Cinta 4032
“Sayang, bulan depan
kamu mau naek gunung lagi ya ?” Tanya Fina yang daritadi duduk sambil memakan
pesanan kentaki frienchickennya.
“Iya sayang kira-kira
tanggal 2. Aku juga lagi searching nih, info tentang gunung itu. Kabarnya sih
gunung itu lumayan sulit jalurnya. Apalagi suhu disono bisa sampai 0 derajat
kalo malem hari sampai subuh” ucap Reno yang sibuk menatap laptopnya dan
memutar-mutar scroll mouse untuk mencari info di google.
Fina telah melahap
habis makanannya lalu meminum coca-cola “Terus temen kamu udah ada yang pernah
kesono nggak ? bahaya loh Ren kalo suhunya udah sampai 0 derajat gitu. Kamu
nggak takut ?”
“Temen aku sih udah ada
yang pernah kesono. Tapi sayang banget dia belom sampe kepuncak karna
kedinginan ditengah jalan.” Jawab Reno santai sambil meminum mocca float. Dan
sejenak menengok kearah Fina, menatap Fina “ Takut sih nggak, Cuma aku bakal
jaga-jaga fisik aku sampai naik nanti. Emangnya kenapa kamu nanya-nanya ?
Tumben banget. Kamu mau ikut ?” Tanya Reno berharap pertanyaannya hanya sekedar
basa-basi. Karena Reno tidak ingin Fina repot-repot ikut dengannya mendaki
gunung.
“Kalo boleh sama kamu,
aku sih mau ikut. Soalnya aku pengen banget ikut naek gunung sama kamu.
Sekali-kali kek gitu aku ikut kamu naek gunung. Boleh ya ? boleh ?” pinta Fina manja dengan memasang muka sangat
berharap.
Reno menyeka bekas saos
dibibir Fina dengan telunjuknya “Fin..fin bukanya aku nggak mau ngajak kamu.
Masalahnya kalo aku ngajak kamu, ntar kasian kamunya kecapean. Apalagi disana
suhunya dingin banget kayak dikulkas. Emangnya kamu kuat sama suhu kulkas ? ”
Jelas Reno “Kamu aja minum es masih batuk hahahaha” Reno mencubit pipi Fina
gemas.
Fina menarik wajahnya
dari cubitan Reno “ Ah kamu mah gitu. Nggak mau banget ngeliat ceweknya seneng.
Aku ngambek ah.” Fina mengerucutkan bibirnya lalu memalingkan wajahnya dari
tatapan Reno. Berharap Reno mau mengajaknya mendaki gunung.
Reno menarik wajah Fina
dan menatap mata Fina serius “Gini deh. Aku kasih tau nih ya, disana alam luas. Kita
nggak tau apa yang bakal terjadi sama kita disana nanti. Bahaya bisa kapan pun
menjemput kita tanpa kita ketahui. Makannya itu aku nggak mau orang yang paling
aku sayang kena bahaya begitu aja.” jelas Reno mencoba memberi alasan dengan
suara yang agak serius dibanding sebelumnya.
“Kalo bahaya kenapa
kamu mau kesana ? emangnya kamu kira aku nggak takut kalo kamu kena bahaya
disana ? aku selalu kawatir Ren kalo kamu lagi naik gunung. Hati aku selalu
was-was” ujar Fina dengan tatapan sinis. “Yaudah kalo kamu nggak mau ngajak aku
gapapa sih. Terserah kamu.” Fina membereskan tasnya lalu berdiri.
“Eh…eh kamu mau kemana
?”
“Aku mau pulang aja !”
Reno menahan Fina.
Menyuruhnya untuk duduk kembali “Yaudah…yaudah duduk dulu. ” lanjut Reno “Oke
deh kamu boleh ikut aku bulan depan. Tapi ada syarat yang harus kamu jalanin.
Syarat ini bukan aku yang ngada-ngada bikin. Tapi emang syarat wajib untuk naik
gunung itu supaya menjaga fisik saat mendaki disana” Reno akhirnya luluh.
“Syaratnya apa ? ”
“Cukup tiap hari kita
lari pagi dan sore. Itu rutin sampai 3 minggu sebelum hari H. Dan sifatnya
wajib. Nggak boleh ngeluh. Kalo ngeluh, kamu nggak usah ikut naik. Gimana ?”
“Oke siap. Siapa takut
!” Fina tersenyum hingga lesung pipinya membuat ia terlihat lebih manis dibanding
saat cemberut.
“Janji ? ” Reno menyodorkan
kelingkingnya ke Fina sebagai tanda perjanjian jika Fina tidak mengikuti syarat
dari Reno. Fina tidak jadi ikut mendaki gunung dengannya.
“Janji sayang ” Fina
mengikat kelingking Reno dengan kelingkingnya sambil tersenyum ceria.
*****
Setiap berangkat kuliah
sebagai pengganti lari pagi. Fina menggunakan sepeda untuk menuju kampusnya.
Begitu juga dengan Reno yang selalu menemani sekaligus memantau Fina yang
terkadang mengeluh kelelahan. Untungnya Reno tidak diam begitu saja. Reno tetap
memberikan semangat.
Pada awalnya Reno
menganggap Fina tidak mampu menjalani syarat yang diberikannya. Kenyataan
berkata lain. Tekad Fina untuk ikut mendaki bersamanya sangat kuat. Meskipun
kadang-kadang mengeluh kelelahan.
Bukan hanya menjaga
fisiknya supaya tetap bugar. Fina juga menjaga pola makannya. Yang setiap hari
bisa makan 4 kali sehari. Sekarang bisa dua kali sehari dan tanpa ngemil. Tidak
makan larut malam. Selalu minum susu, makan sayuran dan buah-buahan. Ini pun
berkat perintah dari Reno. Memang Reno sejak lama meminta Fina untuk hidup sehat,
tapi baru kali ini Fina mau dengan sungguh-sungguh. Reno pun berharap kebiasaan
baru Fina ini akan jadi kebiasaan Fina sehari-hari setelah mendaki nanti.
Hari demi hari berlalu.
Persiapan Fina dan Reno sudah matang. Fisik sudah segar bugar. Begitu juga
dengan berat badan Fina yang turun 4 kg. Lumayan lah. Peralatan pendakian juga
sudah disiapkan dari jauh-jauh hari supaya tidak mendadak disiapkannya. Tinggal
menunggu dua hari lagi menuju hari H. Besok latihan fisik terakhir. Kemungkinan
besok latihan fisik bersama komunitas pendaki gunung kampus yang diketuai Reno
sendiri.
Fina sangat antusias
ikut latihan terakhir ini. Karna keinginannya mendaki gunung bersama Reno dan menuju
puncak gunung bersama kekasihnya itu sudah hampir dekat.
Malamnya Fina tidak
dapat tidur karna saking tidak sabaran. Fina lalu mengambil handphonenya yang
sedang di charger lalu dia chat ke Reno.
“Sayang ?” send Fina ke
Reno.
“Iya kenapa sayang ?
kamu belom tidur ? besok kan udah berangkat. Kalo nggak tidur, besok kamu
ngantuk loh.”
“Aku nggak bisa tidur
Ren :( ”
“Pasti kamu kepikiran
besok ya ? Kamu nggak sabaran banget sih sayangggg. Sabar lah. Sekarang
mendingan kamu tidur. Jaga fisik kamu, inget !. Kalo kamu nggak tidur kamu
nggak jadi ikut aja deh :p ”
“Ahh ikutttt sayang.
Yaudah yaudah aku tidur deh”
“Nah gitu dong. Yaudah gih
tidur aku juga sebentar lagi tidur kok. Masih nanggung persiapan barang buat
besok. Bye sayang, jangan lupa baca doa ya. Good night have nice dream and angle
will protected you in dream. I love you so much :* :* :* ” send. Reno langsung
mengunci layar hapenya.
