123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Sabtu, 22 Agustus 2015

So love

Sinar matahari yang begitu terik menemani kepulangan siswa-siswi SMA BungaDarsa keluar dari kelas mereka masing-masing. Satu per satu siswa keluar dari kelasnya. Tak sedikit yang menyerobot untuk keluar lebih cepat sehingga membuat keributan kecil di depan kelas.

Dikeramain itu ada siswa yang bernama Vio dengan salah dua temannya yaitu Zain dan Jore. Mereka berlarian, saling mengejar satu sama lain. Untuk berebutan coki-coki yang diberikan Jingga (Teman perempuan sekelasnya).

Kejar-kejaran mereka pun terhenti ketika Zain yang mendapatkan Coki-coki dari Jingga, tak sengaja menabrak pak Dolpin. Sehingga pak Dolpin pun marah kepada mereka bertiga. Akhirnya mereka bertiga dihukum berlari mengelilingi lapangan sebanyak 50 kali.

Selesai menjalankan hukuman dari Pak Dolpin mereka segera bergegas meninggalkan lapangan dan menuju parkiran motor.

Sambil bercanda dan tertawa tidak jelas mereka tiba di parkiran. Dari gerbang parkiran, mereka melihat seorang perempuan sedang kesulitan menghidupkan sepeda motornya.

“Eh, siapa tuh  ? ” Tanya Vio berharap salah dua dari temannya ada yang menjawab. Namun kedua temannya ternyata sudah tidak dibelakangnya. Melainkan sudah berlari dan membantu perempuan tersebut. “Etdah bocah yak buru-buru banget woi. Kayak bisa benerin motor aja lo pada” Vio berlari menghampiri mereka.

Zain dan Jore terus mencoba menghidupkan motor tersebut namun tidak bisa. Ketika Vio yang mencoba menghidupkan motor perempuan itu dengan cara menyela mesinnya, motor itu langsung menyala. Dalam hati Vio “Aku lah juaranya teman-teman hahahahaha”

Perempuan itu berterima kasih kepada Vio. “Terima kasih ya kak” sambil mengulurkan tangannya ke Vio.

Vio yang rada gugup segera mengulurkan tangannya juga “Oiya sama-sama ini mah udah kerjaan gue sehari-hari hehehe”

“Bengkel kali ahhhh” Ledek Zain ke Vio.

“Apasih lo sirik aja !”

Perempuan itu lalu tancap gas. Sebelum melewati gerbang, Vio memanggil perempuan itu.

“EH..ehhh berhenti” Ucap Vio yang berlari menghampiri perempuan itu.

“Kalo boleh tau, nama lo siapa ya ? kelas berapa ? “

Perempuan itu berhenti “aku Rara kelas sebelas IPA 2 kak” sahut perempuan itu.

“Oh yaudah kalo gitu. Hati-hati ya”

“Iya kak. Makasih ya kak” Rara tersenyum meski tidak terlihat oleh Vio karna menggunakan masker.

Vio, Zain, dan Jore dengan menunggangi sepeda motornya masing-masing. Segera meninggalkan parkiran yang sudah tidak ada motor siswa lain lagi selain motor mereka.

***

Malam hari di kamar Vio. Zain dan Jore menginap. Mereka bertiga main pes semalam suntuk. Disela-sela Zain dan Jore sedang bertanding maen playstation, Vio tiba-tiba mengatakan “Kayaknya gue suka deh sama dia”

“Dia siapa ? Jingga ? ” ucap Zain asal, sambil memainkan stik PSnya.

“Palelu Jingga !! Cewek yang kemarin lusa diparkiran itu loh nyong(“nyong” nama panggilan vio dan Jore ke Zain. Karna mulut Zain monyong kayak bemper bemo) ” balas Vio lalu membanting punggungnya kekasur dan melihat langit-langit kamarnya sambil tersenyum-senyum kecil.

“Ohhhhh yang cewek nggak bisa nyalain motornya itu toh. Ah menurut gue biasa-biasa aja yo, kalo kata gue sih ya. Lebih cakep Jingga dari pada si itu tuh cewek nggak bisa nyalain motor itu” sela Jore, ikut-ikutan nimbrung dalam obrolan.

“Nah betul sekali. Setuju gue sama Jore. Lagian juga kan lu tau sendiri yo kalo si Jingga suka sama lo daridulu” ujar Zain yang lalu menengok kearah Vio yang sedang tiduran.

“Bukan masalah cakep atau nggaknya. Tapi ini beda, beda banget dari yang lain. Dia tuh manis, kulitnya nggak putih-putih banget, bulu matanya lentik Dan keliatannya dia pinter. Pasti dia juga baik. Duhh perfect dah” Vio lalu menutupi wajahnya dengan bantal dan menghayal dirinya mampu mendapatkan Rara yang ia idamkan.

“GOALLLLL RONEYY !!” Teriak Jore sambil joget-joget bahagia karna mampu membobol gawang tim Zain.

“Ah curang lu Jor, gue kan gasiap” protes Zain.

***

Hari demi hari di sekolah. Vio selalu curi-curi pandang ke Rara. Dikantin, dilapangan, dikoridor, sampai Rara mau kekamar mandi pun Vio selalu melancarkan lensa matanya ke objek terindahnya itu. Rara yang selalu berdua dengan temannya, tak sengaja berjalan melewati kelas Vio. Vio pun melihat Rara lewat dengan temannya. Ia pun segera berlari dan meninggalkan PR yang sedang dikerjakannya. Ketika keluar dari kelas, jejak Rara lenyap tersapu angin. Tak ada Rara dipandangannya saat ini. “Apa cuma halusinasi ? “ Tanya Vio dalam hati pada dirinya sendiri.

Pulang sekolah, tak biasanya Vio terburu-buru ke parkiran.

“Yo, buru-buru banget lo. Mau ngapain si ?” Tanya Zain sambil menarik tas Vio.

“Sebentar nyong. Gue sibuk ” Vio melepaskan genggaman Zain pada tasnya lalu lari terbirit-birit.

“Udah Nyong biarin aja. Temen kita lagi kasmaran. Jatuh cintaaaaa pada pandangan pertama.” Saran Jore ke Monyong supaya tidak mengganggu Vio dulu. “ Emangnya lo jomblo mulu, nggak laku-laku hahaha. Udah jomblo sering kalah maen PS lagi. Nasib lo Nyoooong…Nyooong ” ledek Jore lagi.

“Wahh ngajak berantem nih bocah. Kalo berani ayok dah maen dirental bang Ucok !!”

“Ayok siapa takut. Dasar jomblo !!” Jore memukul kepala Zain dengan buku tulis lalu melancarkan kaki seribu ke parkiran.

Di parkiran Vio bertemu Rara. Ia pun segera mendekati Rara dan menyapanya.

“Hai Ra? Mau pulang ya ? ” Sapa Vio tersenyum.

“Hai juga kak. Iya nih kak mau pulang. Kenapa ya kak ?” jawab Rara yang sudah menunggangi sepeda motornya.

“Hmmm.. ini..ini maksudnya ini” Vio gugup, untungnya ia tidak kencing dicelana saking gugupnya.
“Ini apa kak ? ” Rara bingung.

“Ini itu, kamu rumahnya dimana ? ” Saking gugupnya, Vio pun bertanya ke Rara asal ceplos

“Oh yaampun kak aku kira ini ini apa kali. Rumah aku di jalan kumbang kak. Kenapa ya kak ? ” Rara semakin bingung dengan Vio yang tiba-tiba menanyakan rumahnya.

“Dijalan kumbang ya” Vio menggaruk kepala dan lanjutnya “Kalo gitu hati-hati ya Ra. Banyak orang jahat loh dijalanan. Apalagi kang kopaja, hati-hati ra jangan nyalip kopaja. Bahayain kamu nantinya”

“Iya kak okedeh okee. Siap kak.” Rara langsung tancap gas.

Setelah Rara pergi. Vio langsung memakai helmnya. Dan terlintas dipikirannya. “ Kenapa gue jadi lupa gini. Kan gue ngejar dia buat minta nomer hapenya. “ Yailah pake lupa. Ujar Vio dalam hati dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia pun secepatnya mengejar Rara.

Vio kebut sepeda motornya. Seakan ia seperti Valentino Rossi liar, menyalip satu per satu sepeda motor didepannya dengan menghiraukan bahaya bagi dirinya. Sampai akhirnya perjuangannya menjadi Rossi gadungan pun membuahkan hasil. Sekitar 10 meter dari motornya, Rara sudah terlihat. Ia segera menyampingi motor Rara.

“Rara !!” teriak Vio ke Rara yang berada disamping kirinya.

Rara menengok dan sedikit kaget “Loh ? Kenapa lagi kak kok ngikutin aku ? kakak juga lewat sini pulangnya ? ”

“Berhenti dulu deh Ra” pinta Vio ke Rara.

Daripada membahayakan dirinya karna mengobrol sambil mengendarai motor. Rara pun melipir dipinggir trotoar jalan. Vio yang sudah menghentikan motornya, lalu turun dari motor dan menghampiri Rara.

Rara membuka helmnya  dan mengibaskan rambutnya yang panjang dan wangi shampoo sunsilk warna hitam “ Ada apa kak, kok nyuruh aku berhenti ditengah jalan gini ?”  Tanya Rara agak heran dengan Vio.

“Ohiya Ra aku lupa tadi mau minta nomer hape kamu. Buat ngerjain tugas , boleh nggak ?” dengan alasan nggak masuk akal, Vio memberanikan diri.

“Buat tugas kok minta nomer aku ? emang tugas apa ?” Rara makin tak mengerti dengan pikiran Vio, namun Rara tetap tenang, dan tidak sama sekali berpikir buruk ke Vio.

Vio berpikir sejenak. Mencari alasan yang kuat untuk menunjang permintaanya. Namun dia nggak bisa lama-lama karna hari sudah panas, kasihan Rara nanti kulitnya item kayak ban bajai “Gini loh, ada tugas dari guru kkpi dan itu tugasnya disuruh ngumpulin nomer dan alamat siswa/siswi SMA BungaDarsa dan disalin pake Microsoft database. Tadi kan diparkiran aku udah nanya alamat rumah kamu dimana. Tapi aku lupa nanya nomer hape kamu”

“Oh gitu ya kak. Ada-ada aja yak tugasnya”

“Iya emang aneh tuh gurunya hahaha” Tawa Vio sejenak menyejukkan hatinya karna selangkah lagi ia akan mendapatkan nomer hape Rara.

“Iyaudah nih kak nomer hape aku, catet ya 0895xxxxxx”

Vio mengeluarkan hapenya dan mencatat nomer hape Rara dihapenya.

“Udah kan kak nggak ada yang kurang lagi ?”

“Oh nggak ada kok ..nggak ada Ra. Makasih ya”

“Sama-sama kak. Aku jalan dulu ya kak.” Pamit Rara lalu memakai helmnya dan tancap gas meninggalkan bau shampoo sunsilk hitam yang ngangenin hati Vio. Seakan membuat Vio ingin rasanya mencium rambut Rara terus menerus.

Vio menatapi nomer hape Rara dihandphonenya. Dan senyum-senyum nggak jelas dipinggir jalan.

***

Setelah dapat nomer Rara. Vio mencoba mendekati Rara lewat Whatsapp. Mulanya Vio takut kalo Rara tidak terlalu respon kepadanya. Namun dengan setitik kepercayaan diri, Vio pun akhirnya berani memulai chat. Obrolan awal tidak terlalu menarik karna Vio masih terlalu hati-hati. Takut kata-katanya melukai hati Rara.

Lama kelamaan akhirnya Rara semakin respon kepada Vio. Lebih perhatian dibanding sebelumnya. Yang sebelumnya hanya Vio yang selalu bertanya. Sekarang Rara pun tak malu bertanya-tanya keseharian, hobi, kesukaan, dan segala macam tentang Vio.

Kedekatan mereka pun tak terasa sudah sebulan. Vio sering kali mengajak Rara makan bareng, lari pagi bareng, nonton bareng. Dan kedekatan ini tidak sama sekali diketahui oleh Zian dan Jore. Bahkan Vio selama dekat dengan Rara jadi jarang bermain dengan Zain dan Jore. Itu lah yang membuat Zian dan Jore cemas dan bingung.

“Lu ngapa sih jadi jarang mau ikut maen PS lagi sama kita ? ”Tanya Zain serius.

“Au lu yo. Bukannya kenapa-kenapa nih yak. Gue cuman kasian sama Zain kalo maen PS kalah mulu sama gue. Gue gaada tandingannya.” Ujar Jore ikut nimbrung lalu melahap bakso yang dipesannya.

“Bukannya gue nggak mau maen nyong, tapi gue sibuk bantuin nyokap gue dirumah” jawab Vio seadanya sambil memutar-mutar sedotannya di gelas yang berisi es jeruk.

“Yaelah bantuin nyokap lu apa sih ? lagian juga kan nyokap lu nggak sendirian jaga warung dirumah. Ada tante lo juga yang biasa jaga warung” ujar Zain.

“Iya emang tapi kan gue juga sebagai anak harus bantuin orang tua” lagi-lagi Vio menjawab seadanya dan seakan jawabannya membuat Zian makin curiga dengan Vio.

“Gue rasa ada yang ditutup-tutupin nih. Wah gue curiga. Kasih tau yo apa yang lu umpetin dari kita ?!! Jangan-jangan lo lagi deket samaaaaa…..” kata-kata Zain terhenti karna melihat Vio tersenyum ke seorang perempuan. Perempuan itu Rara.

“Tuhkan bener dugaan gue. Lu lagi suka sama orang. Dan Itu si Rara. Udah ngaku aja lu nggak usah lu umpet-umpetin. Mungkin aja gue bisa ngasih lu tips buat deketin lu sama dia” ujar Zain lega setelah mengetahui kenapa temennya berubah jadi agak mellow.

“Nyoooooong…nyooooong sok jadi pakar cinta lo !! Lo kan jomblo, nggak usah sok ngasih tips ke Vio. Yang ada malah lo kasih tips, eh Vionya malah gagal” ledek Jore ke Zain yang mulai sok pandai tentang masalah cinta.

“Diem lu jor !” kesal Zain ke Jore.

Bel sekolah berbunyi….

“Yaelah udah bel !! ” Zain ngedumel.

Vio merangkul Zain dan Jore ketika mereka hendak berdiri dari bangku kantin “Nanti pulang sekolah lo berdua anterin gue yak ?!”

“Kemana ? ”Zain dan Jore serentak menjawab.

“Udah ikut gue aja lah. Penting ini. Kalo lo berdua sahabat gue pasti lo mau kan ?”

“iyalah gue pasti mau. Apalagi kalo maen PS pasti gue mau” Jore melirik Zain seakan-akan menantang.

“Ngapa lu lirik-lirik gue ?!! Ribut lu ?” Zain kesal ingin menjitak Jore namun mampu dilerai oleh Vio.

“Yaudah ah ribut PS mulu lo berdua. Ayo masuk kelas” Vio berlari menuju kelas.


***

Ditengah jalan sepulang dari sekolah. Jingga yang berada dipinggir jalan dengan teman-temannya melihat Vio yang dari jauh sedang mengendari motor. Ia pun memanggil Vio. Vio menghentikan motornya didekat Jingga. Jingga meminta Vio untuk mengantarnya ke Mall. Tapi Vio menolaknya karna ingin langsung pulang dan mengerjakan tugas. Jingga pun memaksa dan memohon-mohon. Akhirnya Vio tidak enakan dengan jingga. Vio pun mengantarkan Jingga ke Mall.

Selama perjalanan, mereka berbincang-bincang. Sedikit tawa membumbui perbincangan mereka. Sesampainya diMall. Jingga mengajak Vio makan.

“Loh kok makan ? Gue kira ada yang penting” ujar Vio yang tak ingin lama-lama pergi dengan Jingga.

“Nggak salah kan kita makan ? gue traktir yo. Selo aja. Ayok ah gue tau lu juga laper” Jingga menarik tangan Vio untuk masuk kedalam restoran.

Mereka berdua duduk saling berhadapan. Vio melihat-lihat sekeliling restoran yang tidak terlalu ramai. Mungkin karna jam kerja, jadi restoran tidak terlalu ramai.

“Lo mau mesen apa ? ” Jingga menyodorkan daftar menu makanan ke Vio.

“Minum aja. Gue nggak laper” singkat Vio.

“Nggak mungkin lo nggak laper” Jingga terus membujuk Vio supaya makan.

“Yaudah dah gue samain aja kayak pesenan lo” ujar Vio tak bersemangat.

Setelah menulis daftar pesanan. Jingga memanggil pelayan untuk menyerahkan daftar pesanan mereka berdua.

Tak lama setelah itu pesanan datang dan mereka menyantapnya. Jingga menyantap hidangan tersebut dengan lahap. Berbeda dengan Vio yang tak menghabiskan makanannya.

“Kok nggak abis makanannya ? ”Tanya jingga lalu menyedot jus jeruknya.

“Kan udah gue bilang gue nggak laper. Yaudah nggak gue abisin lah” jawab Vio sinis “Sebenarnya kesini mau ngapain sih ? katanya lo ada yang penting. Kalo nggak penting-penting banget mah nggak usah ngajak gue kesini” lanjut Vio makin kesal kepada Jingga yang tak jelas tujuannya datang keMall”

“Penting kok yo” Jingga lalu menarik tangan Vio dan menggenggamnya.

Vio melihat tangannya dipegang Jingga, segera ia menariknya “Dih ngapain sih lu megang tangan gue ?! Nggak jelas lu ah. Pergi dah gue. Pulang sendiri aja deh lu” Vio membereskan tasnya dan mencoba pergi dari restoran.

“Tunggu dulu yo. Tunggu !! Masa iya lu tega ninggalin gue sendiri disini”

“Yaudah kalo lo mau pulang. Ayok pulang !. Gue nggak mau lama-lama disini ah” ujar Vio dengan nada sedikit membentak.

Diperjalanan pulang kerumah Jingga. Tanpa diduga Vio sebelumnya. Jingga mengatakan hal yang membuat Vio tersentak. Dan Membuat hatinya bimbang.

“Yo.. sebenarnya gue ngajak lo ke Mall tadi Cuma mau bilang. Gue sayang sama lo.” Ujar Jingga dari belakang tubuh Vio yang sedang mengendarai motor dengan nada yang halus ditelinga kanan Vio.

Vio hanya terdiam. Ucapan Jingga membuatnya sedikit tidak fokus mengendarai motor.

“Gue suka sama lu dari kita sekelas pertama kali yo. Tapi lo nggak pernah peka kalo gue suka sama lo. Sampe waktu kita pernah deket tapi lo tetep nggak peka-peka.” Jingga terus menjelaskan. Kedua tangannya memeluk Vio dari belakang dan kepalanya bersandar dipunggung Vio.

“Ngga, sori banget gue nggak tau harus jawab apa. Dulu gue emang suka sama lo. Tapi sekarang gue nggak bisa suka sama lo lagi. Sori banget.”

“Kalo lo suka sama gue kenapa lo nggak bilang juga sih yo ? gue nggak bisa mendem perasaan ini ” jingga melepaskan pelukannya.

“Gue nggak bilang karna gue nggak tau harus ngapain”

“Yaudah sekarang kan udah ketauan kalo lo dulu suka sama gue. Kenapa nggak jalanin dulu ? sembari berjalan pasti kita berdua bakal saling sayang dan lo bakal sayang sama gue kayak dulu lagi. Apa lo udah punya cewek yo ? makannya lo nggak mau terima gue jadi pacar lo.”

“Nggak.. gue nggak punya cewek. Tapi gue punya sesuatu yang membuat gue bahagia saat ini.”
“Apa yang membuat lo bahagia ? ” tanya jingga sangat penasaran.

“Lo nggak perlu tau Ngga !!” Motor Vio berhenti dan Jingga turun.”Sori Ngga. Gue nggak bisa” Tidak mau lama-lama lagi berdebat. Vio langsung menancap gas dan pulang kerumahnya.

Jingga menatap punggung Vio yang lama kelamaan lenyap. Lalu air matanya mengalir. Dan ia masuk kedalam rumah dengan hati yang tak karuan.

***

Diparkiran sepulang sekolah. Vio, Zain, dan Jore menunggu Rara diatas motor. Rencananya siang ini Vio ingin menembak Rara. Tak lama kemudian, Rara datang bersama temannya Dian. Zian yang melihat kedatangan Rara langsung memberikan kode ke Vio untuk cepat-cepat menghampiri Rara.Vio segera menghampiri Rara yang sedang memakai helm.

“Ra ? ” ucap Vio gemetar sambil memegang kotak hadiah dibalik pungunggunya.

“Kenapa ?” sahut Rara dengan nada yang tidak seperti biasanya. Nadanya kali ini agak sinis.

“Loh kok sinis banget jawabnya Ra ? ” Tanya Vio penasaran.

“Sinis ? nggak tuh” jawab Rara sinis.

“Tuh kan sinis”

“Udah ya kak. Aku mau pulang !. Banyak tugas!. Mendingan kakak nggak usah deket-deketin aku lagi kak.” Rara menancap gasnya namun mampu ditahan Vio. “Apalagi sih kak ? kakak tuh ganggu aku mulu sih dari kemaren. Aku tuh sibuk kak !!! Mau ngerjain tugas.” Ujar Rara dengan nada tegas menjurus membentak.

“Oke..oke kalo kamu mau ngerjain tugas. Tapi tolong dengerin aku dulu” Vio berjalan dan berdiri didepan motor Rara. Mereka berdua sekarang saling berhadapan. lanjutnya “ Tolong banget kali ini aja. Terserah kamu mau terima atau nggak. Aku cuma mau bilang aku sayang sama kamu, kamu mau nggak jadi pacar aku ?”

Ucapan Vio membuat Rara menunduk. Sehingga bingung harus berbuat apa. Lalu ia menengadahkan kepalanya dan menatap Vio.

“Kakak ini apa-apaan sih ? kakak udah punya kak Jingga tapi masih mau sama aku ?!! kakak ini anggep aku cewek apaan ? kakak pikir aku nggak tau kalo kakak itu pacaran sama kak Jingga ? hah ?!! KAKAK PIKIR AKU NGGAK TAU ?!!!” ujar Rara dengan penuh emosi dan ia tak mampu menahan air matanya.

“Jingga ? apa maksud kamu ? aku nggak ngerti Ra. Aku tuh nggak ada apa-apa sama Jingga. Aku tuh sama Jingga cuma temen sekelas. Udah cukup itu doang.”

“Kakak bilang, cuma temen ?!! Kalo cuma temen kenapa kemaren kakak berdua di restoran dan disana kakak pegangan tangan ?”

“Itu nggak seperti yang kamu kira. Aku tuh nggak ada apa-apa sama dia Ra. Aku tuh Cuma sayang sama kamu. cuma kamu”

“BOONG !! Udahlah kak, kakak lebih cocok sama kak Jingga”

“Nggak ! Aku cocoknya sama kamu Ra. Aku sayang Ra sama kamu. Aku…” Vio tak tau lagi apa yang harus ia katakan supaya Rara percaya kalo dia hanya sayang pada Rara.

“Udah lah kak jangan halangin aku lagi. Aku mau pulang ! ”

“Jangan pulang dulu Ra. Jawab dulu pertanyaan aku tadi”

“Nggak ada yang harus dijawab kak. Awas kak aku mau pulang !!! Kalo nggak minggir, aku tabrak !!” Rara menancap gasnya tak karuan dan hampir menabrak Vio yang diselamatkan oleh Zain dan Jore sehingga tidak jadi tertabrak.

Rara menuju rumah dengan mata yang peluh dengan air mata. Dan hati yang tak karuan hancurnya.

“Yo, kayaknya ada masalah ya ? ” Tanya Zain

Vio hanya diam dan menatap kotak hadiah yang sebenarnya akan diberikan kepada Rara tadi.

***

Dua minggu setelah itu

*Tok tok tok*

Dari dalam pintu terbuka dan Rara yang membuka pintu tersebut. Rara agak kaget ketika yang dihadapannya sekarang Zain dan Jingga.

“Ada apa kalian kesini ?” Tanya Rara menatap Zain. Ia sama sekali tidak ingin menatap Jingga.

“Kita datang kesini nggak ada maksud apa-apa. Cuma mau ngasih ini kok Ra” Zain menyodorkan kotak  hadiah milik Vio.

“Ini apa kak ? ” Tanya Rara

“Itu kotak hadiah dari Vio yang dua minggu lalu mau di kasih ke kamu. Buka aja kotaknya. Disini juga ada Jingga. Dia mau ngasih tau yang sebenarnya tentang hubungannya dengan Vio”

Rara membuka kotak hadiah tersebut dan ia tersenyum sampai menteskan air mata.

“Rara, sebenarnya kak Vio itu bukan pacar aku. Seperti yang kamu kira waktu itu. Aku sama Vio cuma temen. Beneran deh cuma temen. Kak Vio itu bener-bener sayang sama kamu. Jadi kalo kamu menganggap kak Vio itu pembohong. Kamu salah besar. Dia cowok yang baik. Dan pantas untuk kamu. Bukan untuk aku. Kamu pantas jadi pacarnya” ujar Jingga berharap Rara langsung mengerti dengan penjelasannya.

“Jadi.. apa yang dibilang kak Vio itu bener kalo dia itu nggak pacaran sama kak Jingga ?”
Zain dan Jingga menganggup sambil tersenyum. Senyuman mereka semakin meyakinkan Jingga kalo Vio itu memang cowok yang jujur.

“Lalu kak Vio sekarang dimana kak ? aku mau ketemu dia sekarang !!”Ujar Rara agak memaksa.

Zain dan Jingga saling bertatapan. Tatapan mereka berdua agak berbeda . Tidak seperti tadi yang memancarkan tatapan keindahan.

“Kenapa kak ? Kak Vio dimana sekarang ?” Tanya Rara semakin heran.

Zain memalingkan wajahnya dari Jingga dan menatap sedih ke Rara “Hmm.. Barusan kak Vio..”
“Kak Vio kenapa ?!! Kak Vio kenapa kak ? Bilang sama aku jangan bikin aku sedih kak” Rara menangis sambil menggoyahkan tubuh Zain seakan memaksa Zain untuk mengatakan yang sebenarnya.

“Kak Vio pergi ke Australi tadi siang Ra. Dia mau kuliah disana”

Air mata Rara mengalir deras dan suaranya berubah menjadi tersendat-sendat “Ke..ke.kenapa dia nggak bilang aku dulu ?”

“Karna Kak Vio takut kamu marah lagi” sahut Jingga

“Kenapaaa?!! Kenapa orang yang aku sayang pergi tanpa bilang sama aku dulu !!! “ Rara menangis dan memeluk Jingga. Air matanya membasahi bahu jingga.

Namun usapan halus dirambut Rara tiba-tiba membuat Rara terasa nyaman. Rasanya berbeda tak seperti biasanya. Tangisan Rara terhenti dan ia menengadahkan kepalanya. Lalu ia diam. Diam seribu bahasa karna tak percaya. Kalo Vio lah yang menyentuh rambutnya tadi. Ia melepaskan pelukan Jingga dan langsung memeluk Vio.

“Tadi kamu bilang apa Ra ? yang sayang-sayang tadi hehehe” Tanya Vio menggoda Rara.

“Aku nggak bilang apa-apa” jawab Rara tersenyum dan semakin erat memeluk orang yang disayanginya itu.

“Aku nggak akan ninggalin kamu begitu aja Ra. Aku sayang sama kamu. I love you Ra” Vio mencium kening Rara dengan penuh kasih sayang.


“I Love You Too” balas Rara yang semakin nyaman dalam pelukan Vio.





Saran dan kritikannya bisa di kolom komen ya kakak dan adik-adiku sekalian :)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone