kawannya. Keadaan tubuh  Reno tetap tidak membaik. Jojo pun akhirnya menggendong Reno sampai puncak.

Tidak lama setelah itu. Mereka sampai di puncak gunung.

“Akhirnyaaaaa Ren, kita sampai puncak 4023 mdpl. Puncak tertinggi yang diimpikan para pendaki !” Jojo mencoba berbicara dengan Reno namun tak ada jawaban. “Ren…Ren..Renooooooo !!!” Jojo langsung membaringkan tubuh Reno yang sudah lunglai tak bertenaga.

Fina hanya bisa menangis melihat keadaan Reno yang tak berdaya. “Renooo.. jangan tinggalin aku” Tina memeluk Fina untuk menenangkan hati Fina.

Jojo, Reja, Riki, dan Doni mencoba memeriksa keadaan Reno. Pendaki-pendaki lain yang sudah berada di sana, juga ikut membantu.

“Renoooo… bangun Renooo.. TEGA LOOOO NINGGALIN GUE TEMEN MAEN PS LU !!” Jojo mengguncang-guncang tubuh Reno yang tak kuasa juga menetskan air mata.

Fina melepaskan pelukan Tina lalu berlari menghampiri tubuh Reno “Sayang !! bangun sayang !! jangan tinggalin aku sayang.” Tina memeluk tubuh Reno yang tak bernyawa. “Aku sayang sama kamu. Kamu jangan tinggalin aku” ucapnya tepat ditelinga Reno.

Isak tangis dan kesedihan pun pecah dipuncak gunung itu. Tak luput para pendaki lain yang berada disana. Fina terseduh-seduh, air matanya mengalir deras sampai bahunya. Rasanya  Fina seperti ingin lompat dari puncak gunung ini setelah ditinggal kesayangan hatinya.

Tak lama kemudian Fina mendekati tubuh Reno ditemani juga oleh Tina. Ia dekatkan bibirnya di kening Reno lalu mengecupnya dan ia berbisik di telinga Reno. “Setinggi-tingginya puncak gunung yang telah kita lampaui. Sebesar-besarnya gunung yang kita taklukan. Seindah-indahnya matahari terbit yang kita kagumi. Tetap yang dihati ini adalah kamu. Aku sayang sama kamu Ren. Selamat tinggal. I Love You So Much”


Komentarnya ditunggu loh ...

Sabtu, 22 Agustus 2015

So love

Sinar matahari yang begitu terik menemani kepulangan siswa-siswi SMA BungaDarsa keluar dari kelas mereka masing-masing. Satu per satu siswa keluar dari kelasnya. Tak sedikit yang menyerobot untuk keluar lebih cepat sehingga membuat keributan kecil di depan kelas.

Dikeramain itu ada siswa yang bernama Vio dengan salah dua temannya yaitu Zain dan Jore. Mereka berlarian, saling mengejar satu sama lain. Untuk berebutan coki-coki yang diberikan Jingga (Teman perempuan sekelasnya).

Kejar-kejaran mereka pun terhenti ketika Zain yang mendapatkan Coki-coki dari Jingga, tak sengaja menabrak pak Dolpin. Sehingga pak Dolpin pun marah kepada mereka bertiga. Akhirnya mereka bertiga dihukum berlari mengelilingi lapangan sebanyak 50 kali.

Selesai menjalankan hukuman dari Pak Dolpin mereka segera bergegas meninggalkan lapangan dan menuju parkiran motor.

Sambil bercanda dan tertawa tidak jelas mereka tiba di parkiran. Dari gerbang parkiran, mereka melihat seorang perempuan sedang kesulitan menghidupkan sepeda motornya.

“Eh, siapa tuh  ? ” Tanya Vio berharap salah dua dari temannya ada yang menjawab. Namun kedua temannya ternyata sudah tidak dibelakangnya. Melainkan sudah berlari dan membantu perempuan tersebut. “Etdah bocah yak buru-buru banget woi. Kayak bisa benerin motor aja lo pada” Vio berlari menghampiri mereka.

