123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Sabtu, 01 Juni 2013

Beda Itu Tak Indah


Hari ini tepat Janeta menginjak umur yang ke tujuh belas tahun. Umur dimana seseorang beralih dari fase remaja menuju fase yang lebih dewasa. Ibrahim kekasih Janeta sudah menyiapkan dengan matang pesta ulang tahun Janeta hari ini.
Cafe sudah dipesan. Semua perhiasan klenik-klenik telah dipasang tepat pada tempatnya. Kue ulang tahun sudah dipesan. Teman-teman Ibrahim dan Janeta pun juga sudah diundang dari jauh jauh hari sebelum hari H.
“ Kita mau kemana ini ? Ko pake segala tutup mata sih ? Kan risih sayang.” Protes Janeta.
“ Kita akan ke suatu tempat yang sangat menyeramkan haha. ” Ledek Ibrahim Sambil menuntun Janeta melangkah.
“ Ihh.. kamu ini ada ada ajah. Buka tutup mata aku ah. ”
“ Oh nggak bisa. Sebentar lagi kita sampai kok sayang. ”
Janeta mengkrucutkan bibirnya.
“ Kamu sekarang boleh buka tutup matanya sayang.” Ibrahim melangkah tepat didepan Janeta dengan memegang sebuah kue.
“ nah gitu dong kan risih dari tadi gelap-gelapan.” Janeta membuka ikatan tutup matanya.
“ SUREPRIZE !!!” Sontak teriakkan teman-teman Janeta yang hadir membahana membisingkan telinganya dan membuatnya terharu.
“ Selamat ulang tahun sayang semoga panjang umur tuhan memberkatimu.” Ibrahim menyodorkan kue tepat didepan Janeta.
Janeta meneteskan air mata haru “ Terima kasih sayang.”
“ TIUP LILINNYA TIUP LILINNYA TIUP LILINNYA SEKARANG JUGA !! “  Perintah seluruh teman-teman Janeta yang datang.
“ Make wish sayang !!” Ujar Ibrahim tersenyum.
Janeta memejamkan mata sejenak. “ Sudah sayang.” Janeta langsung meniup lilin yang berbentuk angka tujuh belas berwarna merah yang terletak tepat diatas kue blackforest yang telah tertulis happy birthday Janeta inggriani for 17 years.
Tepuk tangan dari semua teman-teman yang hadir menambah semarak acara ulang tahun Janeta. Mereka bergantian memberi selamat untuknya. Kado ulang tahun pun juga tak lupa mereka berikan.
“ Happy birthday sayangkuh maniskuh.” Ujar Shintia teman baik Janeta disekolah sambil mencium pipi Janeta. “ Jangan diliat isinya ya sayang tapi liat bungkusnya ajah. Bagus kan ? haha.” Shintia memberikan kado berbentuk kotak berukuran sedang dengan bungkusnya yang begitu cantik berwarna biru muda.
“ Terima kasih kasih sayang. Walaupun kamu nggak ngasih kado. Itu juga nggak masalah ko.” Ujar Janeta.
***
Setelah acara ulang tahun Janeta. Keesokkan harinya Janeta malah bersitegang dengan Ibrahim. Sebenarnya hanya masalah kecil yang dapat diselesaikan dengan hati tenang tapi malah di tanggapi tidak wajar oleh Janeta.
Hingga ia mengancam akan memutuskan hubungannya dengan Ibrahim. Untungnya Ibrahim mampu mempertahankan hubungannya dengan selalu mencoba mengalah walaupun ia tidak melakukan kesalahan apapun. Mungkin memang hanya ini yang ia dapat lakukan untuk tetap selamanya bersama Janeta.
Hari demi hari Janeta semakin aneh. Ia seperti sudah tidak menganggap Ibrahim sebagai kekasihnya. Setiap kali bertemu tatap muka Janeta malah menghindar. Saat Ibrahim memanggilnya pun ia pura-pura tidak mendengar.
Ibrahim heran dengan sifat Janeta yang berubah drastis seperti ini. Banyak tanda tanya yang memenuhi pikiran Ibrahim tentang Janeta. Kenapa Janeta ?.
Berkali-kali Ibrahim menghubungi Janeta tetapi tidak pernah nyambung malah terkadang sengaja di reject. Tapi Ibrahim yang sudah terlampau sayang dengan Janeta ia tidak pantang menyerah. Ia berusaha untuk berbicara empat mata dengan Janeta. Ia segera pergi kerumah Janeta hari ini juga.
 Tibanya dirumah Janeta ia tidak diizinkan untuk masuk kedalam rumah Janeta. Ia dihadang oleh security yang berbadan tegap. Beribu alasan ia lontarkan kepada security itu supaya dapat bertemu dengan Janeta. Tetapi security itu tetap dengan pendiriannya yang melarang Ibrahim bertemu dengan Janeta.
“ Kalau bapak tidak memperbolehkan saya bertemu dengan Janeta. Saya titip ini untuk Janeta. Saya harap pesan ini dapat disampaikan kepada Janeta.” Ibrahim menyerahkan secarik kertas.
“ hmm..” security itu ketus.
“ Yasudah pak terima kasih. Asslammulaikum.” Ibrahim meninggalkan rumah Janeta dengan penuh kekecewaan. Ia gagal untuk bertemu dengan kekasihnya itu.
Drrrtt..drrtt..drrt…
Ibrahim mengambil handphonenya yang berada didalam kantong. Satu pesan dari Janeta. Ibrahim begitu sumringah setelah melihat kalau pesan itu dari Janeta.
Tetapi kesenangan Ibrahim seketika berubah menjadi awan kelabu. Tidak terpikirkan sebelumnya kalau Janeta akan melakukan hal ini. Setelah dua tahun merajut tali kasih sayang dengannya. Janeta akhirnya memutuskan hubungannya  ditengah jalan.
Isi pesannya memang singkat. Tapi isinya sangat mendalam dan mengilukan. “ KITA PUTUS !.”. Dua kata itu tidak sebanding dengan perjuangan mereka dlam mejalankan cinta selama ini. Suka duka yang mereka alami bersama harus terhenti dengan dua kata maut itu.
Awan hitam mulai menyelimuti langit. Bersamaan dengan awan kelabu cinta Ibrahim. Ia berbalik haluan untuk kembali menuju rumah Janeta. Ia tekatkan untuk hari ini juga bertemu dengan Janeta. Dan hanya maut yang dapat menghadangnya untuk bertemu dengan pujaan hatinya itu.
Lagi-lagi ia di hadang manusia bertubuh tegap dengan seragam berwarna hitam dilengkapi dengan topi yang  melindungi kepalanya dari sinar matahari. Dan pentungan yang melekat di ikat pinggangnya yang kapan pun dapat menimpa kepala Ibrahim jika ia terlalu bersikeras bertemu Janeta.
“ Kamu ngapain balik lagi ?. Kamu ituh keras kepala juga ya.” Pak satpam itu berdiri tegap dihadapannya.
“ Pak. Tolongin saya untuk kali ini saja. Saya harus ketemu sama Janeta. Ada yang harus saya omongin sama dia. Ini penting.” Ibrahim memohon dengan menyatukan telapak tangannya menandakan ia sangat butuh bertemu dengan Janeta.
“ Sepenting apa memang ?.” Tanya satpam itu.
“ Sepenting hidup kita pak. Hidup tanpa sesuatu yang kita cintai tidak akan lengkap dan malah akan mengsengsarakan kita selamanya. Saya yakin bapak juga punya cinta. Cinta kepada anak dan istri bapak. Bapak pasti sayang sama mereka. Bapak kerja keras sebagai satpam untuk mereka kan ?. Bapak mau kerja keras demi membuat orang yang bapak cintai itu senang. Sama halnya seperti saya pak. Saya sekarang kerja keras untuk bertemu dengan orang yang saya sayangi. Karena saya cinta dan sayang sama Janeta ” Ujar Ibrahim menatap wajah satpam.
Satpam itu terharu dengan Ibrahim yang sangat keukeh untuk bertemu dengan Janeta “ Nak, sebenarnya bukan saya yang mau menghalangi kamu ketemu dengan Janeta. Tapi Janeta sendiri yang menyuruh saya untuk menghalangi kamu ketemu dia .”.
“ Kenapa begitu ? .” Tanya Ibrahim heran.
“ Saya tidak tahu kalau masalah itu.”
“ Tapi bapak bisa tolongin saya sekarang untuk memanggilkan Janeta kan ?.”.
“ Maaf nak. Saya tidak bisa. Ini sudah perintah. Saya nggak mau dipecat gara-gara masalah ini.”
“ Yasudah pak. Gapapa saya ngerti kok maksud bapak.” Ibrahim tertunduk lemas.
“ Sekali lagi saya minta maaf nak. ”.
Ibrahim mengangguk.
Awan gelap pun meneteskan air matanya. Hujan turun begitu deras. Begitu juga dengan Ibrahim yang masih berdiri didepan rumah Janeta.
“ JANETA, KALO KAMU NGGAK MAU KELUAR AKU AKAN TETAP DISINI. HANYA MAUT YANG AKAN MENGHALANGIKU UNTUK KETEMU KAMU. KALO KAMU SAYANG SAMA AKU. TOLONG KAMU KELUAR SEKARANG” Teriak Ibrahim yang tertunduk lemas dengan tubuh yang basah kuyub karena siraman air hujan.
Janeta yang dari tadi melihat Ibrahim dari kaca jendela rumahnya masih tetap tidak ingin keluar. Air matanya tidak dapat dibendung lagi melihat Ibrahim yang begitu mencintainya.
“ SAYANG TOLONG JELASIN KENAPA KITA HARUS PUTUS ?. AKU BUTUH PENJELASAN ” Teriak lagi Ibrahim.
Tidak tahan dengan semua ini. Akhirnya Janeta mengalahkan egonya. Ia keluar dari rumah tetapi hanya sekedar dari balkon rumahnya. Ia menatap Ibrahim yang tertunduk lemas tersiram butiran-butiran hujan.
Ibrahim melihat keberadaan Janeta. “ Akhirnya kamu keluar juga sayang.”.
Ibrahim lalu berdiri tegak sambil mengelap air yang menutupi pandangannya “ Kamu kenapa mutusin aku ? Beri aku penjelasan !.”.
“ Ngg..ngg.. aku..” Janet gugup menjawabnya.
“ Jawab pertanyaan aku ”
Janet meneteskan air mata “ Aku udah nggak bisa pacaran sama kamu. Karena Iman kita berbeda.”.
“ Apa ? Iman kita ? kenapa baru sekarang kamu permasalahin ini ?. Kan kamu sendiri yang bilang. Walaupun kita berbeda iman kita tetap akan bersama walaupun sesulit apapun rintangan itu. Kamu ingatkan ?.”.
“ Iya aku ingat ! tapi ..”
“ Tapi apa ? Kamu udah nggak sayang sama aku ? Untuk apa selama ini kita saling percaya tetapi akhirnya kita putus juga. Untuk apa semua itu ? Hah ! ”
“ Ini sudah ketentuan. Mungkin kita memang sudah tidak pantas menjadi satu pasangan. Diluar sana banyak wanita yang lebih dari aku ko”
“  Seenakanya kamu bilang begitu. Memang mudah diucapkan. Tapi sakit untuk dilakukan. Aku sudah terlanjur sayang sama kamu dan nggak ada perempuan mana pun yang mampu menjadi seperti kamu. Aku yakin kamu masih sayang sama aku. Tolong , kamu beri aku penjelasan yang jelas. ”.
“ Janet tidak boleh berhubungan dengan pria yang tidak seiman dengannya.” Ujar ayah Janet tiba tiba.
Ibrahim sontak kaget mendengar penjelasan dari ayah Janet.
“ Hei anak muda. Kamu sekarang nggak usah sekali-kali coba untuk datang kesini lagi. Karena Janet sudah saya larang behubungan dengan kamu. Kalau sampai saya tahu kamu masih berhubungan lagi dengan Janet. Sama saja kamu mencelakakan dirimu sendiri dan Janet.” Ayah Janet menunjukkan kepalan tangannya ke arah Ibrahim.
“ Tapi kenapa ?. Beda itu indah ko om. Bayangkan jika kita itu sama semua. Kita pasti tidak dapat membedakan satu sama lain. Begitu juga dengan cinta. Cinta itu semakin indah dan bervariasi bila kita saling berbeda.”
“ Tau apa kamu tentang cinta, anak muda ?. Kamu itu cuma anak ingusan yang baru kenal yang namanya cinta. Lebih baik kamu sekarang pergi. Saya sudah muak melihat kamu disini.”.
“ Saya memang baru sekarang ini merasakan cinta. Tapi saya mengerti arti cinta itu sesungguhnya. Cinta itu sesuatu yang tidak dapat dihalangi oleh siapa pun. Meskipun orang itu sangat penting dalam kehidupan kita. Cinta hanya dapat dihalangi oleh maut Dan itu artinya om tidak bisa menghalangi saya berhubungan dengan Janet.”.
“ Makin lama kamu itu membuat saya muak. Kalo kamu nggak pergi sekarang juga. Saya akan menghajar kamu habis-habisan.”
“ Im, pergi im aku nggak mau kamu kenapa napa!!” Perintah Janet khawatir.
Ibrahim menggelengkan kepala.
“ Kalau kamu nggak pergi sekarang. Mulai dari sekarang dan untuk selamanya aku nggak akan mau kenal kamu lagi. Kalo kamu sayang sama aku, kamu pergi sekarang Im !”
Ibrahim akhirnya pergi meninggalkan Janet dan ayahnya.
Singkat cerita, setelah pertemuan terakhirnya dengan Janet saat itu. Ibrahim tidak pernah bertemu lagi dengan Janet. Tapi dengar-dengar dari teman dekatnya Janet. Janet pindah ke Belanda. Entah kapan Janet akan kembali atau mungkin Janet akan menetap selamanya di sana.
Semua kenangan bersama Janet tidak akan pernah terlupakan selama hidup Ibrahim. Dan selalu akan menjadi pelajaran bagaimana ia harus memilih cinta sejati itu tanpa harus ada sesuatu pun yang dapat menghalanginya.
Karena cinta itu kebal dari apapun. Cinta bukan seperti kue bolu yang bila diinjek bakalan benyek. Cinta itu seperti tembok cina yang berpuluh puluh abad tidak akan runtuh, Karena terbuat dari batuan-batuan kokoh. Sama seperti cinta bila kita mampu menyatukan dengan perasaan yang kokoh. Pasti cinta kita tidak akan pernah runtuh sampai berpuluh puluh abad bahkan sampai akhir zaman.








                                                                                                

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone