Surat Untuk Ibu
Pagi sejuk dengan siulan burung burung kecil di ranting ranting pohon. Begitu juga sang surya yang mulai beranjak dari tidur peristirahatannya dan hendak memulai hari dengan sinar terangnya.
Roman terburu buru karena arlojinya telah menunjukkan pukul setengah tujuh. Berarti ia sudah telat datang kesekolah.” Ah !! ibu kenapa nggak bangunin Aku sih ?! aku jadi telat kan. Gara gara ibu nih ” Gerutu Roman dengan wajah ketus yang tidak enak untuk dipandang. “ Ibu tadi sudah bangunin kamu man, tapi kata kamu nanti nanti ajah ” ibu membela. “ Sudah lah bu, banyak alasan ibu ini. Kalo nggak mau bangunin aku bilang ajah !!” Roman lalu berjalan keluar rumah dengan seragam yang amburadul.
“ oia uang jajan aku mana ? ” Roman mengatungkan tangan kirinya. Ibu Roman mengeluarkan uang selembar 5 ribu rupiah dari dompetnya “ Nih man,uang jajannya ”. “ Hah ? ibu lagi nggak bercanda kan ? ” keluh Roman sambil menggantungkan uang 5 ribuan diudara supaya ibunya melihat uang yang ia apegang. Ibu Roman hanya menggelengkan kepala sambil menunjukkan wajah memelas.
“ Uang goceng mah sampe depan gang juga udah abis bu. Kalo kayak gini terus gimana mau pinter belajarnya ? Uang ajah mandet mandet mulu ” Roman marah, lalu ia beranjak dari rumah tanpa pamit terlebih dahulu dengan ibunya. “ Hati hati man ” ujar ibu dari dalam rumah.
Bukannya datang kesekolah Roman malah melancong ke warnet. Ia kewarnet karena untuk datang kesekolah sudah pasti telat. Dari pada datang telat lalu dihukum lebih baik tidak masuk sekalian nggak dihukum paling parah juga hanya alfa.
Selesai ngegame diwarnet Roman pulang kerumah. Dirumahnya tidak ada satu orang pun dirumahnya. “ Etdah, ibu kemana sih nggak tau apa anaknya lagi kelaperan ? ” Keluh Roman sambil tiduran diatas lantai yang hanya dilapisi karpet yang tidak begitu tebal.
CKLEKK..!!
Ibu Roman datang dengan membawa kantung plastik hitam berisi nasi padang. “ Wah ini dia yang gua tunggu tunggu ” Senang Roman melihat ibunya membawa kantung berisi makanan.
“ Bawa makanan bu ? ” tanya Roman masih dengan posisi tidurnya. “ Iya nih ada nasi padang tadi dikasih sama majikan ibu man. Loh ko kamu sudah pulang ? , Pasti kamu bolos lagi ya ? ” Ibu Roman dengan wajah curiga. “ Nggak ko bu, Roman nggak bolos. tadi disekolah ada rapat gituh, terus di suruh pulang dah.” Ujar Roman memberi penjelasan ke ibunya dengan kalimat bohongnya. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Roman kalau berbohong kepada ibunya. Itu malah sudah seperti tradisi yang wajib baginya jika sudah kepepet.
“ Buat aku ya bu ? aku belom makan dari tadi. Lapar nih bu ” Roman mengelus mengelus perutnya. Ibu Roman langsung memberikan kantong plastik hitam itu ke Roman. Walaupun sebenarnya ia sejak tadi belum makan. Tapi bagi seorang ibu seperti Ibu Roman, lebih baik menyenangkan anaknya terlebih dahulu dari pada menyenangkan diri sendiri. “ Yaudah nih man buat kamu saja man. Ibu juga sudah kenyang ”
Roman merenggut dengan kasar kantong plastik itu dari tangan ibunya “ SINIHH Bu !!! ”
Seusai makan Roman menghampiri Ibunya yang sedang sibuk menjait.“ Bu, kapan nih aku di beliin motor ? ” Tanya Roman serius. “ Ibu belom punya uang man. Ini juga uangnya cuman cukup buat kita makan seminggu ” ujar ibu sambil sibuk menjait celana Roman yang sobek. “ Ahilah bu, sampe kapan Roman jalan kaki mulu ? sampe kaki Roman pengkot ? ” Kesal Roman. “ Ibu juga udah usahain. Tapi belum ada rejeki, kalo ada rejeki pasti ibu beliin kamu motor ko. Ibu janji ” “ Ibu mah cuman janji janji doang !! Capek aku nunggu janji ibu ” “ Doain ibu ajah supaya bisa dapat nepatin janji ibu buat beliin motor kamu ” “ Doa ? buat apa doa ? yang penting tuh uang buat beli motor. Bukan doa bu ” “ Asstgfirulloh man, kamu nggak boleh ngomong gituh ” Ibu Roman menghentikan jaitannya lalu memandangi Roman dengan wajah marah. “ Ngapain ibu ngeliatin Roman kayak gitu ? Nggak suka sama kata kata Roman ? kalo nggak suka buang ajah noh ketempat sampah ” Roman menunjuk kearah tempat sampah yang berada di teras rumahnya.
Roman jalan kaki pergi kewarkop langganannya. Hampir setiap hari ia datang kewarkop ini untuk ngopi, ngeroko, dan juga makan gorengan sekedar mengisi perutnya bila sedang kelaparan.
Diwarkop, ia memesan 1 gelas kopi abc moka dan 1 batang rokok. Lalu ia bakar Rokok yang sedang ia gantungkan di mulutnya. Setiap hari bisa sampai 1 bungkus Roman menghabiskan rokok. Memang Roman sudah pecandu rokok berat dari smp. Sebelumnya, ia sangat dilarang merokok oleh ibunya. Tapi karena ia keras kepala ibunya pun capek untuk menasehatinya dan akhirnya Roman pun bisa leluasa merokok.
Dari belakang tanpa sepengetahuan Roman. Seseorang menepuk pundaknya “ Man, dipanggil ibu lu tuh dirumah katanya penting banget ” perintah Jeri teman baik Roman sejak kecil. “ Ah, lu Jer. Ganggu orang lagi nikmatin surge dunia ajah ” Roman menghembuskan asap rokoknya kearah wajah Jeri. Jeri mengibas ngibaskan asap rokok Roman “ uhug….uhug sialan lu man. Gua alergi banget asep roko. eh malah lu semprot gua pake asep rokok ” Jeri mengernyitkan dahi. “ HAHAHa” Roman tertawa kegirangan. “ Ko, lu malah ketawa ? itu nyokap lu nungguin ” “ iya iyaa . Bacod banget lu kayak janda ” Roman beranjak dari kursi. “ Mang gue ngutang dulu yak. Gabungin ajah sama yang kemaren ntar dibayar ibu gua ” ujar Roman ke Mang Jono si pemilik warkop.
Sampai dirumah, Roman terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini. “ Ini bukan mimpi kan ? ”. Roman lalu menjemput motor yang berada di teras rumahnya. Ia mengecek motor dari ujung ban sampai ujung stang.
Ibu Roman datang “ Motor itu kan yang kamu mau man ? ” Tanya Ibunya tersenyum. Roman membalikkan haluan memandang ibunya “ mm,..gimana ya ? sebenarnya sih nggak bagus. Tapi ya mau gimana lagi ? Bagus bagusin ajah dah bu” ujar Roman santai. “ Maafin ibu kalau motornya jelek. Uang ibu memang cukup untuk beli motor itu saja. Itu pun masih hutang.” Ujar ibu Roman dengan wajah penyesalan. Ibu Roman sedih karena apa yang dia telah lakukan tidak direspon dengan baik oleh Roman. Bukannya berterima kasih Roman malah mengkritik motor yang telah diberikan Ibu kepadanya.
Mimpi Roman mempunyai motor akhirnya terwujudkan juga. Niatnya untuk ugal-ugal pun tersampaikan. Begitulah yang dilakukan Roman saat ini. Ugal-ugalan dijalan Raya yang ramai. Ia tidak mengikirkan hal apa yang terjadi saat ia ngebut-ngebut di jalan Raya. Yang terpikir dalam otaknya hanya “ Ngebut Is My Life”.
Dipersimpangan, Roman tetap melaju dengan kecepatan tinggi. Sebuah truk melaju dengan cepat dari arah yang berlawanan. Ia pun kehilangan kendali untuk menghindari truk itu. Ia langsung membanting stir kekanan. Lantas ia berhasil menghindari truk yang dapat meregut nyawanya itu. Walaupun berhasil menghindari truk. Roman harus menghindari anak-anak kecil yang sedang melinta ditrotoar. Tapi Roman tidak berhasil seperti meghindari truk. Anak-anak kecil itu tertabrak motor Roman. Dua dari lima anak kecil itu meninggal dunia ditempat dan yang lainnya hanya mengalami luka ringan. Roman juga hanya mengalami luka ringan di dengkulnya.
Seketika semua orang yang berada disekitar kejadian dengan cepat menghampiri dan membantu sebisanya. Hingga akhirnya polisi datang lalu Roman di bawa kekantor polisi untuk memberikan penjelasan apa yang terjadi tadi.
Oleh Polisi Roman divonis sebagai tersangka dengan alasan kecerobohan saat sedang mengemudi. Lima tahun ia harus mendekam di penjara. Roman menyesal atas semua kejadian yang terjadi ini. Kejadian ini tidak lepas dari kelakuannya terhadap ibunya sendiri. Yang selalu melawan dan membantah.
Ibu Roman yang mengetahui apa yang terjadi dengan Roman. Ia segera menjenguk anaknya itu dikantor polisi. Sayangnya, saat dikantor polisi. Ibu Roman dilarang menjenguk karena jam besuk sudah lewat. Ibu Roman tetap keukeh hingga melawan polisi yang melarangnya masuk. “ Awas saya mau ketemu anak saya. Anak saya tidak bersalah. ”. “ Bu..jam besuk sudah lewat. Ini sudah peraturan yang tidak dapat dilanggar. Ibu bisa datang lagi besok. ” ujar polisi.
Jeri yang melihat Ibu Roman sangat keras kepala. Ia mencoba menenangkan “ Bu..kita bisa datang lagi besok. Roman mungkin sekarang juga sedang istirahat. Kalau kita ganggu dia malah stress.” . “ Benar juga nak Jeri. Besok kota datang lagi kesini.” Ibu Roman akhirnya luluh dan niat untuk bertemu dengan Roman ditunda sampai besok.
Didalam penjara, Roman menulis sebuah surat untuk ibunya. Surat itu berisi semua penyesalannya terhadap ibunya. Ia sadar kalau selama ini apa yang dia lakukan kepada ibunya itu adalah dosa besar yang tidak dapat dimaafkan.
Surat itu berisi..
Ibu..maafin Roman kalau selama ini aku selalu menyakiti hati ibu. Aku memang anak durhaka yang pantas dimasukkan kedalam neraka. Aku nggak pernah nurutin apa yang dikatakan ibu ke aku. aku hanya mementingkan diri aku sendiri. Kepentingan ibu aku nomor duakan.
Seharusnya aku berterima kasih kepada ibu bukan malah memaki dan menghina. Semua yang ibu berikan ke aku adalah kado terindah dalam hidup aku. Tapi aku nggak pernah merasakan kado terindah itu. Mungkin karena aku tidak pernah memaknai tulusnya pemberian ibu kepada aku.
Ibu selalu rela berkorban demiku. Ibu rela nggak makan seharian demi aku. Ibu rela berkeringat demi aku. Ibu rela sakit sakitan demi aku. Ibu rela mengorbankan nyawa demi aku. Tapi aku ? aku nggak pernah rela apa yang aku miliki demi ibu. Aku cuman rela apa yang dimiliki ibu itu dapat dimiliki aku.
Semua kebohongan ibu adalah kejujuranku. Semua kejujuranku adalah kebohongan ibu. Ibu rela berbohong demi kesenangan aku. Tapi aku rela berbohong untuk kesenangan diriku sendiri.Bahkan kebohonganku membuat ibu tersakiti.
Ibu pantas bahkan sangat pantas untuk tidak menganggapku sebagai anak. Karena aku juga nggak pernah nganggap ibu sebagai ibu. Ibu memang tidak tahu sebelumnya. Aku selalu merasa malu bila temanku tahu kalau ibu itu ibuku.
Saat ibu membaca surat ini. Aku berharap ibu sedang tersenyum tanpa butiran air mata yang menggenang dibola mata ibu. Aku ingin ibu selalu tersenyum selama-lamanya. Maafkan aku bu.. Aku sayang ibu…
0 komentar:
Posting Komentar