Zain dan Jore terus mencoba menghidupkan motor tersebut namun tidak bisa. Ketika Vio yang mencoba menghidupkan motor perempuan itu dengan cara menyela mesinnya, motor itu langsung menyala. Dalam hati Vio “Aku lah juaranya teman-teman hahahahaha”

Perempuan itu berterima kasih kepada Vio. “Terima kasih ya kak” sambil mengulurkan tangannya ke Vio.

Vio yang rada gugup segera mengulurkan tangannya juga “Oiya sama-sama ini mah udah kerjaan gue sehari-hari hehehe”

“Bengkel kali ahhhh” Ledek Zain ke Vio.

“Apasih lo sirik aja !”

Perempuan itu lalu tancap gas. Sebelum melewati gerbang, Vio memanggil perempuan itu.

“EH..ehhh berhenti” Ucap Vio yang berlari menghampiri perempuan itu.

“Kalo boleh tau, nama lo siapa ya ? kelas berapa ? “

Perempuan itu berhenti “aku Rara kelas sebelas IPA 2 kak” sahut perempuan itu.

“Oh yaudah kalo gitu. Hati-hati ya”

“Iya kak. Makasih ya kak” Rara tersenyum meski tidak terlihat oleh Vio karna menggunakan masker.

Vio, Zain, dan Jore dengan menunggangi sepeda motornya masing-masing. Segera meninggalkan parkiran yang sudah tidak ada motor siswa lain lagi selain motor mereka.

***

Malam hari di kamar Vio. Zain dan Jore menginap. Mereka bertiga main pes semalam suntuk. Disela-sela Zain dan Jore sedang bertanding maen playstation, Vio tiba-tiba mengatakan “Kayaknya gue suka deh sama dia”

“Dia siapa ? Jingga ? ” ucap Zain asal, sambil memainkan stik PSnya.

“Palelu Jingga !! Cewek yang kemarin lusa diparkiran itu loh nyong(“nyong” nama panggilan vio dan Jore ke Zain. Karna mulut Zain monyong kayak bemper bemo) ” balas Vio lalu membanting punggungnya kekasur dan melihat langit-langit kamarnya sambil tersenyum-senyum kecil.

“Ohhhhh yang cewek nggak bisa nyalain motornya itu toh. Ah menurut gue biasa-biasa aja yo, kalo kata gue sih ya. Lebih cakep Jingga dari pada si itu tuh cewek nggak bisa nyalain motor itu” sela Jore, ikut-ikutan nimbrung dalam obrolan.

“Nah betul sekali. Setuju gue sama Jore. Lagian juga kan lu tau sendiri yo kalo si Jingga suka sama lo daridulu” ujar Zain yang lalu menengok kearah Vio yang sedang tiduran.

“Bukan masalah cakep atau nggaknya. Tapi ini beda, beda banget dari yang lain. Dia tuh manis, kulitnya nggak putih-putih banget, bulu matanya lentik Dan keliatannya dia pinter. Pasti dia juga baik. Duhh perfect dah” Vio lalu menutupi wajahnya dengan bantal dan menghayal dirinya mampu mendapatkan Rara yang ia idamkan.

“GOALLLLL RONEYY !!” Teriak Jore sambil joget-joget bahagia karna mampu membobol gawang tim Zain.

“Ah curang lu Jor, gue kan gasiap” protes Zain.

***

Hari demi hari di sekolah. Vio selalu curi-curi pandang ke Rara. Dikantin, dilapangan, dikoridor, sampai Rara mau kekamar mandi pun Vio selalu melancarkan lensa matanya ke objek terindahnya itu. Rara yang selalu berdua dengan temannya, tak sengaja berjalan melewati kelas Vio. Vio pun melihat Rara lewat dengan temannya. Ia pun segera berlari dan meninggalkan PR yang sedang dikerjakannya. Ketika keluar dari kelas, jejak Rara lenyap tersapu angin. Tak ada Rara dipandangannya saat ini. “Apa cuma halusinasi ? “ Tanya Vio dalam hati pada dirinya sendiri.

Pulang sekolah, tak biasanya Vio terburu-buru ke parkiran.

“Yo, buru-buru banget lo. Mau ngapain si ?” Tanya Zain sambil menarik tas Vio.

“Sebentar nyong. Gue sibuk ” Vio melepaskan genggaman Zain pada tasnya lalu lari terbirit-birit.

“Udah Nyong biarin aja. Temen kita lagi kasmaran. Jatuh cintaaaaa pada pandangan pertama.” Saran Jore ke Monyong supaya tidak mengganggu Vio dulu. “ Emangnya lo jomblo mulu, nggak laku-laku hahaha. Udah jomblo sering kalah maen PS lagi. Nasib lo Nyoooong…Nyooong ” ledek Jore lagi.

“Wahh ngajak berantem nih bocah. Kalo berani ayok dah maen dirental bang Ucok !!”

“Ayok siapa takut. Dasar jomblo !!” Jore memukul kepala Zain dengan buku tulis lalu melancarkan kaki seribu ke parkiran.

Di parkiran Vio bertemu Rara. Ia pun segera mendekati Rara dan menyapanya.

“Hai Ra? Mau pulang ya ? ” Sapa Vio tersenyum.

“Hai juga kak. Iya nih kak mau pulang. Kenapa ya kak ?” jawab Rara yang sudah menunggangi sepeda motornya.

“Hmmm.. ini..ini maksudnya ini” Vio gugup, untungnya ia tidak kencing dicelana saking gugupnya.
“Ini apa kak ? ” Rara bingung.

“Ini itu, kamu rumahnya dimana ? ” Saking gugupnya, Vio pun bertanya ke Rara asal ceplos

“Oh yaampun kak aku kira ini ini apa kali. Rumah aku di jalan kumbang kak. Kenapa ya kak ? ” Rara semakin bingung dengan Vio yang tiba-tiba menanyakan rumahnya.

“Dijalan kumbang ya” Vio menggaruk kepala dan lanjutnya “Kalo gitu hati-hati ya Ra. Banyak orang jahat loh dijalanan. Apalagi kang kopaja, hati-hati ra jangan nyalip kopaja. Bahayain kamu nantinya”

“Iya kak okedeh okee. Siap kak.” Rara langsung tancap gas.

Setelah Rara pergi. Vio langsung memakai helmnya. Dan terlintas dipikirannya. “ Kenapa gue jadi lupa gini. Kan gue ngejar dia buat minta nomer hapenya. “ Yailah pake lupa. Ujar Vio dalam hati dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia pun secepatnya mengejar Rara.

Vio kebut sepeda motornya. Seakan ia seperti Valentino Rossi liar, menyalip satu per satu sepeda motor didepannya dengan menghiraukan bahaya bagi dirinya. Sampai akhirnya perjuangannya menjadi Rossi gadungan pun membuahkan hasil. Sekitar 10 meter dari motornya, Rara sudah terlihat. Ia segera menyampingi motor Rara.

“Rara !!” teriak Vio ke Rara yang berada disamping kirinya.

Rara menengok dan sedikit kaget “Loh ? Kenapa lagi kak kok ngikutin aku ? kakak juga lewat sini pulangnya ? ”

“Berhenti dulu deh Ra” pinta Vio ke Rara.

Daripada membahayakan dirinya karna mengobrol sambil mengendarai motor. Rara pun melipir dipinggir trotoar jalan. Vio yang sudah menghentikan motornya, lalu turun dari motor dan menghampiri Rara.

Rara membuka helmnya  dan mengibaskan rambutnya yang panjang dan wangi shampoo sunsilk warna hitam “ Ada apa kak, kok nyuruh aku berhenti ditengah jalan gini ?”  Tanya Rara agak heran dengan Vio.

“Ohiya Ra aku lupa tadi mau minta nomer hape kamu. Buat ngerjain tugas , boleh nggak ?” dengan alasan nggak masuk akal, Vio memberanikan diri.

“Buat tugas kok minta nomer aku ? emang tugas apa ?” Rara makin tak mengerti dengan pikiran Vio, namun Rara tetap tenang, dan tidak sama sekali berpikir buruk ke Vio.

Vio berpikir sejenak. Mencari alasan yang kuat untuk menunjang permintaanya. Namun dia nggak bisa lama-lama karna hari sudah panas, kasihan Rara nanti kulitnya item kayak ban bajai “Gini loh, ada tugas dari guru kkpi dan itu tugasnya disuruh ngumpulin nomer dan alamat siswa/siswi SMA BungaDarsa dan disalin pake Microsoft database. Tadi kan diparkiran aku udah nanya alamat rumah kamu dimana. Tapi aku lupa nanya nomer hape kamu”

“Oh gitu ya kak. Ada-ada aja yak tugasnya”

“Iya emang aneh tuh gurunya hahaha” Tawa Vio sejenak menyejukkan hatinya karna selangkah lagi ia akan mendapatkan nomer hape Rara.

“Iyaudah nih kak nomer hape aku, catet ya 0895xxxxxx”

Vio mengeluarkan hapenya dan mencatat nomer hape Rara dihapenya.

“Udah kan kak nggak ada yang kurang lagi ?”

“Oh nggak ada kok ..nggak ada Ra. Makasih ya”

“Sama-sama kak. Aku jalan dulu ya kak.” Pamit Rara lalu memakai helmnya dan tancap gas meninggalkan bau shampoo sunsilk hitam yang ngangenin hati Vio. Seakan membuat Vio ingin rasanya mencium rambut Rara terus menerus.

Vio menatapi nomer hape Rara dihandphonenya. Dan senyum-senyum nggak jelas dipinggir jalan.

***

Setelah dapat nomer Rara. Vio mencoba mendekati Rara lewat Whatsapp. Mulanya Vio takut kalo Rara tidak terlalu respon kepadanya. Namun dengan setitik kepercayaan diri, Vio pun akhirnya berani memulai chat. Obrolan awal tidak terlalu menarik karna Vio masih terlalu hati-hati. Takut kata-katanya melukai hati Rara.

Lama kelamaan akhirnya Rara semakin respon kepada Vio. Lebih perhatian dibanding sebelumnya. Yang sebelumnya hanya Vio yang selalu bertanya. Sekarang Rara pun tak malu bertanya-tanya keseharian, hobi, kesukaan, dan segala macam tentang Vio.

Kedekatan mereka pun tak terasa sudah sebulan. Vio sering kali mengajak Rara makan bareng, lari pagi bareng, nonton bareng. Dan kedekatan ini tidak sama sekali diketahui oleh Zian dan Jore. Bahkan Vio selama dekat dengan Rara jadi jarang bermain dengan Zain dan Jore. Itu lah yang membuat Zian dan Jore cemas dan bingung.

“Lu ngapa sih jadi jarang mau ikut maen PS lagi sama kita ? ”Tanya Zain serius.

“Au lu yo. Bukannya kenapa-kenapa nih yak. Gue cuman kasian sama Zain kalo maen PS kalah mulu sama gue. Gue gaada tandingannya.” Ujar Jore ikut nimbrung lalu melahap bakso yang dipesannya.

“Bukannya gue nggak mau maen nyong, tapi gue sibuk bantuin nyokap gue dirumah” jawab Vio seadanya sambil memutar-mutar sedotannya di gelas yang berisi es jeruk.

“Yaelah bantuin nyokap lu apa sih ? lagian juga kan nyokap lu nggak sendirian jaga warung dirumah. Ada tante lo juga yang biasa jaga warung” ujar Zain.

“Iya emang tapi kan gue juga sebagai anak harus bantuin orang tua” lagi-lagi Vio menjawab seadanya dan seakan jawabannya membuat Zian makin curiga dengan Vio.

“Gue rasa ada yang ditutup-tutupin nih. Wah gue curiga. Kasih tau yo apa yang lu umpetin dari kita ?!! Jangan-jangan lo lagi deket samaaaaa…..” kata-kata Zain terhenti karna melihat Vio tersenyum ke seorang perempuan. Perempuan itu Rara.

“Tuhkan bener dugaan gue. Lu lagi suka sama orang. Dan Itu si Rara. Udah ngaku aja lu nggak usah lu umpet-umpetin. Mungkin aja gue bisa ngasih lu tips buat deketin lu sama dia” ujar Zain lega setelah mengetahui kenapa temennya berubah jadi agak mellow.

“Nyoooooong…nyooooong sok jadi pakar cinta lo !! Lo kan jomblo, nggak usah sok ngasih tips ke Vio. Yang ada malah lo kasih tips, eh Vionya malah gagal” ledek Jore ke Zain yang mulai sok pandai tentang masalah cinta.

“Diem lu jor !” kesal Zain ke Jore.

Bel sekolah berbunyi….

“Yaelah udah bel !! ” Zain ngedumel.

Vio merangkul Zain dan Jore ketika mereka hendak berdiri dari bangku kantin “Nanti pulang sekolah lo berdua anterin gue yak ?!”

“Kemana ? ”Zain dan Jore serentak menjawab.

“Udah ikut gue aja lah. Penting ini. Kalo lo berdua sahabat gue pasti lo mau kan ?”

“iyalah gue pasti mau. Apalagi kalo maen PS pasti gue mau” Jore melirik Zain seakan-akan menantang.

“Ngapa lu lirik-lirik gue ?!! Ribut lu ?” Zain kesal ingin menjitak Jore namun mampu dilerai oleh Vio.

“Yaudah ah ribut PS mulu lo berdua. Ayo masuk kelas” Vio berlari menuju kelas.


***

Ditengah jalan sepulang dari sekolah. Jingga yang berada dipinggir jalan dengan teman-temannya melihat Vio yang dari jauh sedang mengendari motor. Ia pun memanggil Vio. Vio menghentikan motornya didekat Jingga. Jingga meminta Vio untuk mengantarnya ke Mall. Tapi Vio menolaknya karna ingin langsung pulang dan mengerjakan tugas. Jingga pun memaksa dan memohon-mohon. Akhirnya Vio tidak enakan dengan jingga. Vio pun mengantarkan Jingga ke Mall.

Selama perjalanan, mereka berbincang-bincang. Sedikit tawa membumbui perbincangan mereka. Sesampainya diMall. Jingga mengajak Vio makan.

“Loh kok makan ? Gue kira ada yang penting” ujar Vio yang tak ingin lama-lama pergi dengan Jingga.

“Nggak salah kan kita makan ? gue traktir yo. Selo aja. Ayok ah gue tau lu juga laper” Jingga menarik tangan Vio untuk masuk kedalam restoran.

Mereka berdua duduk saling berhadapan. Vio melihat-lihat sekeliling restoran yang tidak terlalu ramai. Mungkin karna jam kerja, jadi restoran tidak terlalu ramai.

“Lo mau mesen apa ? ” Jingga menyodorkan daftar menu makanan ke Vio.

“Minum aja. Gue nggak laper” singkat Vio.

“Nggak mungkin lo nggak laper” Jingga terus membujuk Vio supaya makan.

“Yaudah dah gue samain aja kayak pesenan lo” ujar Vio tak bersemangat.

Setelah menulis daftar pesanan. Jingga memanggil pelayan untuk menyerahkan daftar pesanan mereka berdua.

Tak lama setelah itu pesanan datang dan mereka menyantapnya. Jingga menyantap hidangan tersebut dengan lahap. Berbeda dengan Vio yang tak menghabiskan makanannya.

“Kok nggak abis makanannya ? ”Tanya jingga lalu menyedot jus jeruknya.

“Kan udah gue bilang gue nggak laper. Yaudah nggak gue abisin lah” jawab Vio sinis “Sebenarnya kesini mau ngapain sih ? katanya lo ada yang penting. Kalo nggak penting-penting banget mah nggak usah ngajak gue kesini” lanjut Vio makin kesal kepada Jingga yang tak jelas tujuannya datang keMall”

“Penting kok yo” Jingga lalu menarik tangan Vio dan menggenggamnya.

Vio melihat tangannya dipegang Jingga, segera ia menariknya “Dih ngapain sih lu megang tangan gue ?! Nggak jelas lu ah. Pergi dah gue. Pulang sendiri aja deh lu” Vio membereskan tasnya dan mencoba pergi dari restoran.

“Tunggu dulu yo. Tunggu !! Masa iya lu tega ninggalin gue sendiri disini”

“Yaudah kalo lo mau pulang. Ayok pulang !. Gue nggak mau lama-lama disini ah” ujar Vio dengan nada sedikit membentak.

Diperjalanan pulang kerumah Jingga. Tanpa diduga Vio sebelumnya. Jingga mengatakan hal yang membuat Vio tersentak. Dan Membuat hatinya bimbang.

“Yo.. sebenarnya gue ngajak lo ke Mall tadi Cuma mau bilang. Gue sayang sama lo.” Ujar Jingga dari belakang tubuh Vio yang sedang mengendarai motor dengan nada yang halus ditelinga kanan Vio.

Vio hanya terdiam. Ucapan Jingga membuatnya sedikit tidak fokus mengendarai motor.

“Gue suka sama lu dari kita sekelas pertama kali yo. Tapi lo nggak pernah peka kalo gue suka sama lo. Sampe waktu kita pernah deket tapi lo tetep nggak peka-peka.” Jingga terus menjelaskan. Kedua tangannya memeluk Vio dari belakang dan kepalanya bersandar dipunggung Vio.

“Ngga, sori banget gue nggak tau harus jawab apa. Dulu gue emang suka sama lo. Tapi sekarang gue nggak bisa suka sama lo lagi. Sori banget.”

“Kalo lo suka sama gue kenapa lo nggak bilang juga sih yo ? gue nggak bisa mendem perasaan ini ” jingga melepaskan pelukannya.

“Gue nggak bilang karna gue nggak tau harus ngapain”

“Yaudah sekarang kan udah ketauan kalo lo dulu suka sama gue. Kenapa nggak jalanin dulu ? sembari berjalan pasti kita berdua bakal saling sayang dan lo bakal sayang sama gue kayak dulu lagi. Apa lo udah punya cewek yo ? makannya lo nggak mau terima gue jadi pacar lo.”

“Nggak.. gue nggak punya cewek. Tapi gue punya sesuatu yang membuat gue bahagia saat ini.”
“Apa yang membuat lo bahagia ? ” tanya jingga sangat penasaran.

“Lo nggak perlu tau Ngga !!” Motor Vio berhenti dan Jingga turun.”Sori Ngga. Gue nggak bisa” Tidak mau lama-lama lagi berdebat. Vio langsung menancap gas dan pulang kerumahnya.

Jingga menatap punggung Vio yang lama kelamaan lenyap. Lalu air matanya mengalir. Dan ia masuk kedalam rumah dengan hati yang tak karuan.

***

Diparkiran sepulang sekolah. Vio, Zain, dan Jore menunggu Rara diatas motor. Rencananya siang ini Vio ingin menembak Rara. Tak lama kemudian, Rara datang bersama temannya Dian. Zian yang melihat kedatangan Rara langsung memberikan kode ke Vio untuk cepat-cepat menghampiri Rara.Vio segera menghampiri Rara yang sedang memakai helm.

“Ra ? ” ucap Vio gemetar sambil memegang kotak hadiah dibalik pungunggunya.

“Kenapa ?” sahut Rara dengan nada yang tidak seperti biasanya. Nadanya kali ini agak sinis.

“Loh kok sinis banget jawabnya Ra ? ” Tanya Vio penasaran.

“Sinis ? nggak tuh” jawab Rara sinis.

“Tuh kan sinis”

“Udah ya kak. Aku mau pulang !. Banyak tugas!. Mendingan kakak nggak usah deket-deketin aku lagi kak.” Rara menancap gasnya namun mampu ditahan Vio. “Apalagi sih kak ? kakak tuh ganggu aku mulu sih dari kemaren. Aku tuh sibuk kak !!! Mau ngerjain tugas.” Ujar Rara dengan nada tegas menjurus membentak.

“Oke..oke kalo kamu mau ngerjain tugas. Tapi tolong dengerin aku dulu” Vio berjalan dan berdiri didepan motor Rara. Mereka berdua sekarang saling berhadapan. lanjutnya “ Tolong banget kali ini aja. Terserah kamu mau terima atau nggak. Aku cuma mau bilang aku sayang sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku ?”

Ucapan Vio membuat Rara menunduk. Sehingga bingung harus berbuat apa. Lalu ia menengadahkan kepalanya dan menatap Vio.

“Kakak ini apa-apaan sih ? kakak udah punya kak Jingga tapi masih mau sama aku ?!! kakak ini anggep aku cewek apaan ? kakak pikir aku nggak tau kalo kakak itu pacaran sama kak Jingga ? hah ?!! KAKAK PIKIR AKU NGGAK TAU ?!!!” ujar Rara dengan penuh emosi dan ia tak mampu menahan air matanya.

“Jingga ? apa maksud kamu ? aku nggak ngerti Ra. Aku tuh nggak ada apa-apa sama Jingga. Aku tuh sama Jingga cuma temen sekelas. Udah cukup itu doang.”

“Kakak bilang, cuma temen ?!! Kalo cuma temen kenapa kemaren kakak berdua di restoran dan disana kakak pegangan tangan ?”

“Itu nggak seperti yang kamu kira. Aku tuh nggak ada apa-apa sama dia Ra. Aku tuh Cuma sayang sama kamu. cuma kamu”

“BOONG !! Udahlah kak, kakak lebih cocok sama kak Jingga”

“Nggak ! Aku cocoknya sama kamu Ra. Aku sayang Ra sama kamu. Aku…” Vio tak tau lagi apa yang harus ia katakan supaya Rara percaya kalo dia hanya sayang pada Rara.

“Udah lah kak jangan halangin aku lagi. Aku mau pulang ! ”

“Jangan pulang dulu Ra. Jawab dulu pertanyaan aku tadi”

“Nggak ada yang harus dijawab kak. Awas kak aku mau pulang !!! Kalo nggak minggir, aku tabrak !!” Rara menancap gasnya tak karuan dan hampir menabrak Vio yang diselamatkan oleh Zain dan Jore sehingga tidak jadi tertabrak.

Rara menuju rumah dengan mata yang peluh dengan air mata. Dan hati yang tak karuan hancurnya.

“Yo, kayaknya ada masalah ya ? ” Tanya Zain

Vio hanya diam dan menatap kotak hadiah yang sebenarnya akan diberikan kepada Rara tadi.

***

Dua minggu setelah itu

*Tok tok tok*

Dari dalam pintu terbuka dan Rara yang membuka pintu tersebut. Rara agak kaget ketika yang dihadapannya sekarang Zain dan Jingga.

“Ada apa kalian kesini ?” Tanya Rara menatap Zain. Ia sama sekali tidak ingin menatap Jingga.

“Kita datang kesini nggak ada maksud apa-apa. Cuma mau ngasih ini kok Ra” Zain menyodorkan kotak  hadiah milik Vio.

“Ini apa kak ? ” Tanya Rara

“Itu kotak hadiah dari Vio yang dua minggu lalu mau di kasih ke kamu. Buka aja kotaknya. Disini juga ada Jingga. Dia mau ngasih tau yang sebenarnya tentang hubungannya dengan Vio”

Rara membuka kotak hadiah tersebut dan ia tersenyum sampai menteskan air mata.

“Rara, sebenarnya kak Vio itu bukan pacar aku. Seperti yang kamu kira waktu itu. Aku sama Vio cuma temen. Beneran deh cuma temen. Kak Vio itu bener-bener sayang sama kamu. Jadi kalo kamu menganggap kak Vio itu pembohong. Kamu salah besar. Dia cowok yang baik. Dan pantas untuk kamu. Bukan untuk aku. Kamu pantas jadi pacarnya” ujar Jingga berharap Rara langsung mengerti dengan penjelasannya.

“Jadi.. apa yang dibilang kak Vio itu bener kalo dia itu nggak pacaran sama kak Jingga ?”
Zain dan Jingga menganggup sambil tersenyum. Senyuman mereka semakin meyakinkan Jingga kalo Vio itu memang cowok yang jujur.

“Lalu kak Vio sekarang dimana kak ? aku mau ketemu dia sekarang !!”Ujar Rara agak memaksa.

Zain dan Jingga saling bertatapan. Tatapan mereka berdua agak berbeda . Tidak seperti tadi yang memancarkan tatapan keindahan.

“Kenapa kak ? Kak Vio dimana sekarang ?” Tanya Rara semakin heran.

Zain memalingkan wajahnya dari Jingga dan menatap sedih ke Rara “Hmm.. Barusan kak Vio..”
“Kak Vio kenapa ?!! Kak Vio kenapa kak ? Bilang sama aku jangan bikin aku sedih kak” Rara menangis sambil menggoyahkan tubuh Zain seakan memaksa Zain untuk mengatakan yang sebenarnya.

“Kak Vio pergi ke Australi tadi siang Ra. Dia mau kuliah disana”

Air mata Rara mengalir deras dan suaranya berubah menjadi tersendat-sendat “Ke..ke.kenapa dia nggak bilang aku dulu ?”

“Karna Kak Vio takut kamu marah lagi” sahut Jingga

“Kenapaaa?!! Kenapa orang yang aku sayang pergi tanpa bilang sama aku dulu !!! “ Rara menangis dan memeluk Jingga. Air matanya membasahi bahu jingga.

Namun usapan halus dirambut Rara tiba-tiba membuat Rara terasa nyaman. Rasanya berbeda tak seperti biasanya. Tangisan Rara terhenti dan ia menengadahkan kepalanya. Lalu ia diam. Diam seribu bahasa karna tak percaya. Kalo Vio lah yang menyentuh rambutnya tadi. Ia melepaskan pelukan Jingga dan langsung memeluk Vio.

“Tadi kamu bilang apa Ra ? yang sayang-sayang tadi hehehe” Tanya Vio menggoda Rara.

“Aku nggak bilang apa-apa” jawab Rara tersenyum dan semakin erat memeluk orang yang disayanginya itu.

“Aku nggak akan ninggalin kamu begitu aja Ra. Aku sayang sama kamu. I love you Ra” Vio mencium kening Rara dengan penuh kasih sayang.


“I Love You Too” balas Rara yang semakin nyaman dalam pelukan Vio.





Saran dan kritikannya bisa di kolom komen ya kakak dan adik-adiku sekalian :)

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone