123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Senin, 24 Agustus 2015

Cinta 4032

“Sayang, bulan depan kamu mau naek gunung lagi ya ?” Tanya Fina yang daritadi duduk sambil memakan pesanan kentaki frienchickennya.

“Iya sayang kira-kira tanggal 2. Aku juga lagi searching nih, info tentang gunung itu. Kabarnya sih gunung itu lumayan sulit jalurnya. Apalagi suhu disono bisa sampai 0 derajat kalo malem hari sampai subuh” ucap Reno yang sibuk menatap laptopnya dan memutar-mutar scroll mouse untuk mencari info di google.

Fina telah melahap habis makanannya lalu meminum coca-cola “Terus temen kamu udah ada yang pernah kesono nggak ? bahaya loh Ren kalo suhunya udah sampai 0 derajat gitu. Kamu nggak takut ?”

“Temen aku sih udah ada yang pernah kesono. Tapi sayang banget dia belom sampe kepuncak karna kedinginan ditengah jalan.” Jawab Reno santai sambil meminum mocca float. Dan sejenak menengok kearah Fina, menatap Fina “ Takut sih nggak, Cuma aku bakal jaga-jaga fisik aku sampai naik nanti. Emangnya kenapa kamu nanya-nanya ? Tumben banget. Kamu mau ikut ?” Tanya Reno berharap pertanyaannya hanya sekedar basa-basi. Karena Reno tidak ingin Fina repot-repot ikut dengannya mendaki gunung.

“Kalo boleh sama kamu, aku sih mau ikut. Soalnya aku pengen banget ikut naek gunung sama kamu. Sekali-kali kek gitu aku ikut kamu naek gunung. Boleh ya ? boleh ?”  pinta Fina manja dengan memasang muka sangat berharap.

Reno menyeka bekas saos dibibir Fina dengan telunjuknya “Fin..fin bukanya aku nggak mau ngajak kamu. Masalahnya kalo aku ngajak kamu, ntar kasian kamunya kecapean. Apalagi disana suhunya dingin banget kayak dikulkas. Emangnya kamu kuat sama suhu kulkas ? ” Jelas Reno “Kamu aja minum es masih batuk hahahaha” Reno mencubit pipi Fina gemas.

Fina menarik wajahnya dari cubitan Reno “ Ah kamu mah gitu. Nggak mau banget ngeliat ceweknya seneng. Aku ngambek ah.” Fina mengerucutkan bibirnya lalu memalingkan wajahnya dari tatapan Reno. Berharap Reno mau mengajaknya mendaki gunung.

Reno menarik wajah Fina dan menatap mata Fina serius “Gini deh.  Aku kasih tau nih ya, disana alam luas. Kita nggak tau apa yang bakal terjadi sama kita disana nanti. Bahaya bisa kapan pun menjemput kita tanpa kita ketahui. Makannya itu aku nggak mau orang yang paling aku sayang kena bahaya begitu aja.” jelas Reno mencoba memberi alasan dengan suara yang agak serius dibanding sebelumnya.

“Kalo bahaya kenapa kamu mau kesana ? emangnya kamu kira aku nggak takut kalo kamu kena bahaya disana ? aku selalu kawatir Ren kalo kamu lagi naik gunung. Hati aku selalu was-was” ujar Fina dengan tatapan sinis. “Yaudah kalo kamu nggak mau ngajak aku gapapa sih. Terserah kamu.” Fina membereskan tasnya lalu berdiri.

“Eh…eh kamu mau kemana ?”

“Aku mau pulang aja !”

Reno menahan Fina. Menyuruhnya untuk duduk kembali “Yaudah…yaudah duduk dulu. ” lanjut Reno “Oke deh kamu boleh ikut aku bulan depan. Tapi ada syarat yang harus kamu jalanin. Syarat ini bukan aku yang ngada-ngada bikin. Tapi emang syarat wajib untuk naik gunung itu supaya menjaga fisik saat mendaki disana” Reno akhirnya luluh.

“Syaratnya apa ? ”

“Cukup tiap hari kita lari pagi dan sore. Itu rutin sampai 3 minggu sebelum hari H. Dan sifatnya wajib. Nggak boleh ngeluh. Kalo ngeluh, kamu nggak usah ikut naik. Gimana ?”

“Oke siap. Siapa takut !” Fina tersenyum hingga lesung pipinya membuat ia terlihat lebih manis dibanding saat cemberut.

“Janji ? ” Reno menyodorkan kelingkingnya ke Fina sebagai tanda perjanjian jika Fina tidak mengikuti syarat dari Reno. Fina tidak jadi ikut mendaki gunung dengannya.

“Janji sayang ” Fina mengikat kelingking Reno dengan kelingkingnya sambil tersenyum ceria.


*****

Setiap berangkat kuliah sebagai pengganti lari pagi. Fina menggunakan sepeda untuk menuju kampusnya. Begitu juga dengan Reno yang selalu menemani sekaligus memantau Fina yang terkadang mengeluh kelelahan. Untungnya Reno tidak diam begitu saja. Reno tetap memberikan semangat.

Pada awalnya Reno menganggap Fina tidak mampu menjalani syarat yang diberikannya. Kenyataan berkata lain. Tekad Fina untuk ikut mendaki bersamanya sangat kuat. Meskipun kadang-kadang mengeluh kelelahan.

Bukan hanya menjaga fisiknya supaya tetap bugar. Fina juga menjaga pola makannya. Yang setiap hari bisa makan 4 kali sehari. Sekarang bisa dua kali sehari dan tanpa ngemil. Tidak makan larut malam. Selalu minum susu, makan sayuran dan buah-buahan. Ini pun berkat perintah dari Reno. Memang Reno sejak lama meminta Fina untuk hidup sehat, tapi baru kali ini Fina mau dengan sungguh-sungguh. Reno pun berharap kebiasaan baru Fina ini akan jadi kebiasaan Fina sehari-hari setelah mendaki nanti.

Hari demi hari berlalu. Persiapan Fina dan Reno sudah matang. Fisik sudah segar bugar. Begitu juga dengan berat badan Fina yang turun 4 kg. Lumayan lah. Peralatan pendakian juga sudah disiapkan dari jauh-jauh hari supaya tidak mendadak disiapkannya. Tinggal menunggu dua hari lagi menuju hari H. Besok latihan fisik terakhir. Kemungkinan besok latihan fisik bersama komunitas pendaki gunung kampus yang diketuai Reno sendiri.

Fina sangat antusias ikut latihan terakhir ini. Karna keinginannya mendaki gunung bersama Reno dan menuju puncak gunung bersama kekasihnya itu sudah hampir dekat.

Malamnya Fina tidak dapat tidur karna saking tidak sabaran. Fina lalu mengambil handphonenya yang sedang di charger lalu dia chat ke Reno.

“Sayang ?” send Fina ke Reno.

“Iya kenapa sayang ? kamu belom tidur ? besok kan udah berangkat. Kalo nggak tidur, besok kamu ngantuk loh.”

“Aku nggak bisa tidur Ren :( ”

“Pasti kamu kepikiran besok ya ? Kamu nggak sabaran banget sih sayangggg. Sabar lah. Sekarang mendingan kamu tidur. Jaga fisik kamu, inget !. Kalo kamu nggak tidur kamu nggak jadi ikut aja deh :p ”

“Ahh ikutttt sayang. Yaudah yaudah aku tidur deh”

“Nah gitu dong. Yaudah gih tidur aku juga sebentar lagi tidur kok. Masih nanggung persiapan barang buat besok. Bye sayang, jangan lupa baca doa ya. Good night have nice dream and angle will protected you in dream. I love you so much :* :* :* ” send. Reno langsung mengunci layar hapenya.

“Good night too sayang I love you too :* :* :*   ” Fina segera mematikan hapenya dan lampu kamarnya. Lalu ia menutupi tubuhnya didalam selimut dan matanya perlahan tertutup menuju alam mimpi.

*******

Pagi yang sejuk dengan hembusan angin yang mengibaskan rambut hingga berantakan. Matahari tidak terlalu terik memancarkan sinarnya. Suasana yang indah pagi ini sangat bersahabat untuk mengiringi keberangkatan Reno, Fina dan kawan-kawan untuk menuju puncak gunung.

Reno, Fina dan lima orang lainnya telah siap. 5 orang yang lainnya yaitu, Tina, Jojo, Riki, Reja, dan Doni. Mereka masing-masing membawa carier yang berisi barang-barang yang dibutuhkan digunung nanti. Mereka berkumpul didepan kampus. Setelah berkumpul semua, mereka lalu menyewa mobil angkot menuju terminal. Setelah sampai di terminal, mereka segera menaiki bis yang sudah di pesan tiketnya tiga hari yang lalu oleh Reno.

Diperjalanan, mereka habiskan waktu dengan berbincang-bincang. Tidak dengan Jojo dan Tina yang lebih memilih tidur untuk memulihkan fisik mereka. Perjalanan dengan bis menuju kaki gunung menghabiskan waktu 4 jam. Cukup lama jika harus dihabiskan hanya dengan ngobrol dan memainkan hape. Oleh karena itu mereka semua akhirnya tidur.

Fina terbangun dari tidurnya lalu membangunkan Reno.

“Sayang…sayangg” Fina mengguncang-guncang tubuh Reno

Reno terbangun “Hengg..kenapa sayang ? ”Tanya Reno sambil mengelus lembut rambut lurus Fina.

“Aku takut ” Fina memasang muka cemas dan membuat Reno sedikit kawatir.

“Takut nanti disono pup gimana ? digunung ada wc nya nggak ?” Ujar Fina polos, yang justru membuat kepanikan Reno menghilangkan.

“Yaampun sayang, ada-ada aja kamu. Mana ada WC di gunung, ya nanti kamu berak disemak-semak lah. Makannya kemaren aku suruh kamu bawa tisu basah. Itu gunanya tisu basah.” Ujar Reno panjang lebar sambil mencubit pipi Fina. “Udah tenang aja. Kamu nggak usah kawatir. Selama masih ada aku disamping kamu. Oke ? ” lanjut Reno sekaligus melanjutkan tidurnya yang diganggu Fina.

“Okedeh” Fina agak tenang meski tidak seratus persen.


****
Perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mereka tiba di kaki gunung. Mereka istirahat sebentar. Tiga puluh menit setelah istirahat mereka segera berangkat kepuncak gunung yang tingginya 4032 mdpl. Cukup tinggi untuk pemula seperti Fina yang belum pernah sama sekali naik gunung. Tapi dia tidak begitu cemas selama Reno masih bersamanya.

Setelah merasa cukup istirahatnya, mereka segera bersiap-siap. Diawali dengan doa dan dipimpin oleh Reno. Mereka pun memulai pendakian.

Reno berjalan paling depan dengan Fina berada disampingnya. Langit masih terlihat terik. Sama sekali belum menunjukkan gelap akan datang. Untuk awal-awal, jalur masih belum ada rintangan yang begitu berarti. Menurut info, jalur yang sulit disekitar 3000 mdpl ke 4000 mdpl, hampir menuju puncak. Apalagi jika penanjak berjalan malam, bukan hanya jalurnya yang sulit dan gelap. Ditambah lagi dengan suhu dingin yang ekstrim. Maka dari itu, Reno dan kawan-kawan telah memakai parka yang tebal untuk menghangatkan tubuh. Sarung tangan dan topi kupluk juga tak lupa. Dan juga head lamp untuk membantu penerangan.

Langit sudah menunjukkan jingganya dan gelap semakin lama memayungi Reno, Fina dan yang lainnya. Perjalanan mereka masih diteruskan. Sesekali jika ada salah satu yang lelah, mereka istirahat. Tapi Reno telah menyuruh teman-temannya dan juga Fina untuk terus berjalan karna suhu semakin dingin, sangat berbahaya jika terlalu lama beristirahat.

“Sayang..dinginnnn” ucap Fina dengan asap yang keluar dari mulutnya.

“Tahan ya Fin.. kamu pasti bisa. Kita udah sampe sini, kamu jangan sampe nyerah. Terus peluk aku aja kalo kamu merasa dingin” Ujar Reno meyakinkan Fina lalu mencium kening Fina.

“I..i..iyaa sayang” Fina memeluk Reno erat-erat sambil terus berjalan ke atas.

Mereka istirahat dan mendirikan tenda. Saat ini mereka sudah berada di 2791 mdpl. Masih sekitar 1300 mdpl lagi mereka sampai dipuncak. Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi. Fina terus memeluk Reno.

Meskipun mereka sudah menyalakan api unggun. Suhu disekitar mereka masih tidak begitu hangat. Memang wajar, karna gunung ini juga sering memakan korban. Kebanyakan korbannya meninggal karna kedinginan.

Fina kelihatan semakin pucat. Bibirnya menggigil. Tubuhnya menggigil hebat. Reno yang sudah berpengalaman pun, sedikit bingung harus berbuat apa. Tanpa berpikir panjang, Reno rela melepas parkanya dan memakaikannya ke Fina supaya semakin hangat. Saat ini Reno hanya memakai switer tipis dan sarung tangan yang sesungguhnya tidak begitu berarti menahan suhu dingin.

Reno segera menyarankan teman-temannya untuk merapihkan tenda. Karna suhu semakin dingin, cemas yang lain juga kedinginan. Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Fina digendong Reno karna tidak kuat berjalan. Carier yang dibawa Reno rela ditinggal dan barang-barang yang penting saja dititipkan di carier yang lain.

Reno melanjutkan perjalanan tanpa parka dan menggendong Fina menuju puncak gunung. Perjalanan menuju puncak kira-kira 1 jam 45 menit lagi. Kurang lebih. Cukup untuk sampai dipuncak dan melihat indahnya matahari terbit dari ketinggian 4032.

“Sa..sa..sayang maafin aku ya. Aku udah nyusahin kamu sama temen-temen kamu. Seharusnya aku nggak usah ikut. Tapi akunya keras kepala” bisik Fina sesak, suaranya hampir habis.

“Kamu nggak usah ngeluh. Selama masih ada aku disamping kamu. Kamu nggak usah kawatir. Inget itu ! Kamu harus tetep bertahan.” Reno menyemangati Fina yang sudah mulai tidak terlalu kedinginan.

“Aku minta maaf sayang gara-gara aku. Kamu sama temen-temen kamu jadi susah. Emang aku nyusahin, seharusnya kamu nggak usah bantuin aku” ujar Fina semakin sesak dan tangisnya tak terhalang lagi.

Tina dari belakang megelus-ngelus punggung Fina “ Jangan nangis Fina. Kita disini susah seneng bareng-bareng. Nggak ada satu sama lain yang ngerepotin. Satu kesulitan sama aja kesulitan kita bersama. Kamu tetep harus kuat, Fina”

“Seb..seben..tar sebentar lagi ki..ta kita sam…pe sayang. Ka..kamu harus kuat ” Ucap Reno menggigil. Wajahnya pucat. Namun ia masih tetep kuat berjalan dan menggendong Fina meski jalur sudah mulai banyak bebatuan.

“Kamu kedinginan sayang ? ”Tanya Fina cemas.

“Nggak say, aku nggak kedinginan. A…aku mas..masih kuat” kata-kata Reno sudah mulai tidak jelas karna bibirnya begitu menggigil.

“Ren kalo nggak kuat jangan dipaksain” ucap Jojo memegang pundak Reno.

“Iya sayang kamu nggak usah maksain. Aku turun aja, kamu nggak usah gendong aku lagi. Aku udah nggak kedinginan kok” Fina turun dari pundak Reno . Ia berdiri disamping Reno lalu memeluk Reno erat. “Ayok sayang. Kamu pasti bisa. Selama ada aku disamping kamu. Kamu nggak usah kawatir.” Ujar Fina dengan wajah yang cemas sambil mengusap halus pipi Reno.

“It…it…itu kata..kata aku Fin” ujar Reno tersenyum tipis.

“Emangnya kamu doang yang bisa bilang begitu” Fina menuntun Reno berjalan. “Ayo kamu pasti bisa sayang ! ” semangat dari Fina membuat Reno tersenyum.

Jojo juga membantu Reno berjalan. Mereka silih berganti membantu Reno yang lama-kelamaan malah semakin kritis. Suhu tubuhnya tidak jelas. Dingin panas. Sedangkan di ufuk timur matahari mulai memancarkan sinar jingganya.

Fina menangis  melihat keadaan Reno semakin kritis. ‘Sayangggg… kamu kok lemah banget ?!! kamu kenapa begini ?!! kamu nggak malu sama aku? aku aja kuat.” Rengek Fina sambil mengguncang-guncangkan tubuh Reno.

Meski sudah diselimuti parkanya kembali dan dibantu dengan syal kawan-kawannya. Keadaan tubuh  Reno tetap tidak membaik. Jojo pun akhirnya menggendong Reno sampai puncak.

Tidak lama setelah itu. Mereka sampai di puncak gunung.

“Akhirnyaaaaa Ren, kita sampai puncak 4023 mdpl. Puncak tertinggi yang diimpikan para pendaki !” Jojo mencoba berbicara dengan Reno namun tak ada jawaban. “Ren…Ren..Renooooooo !!!” Jojo langsung membaringkan tubuh Reno yang sudah lunglai tak bertenaga.

Fina hanya bisa menangis melihat keadaan Reno yang tak berdaya. “Renooo.. jangan tinggalin aku” Tina memeluk Fina untuk menenangkan hati Fina.

Jojo, Reja, Riki, dan Doni mencoba memeriksa keadaan Reno. Pendaki-pendaki lain yang sudah berada di sana, juga ikut membantu.

“Renoooo… bangun Renooo.. TEGA LOOOO NINGGALIN GUE TEMEN MAEN PS LU !!” Jojo mengguncang-guncang tubuh Reno yang tak kuasa juga menetskan air mata.

Fina melepaskan pelukan Tina lalu berlari menghampiri tubuh Reno “Sayang !! bangun sayang !! jangan tinggalin aku sayang.” Tina memeluk tubuh Reno yang tak bernyawa. “Aku sayang sama kamu. Kamu jangan tinggalin aku” ucapnya tepat ditelinga Reno.

Isak tangis dan kesedihan pun pecah dipuncak gunung itu. Tak luput para pendaki lain yang berada disana. Fina terseduh-seduh, air matanya mengalir deras sampai bahunya. Rasanya  Fina seperti ingin lompat dari puncak gunung ini setelah ditinggal kesayangan hatinya.

Tak lama kemudian Fina mendekati tubuh Reno ditemani juga oleh Tina. Ia dekatkan bibirnya di kening Reno lalu mengecupnya dan ia berbisik di telinga Reno. “Setinggi-tingginya puncak gunung yang telah kita lampaui. Sebesar-besarnya gunung yang kita taklukan. Seindah-indahnya matahari terbit yang kita kagumi. Tetap yang dihati ini adalah kamu. Aku sayang sama kamu Ren. Selamat tinggal. I Love You So Much”


Komentarnya ditunggu loh ...

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone