Friend Be Love
Yoyo lari
tunggang langgang mengejar kopaja demi sampai sekolah tepat waktu. Walaupun
sudah berusaha berlari sekuat tenaga. kopaja itu tetap tidak dapat terkejar dan
menjauh dari pandangannya. Ia berdiri dipinggir jalan menunggu kopaja
berikutnya datang. Sambil sesekali melirik arlojinya untuk memastikan kalau ia
belum terlambat. Lima belas menit berlalu, belum ada kopaja yang datang. Hingga
ia pun akhirnya bosan dan bergegas kembali kerumah.
Diperjalanannya
menuju rumah tepatnya ditrotoar terdengar suara yang begitu jelas memanggilnya.
Ia mencari-cari pusat suara itu berasal. Dari sebrang jalan seorang perempuan
berkrudung lengkap dengan seragam sekolah menunggangi motor matik merah
melambaikan tangan kearahnya. Perempuan itu adalah Maudy. Ia mantan gebetan
Yoyo sewaktu smp. Kulitnya putih, pipinya terdapat lesung pipi yang membuatnya
terlihat manis jika dilihat dari segala arah.
“ Yoyo sini !!.”
Perintah Maudy kepadanya.
Yoyo mengangguk
lalu menghampiri perempuan itu. “ Maudy ? Lu ko nggak sekolah ? ” tanyanya
heran.
“ Loh lu sendiri
kenapa disini ?. ” tanya Maudy heran
lebih heran dari Yoyo.
Yoyo menjelaskan
kalau dia tadi tidak dapat kopaja dan nggak mungkin berangkat sekolah. Karena
sama saja kalau sampai disekolah lebih dari jam setengah tujuh pintu pagar
tidak dapat dibuka dan ia pasti disuruh pulang.
Maudy
mengangguk. Lalu ia mengajak Yoyo ikut dengannya pergi ke mall. Yoyo yang tidak
suka ke mall, bingung mau menjawab apa. Kalau menjawab enggak, pasti Maudy akan
kecewa. Sedangkan kalau jawab “ iya ”, lebih parah lagi. Yoyo seketika terjebak
dalam dua buah pilihan. Sambil membuka dompet, ia akhirnya mengiyakan ajakan
Maudy untuk pergi ke Mall. Walaupun dalam hatinya agak gondok. Tapi tidak
masalah kalau sekali-kali.
Sampai mereka di
Mall. Mereka berdua hanya terdiam diatas motor karena lupa kalau Mall itu
biasanya buka jam sepuluh. Dan sekarang masih jam setengah delapan. Mereka
bingung mau pergi kemana lagi.
Yoyo memberi
saran “ Gimana kalau kita ke taman ajah ? “
Maudy berfikir
sejenak. “ Ngapain ?.”.
Tanpa menjawab pertanyaan
Maudy, Yoyo langsung menjalankan motor. Diperjalanan Maudy terus bertanya kalau
sebenarnya mereka ingin kemana. Tapi Yoyo tetap keukeh tidak menjawab.
Sampailah mereka di sebuah taman dengan pohon-pohon yang begitu rimbun,
dilengkapi juga perosotan, jungkat-jungkit, dan ayunan. Yoyo menarik tangan Maudy
kearah pohon beringin seakan ia tidak sabar ingin menunjukkan sesuatu yang istimewa
kepada Maudy.
“ Masih inget
ini nggak ?.” Tunjuk Yoyo kearah batang pohon beringin yang sudah terukir
dengan tulisan “ M & Y ”.
Maudy menganga
tak percaya sambil mengucek-ngucek matanya. “ Gilak ini kan udah lama banget.
Udah tiga tahun masih ada ajah ya. ”
Mereka lalu
duduk bersandar di batang pohon beringin sambil ngobrol sekaligus flashback masa-masa smp mereka. Dimana
saat itu Yoyo mau menembak Maudy tidak jadi karena ada tukang es krim yang
menggodanya sehingga Yoyo mengurungkan niatnya sampai saat ini. Terbesit dalam
hatinya untuk mengungkapkan rasa itu saat ini juga. Tapi dia sadar, tidak
mungkin sekarang karena waktunya belum tepat. Perlu waktu yang tepat untuk
mengungkapkan rasa itu.
Sudah
berlama-lama ditaman. Mereka pun pergi meninggalkan taman. Tidak lupa Yoyo meminta
nomor handphone Maudy sebelum ia pergi.
Sejak saat itu,
mereka jadi lebih sering smsan dan telponan. Tidak jarang mereka jalan-jalan
ketaman, nonton bioskop, dan makan bareng. Mereka sudah seperti pasangan yang
sudah lama berhubungan. Tapi faktanya sih belum. Namun, Yoyo sudah menyiapkan
sesuatu yang spesial untuk Maudy. Dan tidak akan dapat dilupakan.
***
Disekolah, Yoyo
memiliki teman yang sangat baik bahkan saking baiknya ia rela menjadi tempat
sampah curhatan Yoyo. Dia itu Widya, rambutnya tergerai sebahu berwarna hitam
lebat, bola matanya coklat, namun kebiasaan buruknya mengambil uang ATM orang
tuanya secara diam-diam. Itu sering ia lakukan kalau sudah tanggal tua.
Bel masuk kelas
berbunyi. Semua murid masuk kekelas masing-masing begitu juga dengan Yoyo dan
Widya. Jam pelajaran pertama yaitu, matematika dimulai. Bukannya mendengarkan
atau memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru. Yoyo malah curhat ke Widya yang
duduk tepat disebelahnya tentang pertemuannya dengan Maudy kemarin.
“ Berarti lu
kemarin nggak masuk gara-gara jalan sama mantan gebetan lu itu ?. Jadi lu lebih
mementingin ketemuan sama cewe dari pada sekolah ?. Huh ! ” Ujar Widya sinis. Karena Yoyo tidak biasa
curhat tentang percintaannya Wajar saja Widya sinis toh ia juga menyimpan rasa
dengan Yoyo tapi dia malu mengungkapkannya. Alasannya sih karena ia cewek, gak
mungkin memulai duluan.
“ Dih, lu kok
jadi sinis gitu sih ? kan gua cuman mau curhat sama lu. Biasanya juga lu doyan
dengerin curhatan gua Wid. ” Ujar Yoyo memandang Widya sambil senyum-senyum
genit.
“Senyum-senyum
lagi lu. Curhat ajah noh sama penghapus.” Widya melempar penghapus warna hitam
tepat mendarat kewajah Yoyo.
Yoyo lalu
mengambil penghapus yang dilemparkan Widya dan seakan-akan dapat berbicara
dengan benda mati itu “ penghapus, kamu mau gak dengerin curhatan aku ?. Aku
mau curhat nih tentang temen aku yang satu ini. Kalo lagi ngambek galak banget
deh apalagi mukanya tuh kaya shaun the sheep hehe.. ”. Ledek Yoyo dengan
mengkrucutkan mulutnya.
“ GILAK !! .”
Ketus Widya sambil mencatat apa yang dijelaskan Pak Edi ( guru matematika ).
Kembali lagi ke
Maudy. Hari ini ia sudah janji dengan Yoyo untuk menemani Yoyo membeli buku pelajaran
yang dibutuhkan untuk lebih banyak lagi bahan belajar karena sebentar lagi akan
UN. Di toko buku, Yoyo mondar mandir kesana kemari mencari buku yang
dibutuhkannya. Tapi sayangnya belum ia dapatkan. Maudy menghampiri Yoyo dengan
membawa buku yang tebalnya tidak karuan.
“ Buku ini
kayaknya cocok deh buat kamu.” Sekarang Yoyo dan Maudy sudah berani ngomong aku
kamu satu sama lain.
“ Mana coba liat
?. ” Yoyo mengambil buku itu dari tangan Maudy lalu membuka lembar demi lembar
buku itu. Sudah menilai kalau buku itu bagus dan cocok untuk bahan pelajarannya.
Ia segera membayarnya ke kasir.
Mereka tidak
langsung pulang tetapi mampir dulu ke restoran steak. Maudy memesan Chicken steak
dan minumnya Lemon tea. Tidak mau ribet, Yoyo ikut-ikutan memesan makanan dan
minuman yang sama. Yoyo memang tipe pria romantis
plagiat. Selalu menjiplak apa yang disukai pasangannya supaya dianggap
serasi.
Setelah melahap
habis makanan dan minuman. Mereka melanjutkan perjalanan mereka. Tujuannya
selanjutnya kebioskop. Maudy hobi sekali nonton. Film yang yang paling ia sukai
adalah film action. Bukan karena adegan-adeganya yang extreme. Menurut Maudy
biasanya pemeran utama cowok film action itu ganteng plus macho.
Menuruti
keinginan Maudy. Akhirnya Mereka menonton film refrain. Kebetulan hari ini tidak ada film action. Maudy memilih
film ini karena katanya aktor utamanya diperankan oleh Afgan. Setelah selesai
nonton, mereka lalu bergegas pulang. Tepat melintas di toko boneka, Maudy
berhenti dan memandangi boneka beruang berwarna ping sambil menggenggam hati
bertuliskan love dipajang dari dalam toko.
“ Ihh.. lucu
!!.” Maudy meraba-raba kaca toko.
Yoyo memanggil
Maudy supaya tidak lama-lama karena hari sudah larut malam. Maudy lalu
meninggalkan toko boneka itu dengan raut wajah kecewa.
***
Hari yang
ditunggu Yoyo akhirnya tiba. Tepat di hari ulang tahun Maudy yang ke 17 ia akan
mengucapkan isi hatinya kepada Maudy. Sudah satu bulan dari pertemuan mereka di
tengah jalan raya sangat tidak terasa berlalu. Untuk menghadiahi Maudy. Yoyo telah
menyiapkan boneka beruang yang diminati Maudy tempo hari yang lalu saat menemaninya
membeli buku. Ia berharap boneka ini menjadi saksi cintanya dengan Maudy.
Sudah
berkali-kali Yoyo menghubungi Maudy tetapi tidak ada jawaban. Ditelpon malah
operator yang menjawab. Tapi Yoyo tetap berfikir positif kalau Maudy sedang
sibuk dan pasti ia akan datang. Memang saat terakhir mereka jalan berdua. Maudy
sudah jarang menghubungi Yoyo bahkan tidak pernah sama sekali. Ketika terakhir
pertemuan dengan Maudy itu, Yoyo sudah mengajak Maudy supaya merayakan ulang
tahunnya berdua ditaman.
Yoyo mencoba sms
Maudy sekali lagi untuk memastikan.
“ Aku tunggu
kamu ditaman tempat kita biasa berdua. Aku harap kamu datang. HAPPY BIRTHDAY
MAUDY J. ” SENT.
Ditaman, Yoyo
menunggu sambil duduk bersandar di pohon beringin dengan memeluk boneka beruang
yang akan diberikan ke Maudy. Sudah satu jam Yoyo menunggu ketidak pastian ini.
Menunggu, menunggu, dan menunggu. Itulah yang dapat dilakukan Yoyo saat ini.
Sudah menunggu selama sebulan untuk hari ini tidak mungkin ditinggalkan begitu
saja olehnya. Karena ini momentum yang tidak bisa dilewatkan oleh Yoyo sendiri.
Sekali lagi Yoyo
mencoba sms Maudy.
“ Aku tunggu
kamu ditaman tempat kita biasa berdua. Aku harap kamu datang. HAPPY BIRTHDAY
MAUDY J. SENT.
Awan hitam
menyelimuti langit hingga matahari harus mengalah menjadikan langit begitu
gelap kelabu. Begitu juga petir yang menggelegar membahana mengingatkan akan
datangnya hujan deras. Yoyo tetap menunggu kedatangan Maudy.
Dua jam berlalu
ia mencoba lagi menguhubungi Maudy. Lagi-lagi Maudy tidak dapat dihubungi. Hanya
suara operator yang menyambut panggilannya. Bersamaan dengan itu, hujan sedikit
demi sedikit turun hingga deras. Sampai membasahi tubuh Yoyo dan boneka beruang
dipelukannya. Ia tetap setia. Setia menunggu kedatangan Maudy.
“ Kamu kemana
Maudy ? . Kamu lupa sama aku ?.” Lirih Yoyo.
Drrrtt…Drrrt…
Getaran handphone Yoyo.
Yoyo dengan
cekatan mengambil handphonenya yang
disimpannya dikantong celana. Dibukanya handphone.
Betapa gembiranya Yoyo saat itu, ketika melihat bahwa sms itu dikirim dari
Maudy. Tanpa berfikir panjang ia lalu membuka sms dari Maudy.
“ Yoyo maaf aku
gak bisa datang. Makasih udah ngucapin.”.
Sontak handphonenya terjatuh ketanah tenggelam
oleh genangan air hujan. Yoyo tampak tak memperdulikannya. Ia bak seperti orang
gilak yang lupa akan kehidupan.
“ KENAPA ?
KENAPA KAMU PERGI DAN MENINGGALKAN AKU MAUDYY…..!!!” Teriak Yoyo sampai urat-urat dilehernya timbul.
Begitu juga boneka beruang yang akan diberikan kepada Maudy langsung dibuang
olehnya.
Ia masih duduk
lemas bersandarkan dibatang pohon beringin. Air hujan pun mulai reda tapi hanya
disekitar tubuh Yoyo saja. Dipadangannya hujan masih turun sangat deras.
“ Yo..Aku sayang
sama kamu .” Ujar perempuan dari balik tubuh Yoyo dengan nada lembut.
Yoyo memutar
haluan dan kaget melihat perempuan itu yang sedang memayunginya. Dia seperti
tidak percaya apa yang sedang terjadi saat ini.
“ Ka..Ka..Kamuu
?? .” Tanya Yoyo heran. “ Ini bukan mimpi kan ? ” lanjutnya.
“ Iya ini aku
dan ini bukan mimpi ko. ” Ujar perempuan itu.
“ Ah ini pasti
mimpi. Ini boongan pasti ini bukan kamu. ” Yoyo memastikan sambil mencubit
tangan perempuan itu. Lantas perempuan itu meringis kesakitan “awww..sakit tau.
”.
Yoyo masih tidak
percaya. Kalau sebenarnya perempuan yang dihadapannya ini adalah Widya. Teman
baiknya. Dan sekarang menyatakan cinta kepadanya.
“ Jadi kamu
bener sayang sama aku ?.”. Tanya Yoyo sambil beranjak dari duduknya lalu
memandang wajah Widya.
Tanpa sepatah
kata apapun Widya hanya menganggukkan kepalanya. Memastikan kalau dirinya
memang sungguh memiliki rasa yang spesial dengan Yoyo.
“ Tapi kalau aku
nggak sayang sama kamu gimana ?.” Ledek Yoyo membuat jengkel Widya.
Wajah Widya
mulai memerah. Widya malu kalau dia akan ditolak oleh Yoyo mentah-mentah. Tidak
ingin ketahuan kalau ia sebenarnya malu. Ia berpura-pura tidak peduli “ Yaudah
kalo nggak mau. Aku nggak maksa tuh.”.
“ Bener nih ?
nggak nyesel ?. ” Goda Yoyo sambil
mengelus dahu Widya.
“ Ihh..apaan sih.”
Widya mengkrucutkan bibirnya.
Iseng, Yoyo
mencubit pipi Widya. Lalu ia berlari menembus hujan menghindari balasan yang
akan dilakukan kepadanya. Larinya pun begitu cepat meninggalkan Widya sambil berteriak
“ Widya aku juga sayang kamu. ”. Dari belakang Widya pun mengejarnya dengan
wajah yang berbunga-bunga.
Boneka beruang
yang seharusnya diberikan untuk Maudy ditinggalkan begitu saja terendam oleh
kubangan air hujan yang begitu kotor. Dugaan Yoyo benar kalau boneka itu akan
menjadi saksi cintanya . Walaupun tidak dengan Maudy.
-TAMAT-
kita nggak pernah tau siapa yang akan menjadi cinta kita.
Kita mampu berusaha dan mengira kalau orang yang kita cintai akan menjadi cinta kita.
Tapi kita tidak tahu pasti apakah orang itu akan benar-benar menjadi cinta kita.
Bahkan apa yang tidak terpikirkan oleh kita akan datang menjadi cinta kita, meski dia sahabat kita sendiri.