“Good night too sayang I
love you too :* :* :* ” Fina segera mematikan hapenya dan lampu
kamarnya. Lalu ia menutupi tubuhnya didalam selimut dan matanya perlahan
tertutup menuju alam mimpi.
*******
Pagi yang sejuk dengan
hembusan angin yang mengibaskan rambut hingga berantakan. Matahari tidak
terlalu terik memancarkan sinarnya. Suasana yang indah pagi ini sangat bersahabat untuk mengiringi keberangkatan Reno, Fina dan kawan-kawan untuk
menuju puncak gunung.
Reno, Fina dan lima
orang lainnya telah siap. 5 orang yang lainnya yaitu, Tina, Jojo, Riki, Reja,
dan Doni. Mereka masing-masing membawa carier yang berisi barang-barang yang
dibutuhkan digunung nanti. Mereka berkumpul didepan kampus. Setelah berkumpul
semua, mereka lalu menyewa mobil angkot menuju terminal. Setelah sampai di
terminal, mereka segera menaiki bis yang sudah di pesan tiketnya tiga hari yang
lalu oleh Reno.
Diperjalanan, mereka
habiskan waktu dengan berbincang-bincang. Tidak dengan Jojo dan Tina yang lebih
memilih tidur untuk memulihkan fisik mereka. Perjalanan dengan bis menuju kaki gunung
menghabiskan waktu 4 jam. Cukup lama jika harus dihabiskan hanya dengan ngobrol
dan memainkan hape. Oleh karena itu mereka semua akhirnya tidur.
Fina terbangun dari
tidurnya lalu membangunkan Reno.
“Sayang…sayangg” Fina
mengguncang-guncang tubuh Reno
Reno terbangun “Hengg..kenapa
sayang ? ”Tanya Reno sambil mengelus lembut rambut lurus Fina.
“Aku takut ” Fina
memasang muka cemas dan membuat Reno sedikit kawatir.
“Takut nanti disono pup
gimana ? digunung ada wc nya nggak ?” Ujar Fina polos, yang justru membuat
kepanikan Reno menghilangkan.
“Yaampun sayang,
ada-ada aja kamu. Mana ada WC di gunung, ya nanti kamu berak disemak-semak lah.
Makannya kemaren aku suruh kamu bawa tisu basah. Itu gunanya tisu basah.” Ujar Reno
panjang lebar sambil mencubit pipi Fina. “Udah tenang aja. Kamu nggak usah
kawatir. Selama masih ada aku disamping kamu. Oke ? ” lanjut Reno sekaligus
melanjutkan tidurnya yang diganggu Fina.
“Okedeh” Fina agak
tenang meski tidak seratus persen.
****
Perjalanan yang cukup
panjang, akhirnya mereka tiba di kaki gunung. Mereka istirahat sebentar. Tiga
puluh menit setelah istirahat mereka segera berangkat kepuncak gunung yang
tingginya 4032 mdpl. Cukup tinggi untuk pemula seperti Fina yang belum pernah
sama sekali naik gunung. Tapi dia tidak begitu cemas selama Reno masih
bersamanya.
Setelah merasa cukup
istirahatnya, mereka segera bersiap-siap. Diawali dengan doa dan dipimpin oleh
Reno. Mereka pun memulai pendakian.
Reno berjalan paling
depan dengan Fina berada disampingnya. Langit masih terlihat terik. Sama sekali
belum menunjukkan gelap akan datang. Untuk awal-awal, jalur masih belum ada
rintangan yang begitu berarti. Menurut info, jalur yang sulit disekitar 3000 mdpl
ke 4000 mdpl, hampir menuju puncak. Apalagi jika penanjak berjalan malam, bukan
hanya jalurnya yang sulit dan gelap. Ditambah lagi dengan suhu dingin yang
ekstrim. Maka dari itu, Reno dan kawan-kawan telah memakai parka yang tebal
untuk menghangatkan tubuh. Sarung tangan dan topi kupluk juga tak lupa. Dan
juga head lamp untuk membantu penerangan.
Langit sudah
menunjukkan jingganya dan gelap semakin lama memayungi Reno, Fina dan yang
lainnya. Perjalanan mereka masih diteruskan. Sesekali jika ada salah satu yang
lelah, mereka istirahat. Tapi Reno telah menyuruh teman-temannya dan juga Fina
untuk terus berjalan karna suhu semakin dingin, sangat berbahaya jika terlalu
lama beristirahat.
“Sayang..dinginnnn” ucap
Fina dengan asap yang keluar dari mulutnya.
“Tahan ya Fin.. kamu
pasti bisa. Kita udah sampe sini, kamu jangan sampe nyerah. Terus peluk aku aja
kalo kamu merasa dingin” Ujar Reno meyakinkan Fina lalu mencium kening Fina.
“I..i..iyaa sayang”
Fina memeluk Reno erat-erat sambil terus berjalan ke atas.
Mereka istirahat dan
mendirikan tenda. Saat ini mereka sudah berada di 2791 mdpl. Masih sekitar 1300
mdpl lagi mereka sampai dipuncak. Jam menunjukkan pukul 02.00 pagi. Fina terus
memeluk Reno.
Meskipun mereka sudah
menyalakan api unggun. Suhu disekitar mereka masih tidak begitu hangat. Memang
wajar, karna gunung ini juga sering memakan korban. Kebanyakan korbannya
meninggal karna kedinginan.
Fina kelihatan semakin
pucat. Bibirnya menggigil. Tubuhnya menggigil hebat. Reno yang sudah
berpengalaman pun, sedikit bingung harus berbuat apa. Tanpa berpikir panjang,
Reno rela melepas parkanya dan memakaikannya ke Fina supaya semakin hangat.
Saat ini Reno hanya memakai switer tipis dan sarung tangan yang sesungguhnya
tidak begitu berarti menahan suhu dingin.
Reno segera menyarankan
teman-temannya untuk merapihkan tenda. Karna suhu semakin dingin, cemas yang
lain juga kedinginan. Akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Fina digendong Reno
karna tidak kuat berjalan. Carier yang dibawa Reno rela ditinggal dan
barang-barang yang penting saja dititipkan di carier yang lain.
Reno melanjutkan
perjalanan tanpa parka dan menggendong Fina menuju puncak gunung. Perjalanan
menuju puncak kira-kira 1 jam 45 menit lagi. Kurang lebih. Cukup untuk sampai
dipuncak dan melihat indahnya matahari terbit dari ketinggian 4032.
“Sa..sa..sayang maafin
aku ya. Aku udah nyusahin kamu sama temen-temen kamu. Seharusnya aku nggak usah
ikut. Tapi akunya keras kepala” bisik Fina sesak, suaranya hampir habis.
“Kamu nggak usah
ngeluh. Selama masih ada aku disamping kamu. Kamu nggak usah kawatir. Inget itu
! Kamu harus tetep bertahan.” Reno menyemangati Fina yang sudah mulai tidak
terlalu kedinginan.
“Aku minta maaf sayang
gara-gara aku. Kamu sama temen-temen kamu jadi susah. Emang aku nyusahin,
seharusnya kamu nggak usah bantuin aku” ujar Fina semakin sesak dan tangisnya
tak terhalang lagi.
Tina dari belakang
megelus-ngelus punggung Fina “ Jangan nangis Fina. Kita disini susah seneng
bareng-bareng. Nggak ada satu sama lain yang ngerepotin. Satu kesulitan sama
aja kesulitan kita bersama. Kamu tetep harus kuat, Fina”
“Seb..seben..tar
sebentar lagi ki..ta kita sam…pe sayang. Ka..kamu harus kuat ” Ucap Reno
menggigil. Wajahnya pucat. Namun ia masih tetep kuat berjalan dan menggendong
Fina meski jalur sudah mulai banyak bebatuan.
“Kamu kedinginan sayang
? ”Tanya Fina cemas.
“Nggak say, aku nggak
kedinginan. A…aku mas..masih kuat” kata-kata Reno sudah mulai tidak jelas karna
bibirnya begitu menggigil.
“Ren kalo nggak kuat
jangan dipaksain” ucap Jojo memegang pundak Reno.
“Iya sayang kamu nggak
usah maksain. Aku turun aja, kamu nggak usah gendong aku lagi. Aku udah nggak
kedinginan kok” Fina turun dari pundak Reno . Ia berdiri disamping Reno lalu
memeluk Reno erat. “Ayok sayang. Kamu pasti bisa. Selama ada aku disamping kamu.
Kamu nggak usah kawatir.” Ujar Fina dengan wajah yang cemas sambil mengusap
halus pipi Reno.
“It…it…itu kata..kata
aku Fin” ujar Reno tersenyum tipis.
“Emangnya kamu doang yang
bisa bilang begitu” Fina menuntun Reno berjalan. “Ayo kamu pasti bisa sayang ! ”
semangat dari Fina membuat Reno tersenyum.
Jojo juga membantu Reno
berjalan. Mereka silih berganti membantu Reno yang lama-kelamaan malah semakin
kritis. Suhu tubuhnya tidak jelas. Dingin panas. Sedangkan di ufuk timur
matahari mulai memancarkan sinar jingganya.
Fina menangis melihat keadaan Reno semakin kritis. ‘Sayangggg…
kamu kok lemah banget ?!! kamu kenapa begini ?!! kamu nggak malu sama aku? aku
aja kuat.” Rengek Fina sambil mengguncang-guncangkan tubuh Reno.
Meski sudah diselimuti
parkanya kembali dan dibantu dengan syal kawan-kawannya. Keadaan tubuh Reno tetap tidak membaik. Jojo pun akhirnya
menggendong Reno sampai puncak.
Tidak lama setelah itu. Mereka sampai di puncak gunung.
“Akhirnyaaaaa Ren, kita
sampai puncak 4023 mdpl. Puncak tertinggi yang diimpikan para pendaki !” Jojo
mencoba berbicara dengan Reno namun tak ada jawaban. “Ren…Ren..Renooooooo !!!”
Jojo langsung membaringkan tubuh Reno yang sudah lunglai tak bertenaga.
Fina hanya bisa
menangis melihat keadaan Reno yang tak berdaya. “Renooo.. jangan tinggalin aku”
Tina memeluk Fina untuk menenangkan hati Fina.
Jojo, Reja, Riki, dan Doni
mencoba memeriksa keadaan Reno. Pendaki-pendaki lain yang sudah berada di sana,
juga ikut membantu.
“Renoooo… bangun
Renooo.. TEGA LOOOO NINGGALIN GUE TEMEN MAEN PS LU !!” Jojo mengguncang-guncang
tubuh Reno yang tak kuasa juga menetskan air mata.
Fina melepaskan pelukan
Tina lalu berlari menghampiri tubuh Reno “Sayang !! bangun sayang !! jangan
tinggalin aku sayang.” Tina memeluk tubuh Reno yang tak bernyawa. “Aku sayang
sama kamu. Kamu jangan tinggalin aku” ucapnya tepat ditelinga Reno.
Isak tangis dan
kesedihan pun pecah dipuncak gunung itu. Tak luput para pendaki lain yang
berada disana. Fina terseduh-seduh, air matanya mengalir deras sampai bahunya.
Rasanya Fina seperti ingin lompat dari
puncak gunung ini setelah ditinggal kesayangan hatinya.
Tak lama
kemudian Fina mendekati tubuh Reno ditemani juga oleh Tina. Ia dekatkan bibirnya
di kening Reno lalu mengecupnya dan ia berbisik di telinga Reno. “Setinggi-tingginya
puncak gunung yang telah kita lampaui. Sebesar-besarnya gunung yang kita taklukan.
Seindah-indahnya matahari terbit yang kita kagumi. Tetap yang dihati ini adalah
kamu. Aku sayang sama kamu Ren. Selamat tinggal. I Love You So Much”
Komentarnya ditunggu loh ...
0 komentar:
Posting Komentar