Beda Itu Tak Indah
Hari ini tepat Janeta
menginjak umur yang ke tujuh belas tahun. Umur dimana seseorang beralih dari
fase remaja menuju fase yang lebih dewasa. Ibrahim kekasih Janeta sudah
menyiapkan dengan matang pesta ulang tahun Janeta hari ini.
Cafe sudah dipesan. Semua
perhiasan klenik-klenik telah dipasang tepat pada tempatnya. Kue ulang tahun
sudah dipesan. Teman-teman Ibrahim dan Janeta pun juga sudah diundang dari jauh
jauh hari sebelum hari H.
“ Kita mau kemana ini ? Ko
pake segala tutup mata sih ? Kan risih sayang.” Protes Janeta.
“ Kita akan ke suatu tempat
yang sangat menyeramkan haha. ” Ledek Ibrahim Sambil menuntun Janeta melangkah.
“ Ihh.. kamu ini ada ada
ajah. Buka tutup mata aku ah. ”
“ Oh nggak bisa. Sebentar
lagi kita sampai kok sayang. ”
Janeta mengkrucutkan
bibirnya.
“ Kamu sekarang boleh buka
tutup matanya sayang.” Ibrahim melangkah tepat didepan Janeta dengan memegang sebuah
kue.
“ nah gitu dong kan risih
dari tadi gelap-gelapan.” Janeta membuka ikatan tutup matanya.
“ SUREPRIZE !!!” Sontak
teriakkan teman-teman Janeta yang hadir membahana membisingkan telinganya dan
membuatnya terharu.
“ Selamat ulang tahun sayang
semoga panjang umur tuhan memberkatimu.” Ibrahim menyodorkan kue tepat didepan
Janeta.
Janeta meneteskan air mata
haru “ Terima kasih sayang.”
“ TIUP LILINNYA TIUP
LILINNYA TIUP LILINNYA SEKARANG JUGA !! “ Perintah seluruh teman-teman Janeta yang
datang.
“ Make wish sayang !!” Ujar
Ibrahim tersenyum.
Janeta memejamkan mata
sejenak. “ Sudah sayang.” Janeta langsung meniup lilin yang berbentuk angka
tujuh belas berwarna merah yang terletak tepat diatas kue blackforest yang
telah tertulis happy birthday Janeta
inggriani for 17 years.
Tepuk tangan dari semua
teman-teman yang hadir menambah semarak acara ulang tahun Janeta. Mereka
bergantian memberi selamat untuknya. Kado ulang tahun pun juga tak lupa mereka
berikan.
“ Happy birthday sayangkuh
maniskuh.” Ujar Shintia teman baik Janeta disekolah sambil mencium pipi Janeta.
“ Jangan diliat isinya ya sayang tapi liat bungkusnya ajah. Bagus kan ? haha.”
Shintia memberikan kado berbentuk kotak berukuran sedang dengan bungkusnya yang
begitu cantik berwarna biru muda.
“ Terima kasih kasih sayang.
Walaupun kamu nggak ngasih kado. Itu juga nggak masalah ko.” Ujar Janeta.
***
Setelah acara ulang tahun
Janeta. Keesokkan harinya Janeta malah bersitegang dengan Ibrahim. Sebenarnya
hanya masalah kecil yang dapat diselesaikan dengan hati tenang tapi malah di
tanggapi tidak wajar oleh Janeta.
Hingga ia mengancam akan
memutuskan hubungannya dengan Ibrahim. Untungnya Ibrahim mampu mempertahankan
hubungannya dengan selalu mencoba mengalah walaupun ia tidak melakukan
kesalahan apapun. Mungkin memang hanya ini yang ia dapat lakukan untuk tetap
selamanya bersama Janeta.
Hari demi hari Janeta
semakin aneh. Ia seperti sudah tidak menganggap Ibrahim sebagai kekasihnya.
Setiap kali bertemu tatap muka Janeta malah menghindar. Saat Ibrahim memanggilnya
pun ia pura-pura tidak mendengar.
Ibrahim heran dengan sifat
Janeta yang berubah drastis seperti ini. Banyak tanda tanya yang memenuhi
pikiran Ibrahim tentang Janeta. Kenapa Janeta ?.
Berkali-kali Ibrahim
menghubungi Janeta tetapi tidak pernah nyambung malah terkadang sengaja di reject. Tapi Ibrahim yang sudah
terlampau sayang dengan Janeta ia tidak pantang menyerah. Ia berusaha untuk
berbicara empat mata dengan Janeta. Ia segera pergi kerumah Janeta hari ini
juga.
Tibanya dirumah Janeta ia tidak diizinkan
untuk masuk kedalam rumah Janeta. Ia dihadang oleh security yang berbadan tegap. Beribu alasan ia lontarkan kepada security itu supaya dapat bertemu dengan
Janeta. Tetapi security itu tetap
dengan pendiriannya yang melarang Ibrahim bertemu dengan Janeta.
“ Kalau bapak tidak
memperbolehkan saya bertemu dengan Janeta. Saya titip ini untuk Janeta. Saya
harap pesan ini dapat disampaikan kepada Janeta.” Ibrahim menyerahkan secarik
kertas.
“ hmm..” security itu ketus.
“ Yasudah pak terima kasih.
Asslammulaikum.” Ibrahim meninggalkan rumah Janeta dengan penuh kekecewaan. Ia
gagal untuk bertemu dengan kekasihnya itu.
Drrrtt..drrtt..drrt…
Ibrahim mengambil handphonenya yang berada didalam
kantong. Satu pesan dari Janeta. Ibrahim begitu sumringah setelah melihat kalau
pesan itu dari Janeta.
Tetapi kesenangan Ibrahim
seketika berubah menjadi awan kelabu. Tidak terpikirkan sebelumnya kalau Janeta
akan melakukan hal ini. Setelah dua tahun merajut tali kasih sayang dengannya.
Janeta akhirnya memutuskan hubungannya ditengah jalan.
Isi pesannya memang singkat.
Tapi isinya sangat mendalam dan mengilukan. “ KITA PUTUS !.”. Dua kata itu
tidak sebanding dengan perjuangan mereka dlam mejalankan cinta selama ini. Suka
duka yang mereka alami bersama harus terhenti dengan dua kata maut itu.
Awan hitam mulai menyelimuti
langit. Bersamaan dengan awan kelabu cinta Ibrahim. Ia berbalik haluan untuk
kembali menuju rumah Janeta. Ia tekatkan untuk hari ini juga bertemu dengan
Janeta. Dan hanya maut yang dapat menghadangnya untuk bertemu dengan pujaan
hatinya itu.
Lagi-lagi ia di hadang
manusia bertubuh tegap dengan seragam berwarna hitam dilengkapi dengan topi
yang melindungi kepalanya dari sinar
matahari. Dan pentungan yang melekat di ikat pinggangnya yang kapan pun dapat
menimpa kepala Ibrahim jika ia terlalu bersikeras bertemu Janeta.
“ Kamu ngapain balik lagi ?.
Kamu ituh keras kepala juga ya.” Pak satpam itu berdiri tegap dihadapannya.
“ Pak. Tolongin saya untuk
kali ini saja. Saya harus ketemu sama Janeta. Ada yang harus saya omongin sama
dia. Ini penting.” Ibrahim memohon dengan menyatukan telapak tangannya
menandakan ia sangat butuh bertemu dengan Janeta.
“ Sepenting apa memang ?.”
Tanya satpam itu.
“ Sepenting hidup kita pak.
Hidup tanpa sesuatu yang kita cintai tidak akan lengkap dan malah akan mengsengsarakan
kita selamanya. Saya yakin bapak juga punya cinta. Cinta kepada anak dan istri
bapak. Bapak pasti sayang sama mereka. Bapak kerja keras sebagai satpam untuk
mereka kan ?. Bapak mau kerja keras demi membuat orang yang bapak cintai itu
senang. Sama halnya seperti saya pak. Saya sekarang kerja keras untuk bertemu
dengan orang yang saya sayangi. Karena saya cinta dan sayang sama Janeta ” Ujar
Ibrahim menatap wajah satpam.
Satpam itu terharu dengan
Ibrahim yang sangat keukeh untuk bertemu dengan Janeta “ Nak, sebenarnya bukan
saya yang mau menghalangi kamu ketemu dengan Janeta. Tapi Janeta sendiri yang
menyuruh saya untuk menghalangi kamu ketemu dia .”.
“ Kenapa begitu ? .” Tanya
Ibrahim heran.
“ Saya tidak tahu kalau
masalah itu.”
“ Tapi bapak bisa tolongin
saya sekarang untuk memanggilkan Janeta kan ?.”.
“ Maaf nak. Saya tidak bisa.
Ini sudah perintah. Saya nggak mau dipecat gara-gara masalah ini.”
“ Yasudah pak. Gapapa saya
ngerti kok maksud bapak.” Ibrahim tertunduk lemas.
“ Sekali lagi saya minta
maaf nak. ”.
Ibrahim mengangguk.
Awan gelap pun meneteskan
air matanya. Hujan turun begitu deras. Begitu juga dengan Ibrahim yang masih
berdiri didepan rumah Janeta.
“ JANETA, KALO KAMU NGGAK
MAU KELUAR AKU AKAN TETAP DISINI. HANYA MAUT YANG AKAN MENGHALANGIKU UNTUK
KETEMU KAMU. KALO KAMU SAYANG SAMA AKU. TOLONG KAMU KELUAR SEKARANG” Teriak
Ibrahim yang tertunduk lemas dengan tubuh yang basah kuyub karena siraman air
hujan.
Janeta yang dari tadi
melihat Ibrahim dari kaca jendela rumahnya masih tetap tidak ingin keluar. Air
matanya tidak dapat dibendung lagi melihat Ibrahim yang begitu mencintainya.
“ SAYANG TOLONG JELASIN
KENAPA KITA HARUS PUTUS ?. AKU BUTUH PENJELASAN ” Teriak lagi Ibrahim.
Tidak tahan dengan semua
ini. Akhirnya Janeta mengalahkan egonya. Ia keluar dari rumah tetapi hanya
sekedar dari balkon rumahnya. Ia menatap Ibrahim yang tertunduk lemas tersiram butiran-butiran
hujan.
Ibrahim melihat keberadaan
Janeta. “ Akhirnya kamu keluar juga sayang.”.
Ibrahim lalu berdiri tegak
sambil mengelap air yang menutupi pandangannya “ Kamu kenapa mutusin aku ? Beri
aku penjelasan !.”.
“ Ngg..ngg.. aku..” Janet
gugup menjawabnya.
“ Jawab pertanyaan aku ”
Janet meneteskan air mata “
Aku udah nggak bisa pacaran sama kamu. Karena Iman kita berbeda.”.
“ Apa ? Iman kita ? kenapa
baru sekarang kamu permasalahin ini ?. Kan kamu sendiri yang bilang. Walaupun
kita berbeda iman kita tetap akan bersama walaupun sesulit apapun rintangan itu.
Kamu ingatkan ?.”.
“ Iya aku ingat ! tapi ..”
“ Tapi apa ? Kamu udah nggak
sayang sama aku ? Untuk apa selama ini kita saling percaya tetapi akhirnya kita
putus juga. Untuk apa semua itu ? Hah ! ”
“ Ini sudah ketentuan.
Mungkin kita memang sudah tidak pantas menjadi satu pasangan. Diluar sana
banyak wanita yang lebih dari aku ko”
“ Seenakanya kamu bilang begitu. Memang mudah
diucapkan. Tapi sakit untuk dilakukan. Aku sudah terlanjur sayang sama kamu dan
nggak ada perempuan mana pun yang mampu menjadi seperti kamu. Aku yakin kamu
masih sayang sama aku. Tolong , kamu beri aku penjelasan yang jelas. ”.
“ Janet tidak boleh
berhubungan dengan pria yang tidak seiman dengannya.” Ujar ayah Janet tiba
tiba.
Ibrahim sontak kaget
mendengar penjelasan dari ayah Janet.
“ Hei anak muda. Kamu
sekarang nggak usah sekali-kali coba untuk datang kesini lagi. Karena Janet
sudah saya larang behubungan dengan kamu. Kalau sampai saya tahu kamu masih
berhubungan lagi dengan Janet. Sama saja kamu mencelakakan dirimu sendiri dan
Janet.” Ayah Janet menunjukkan kepalan tangannya ke arah Ibrahim.
“ Tapi kenapa ?. Beda itu
indah ko om. Bayangkan jika kita itu sama semua. Kita pasti tidak dapat
membedakan satu sama lain. Begitu juga dengan cinta. Cinta itu semakin indah
dan bervariasi bila kita saling berbeda.”
“ Tau apa kamu tentang
cinta, anak muda ?. Kamu itu cuma anak ingusan yang baru kenal yang namanya
cinta. Lebih baik kamu sekarang pergi. Saya sudah muak melihat kamu disini.”.
“ Saya memang baru sekarang
ini merasakan cinta. Tapi saya mengerti arti cinta itu sesungguhnya. Cinta itu
sesuatu yang tidak dapat dihalangi oleh siapa pun. Meskipun orang itu sangat
penting dalam kehidupan kita. Cinta hanya dapat dihalangi oleh maut Dan itu
artinya om tidak bisa menghalangi saya berhubungan dengan Janet.”.
“ Makin lama kamu itu
membuat saya muak. Kalo kamu nggak pergi sekarang juga. Saya akan menghajar
kamu habis-habisan.”
“ Im, pergi im aku nggak mau
kamu kenapa napa!!” Perintah Janet khawatir.
Ibrahim menggelengkan
kepala.
“ Kalau kamu nggak pergi
sekarang. Mulai dari sekarang dan untuk selamanya aku nggak akan mau kenal kamu
lagi. Kalo kamu sayang sama aku, kamu pergi sekarang Im !”
Ibrahim akhirnya pergi
meninggalkan Janet dan ayahnya.
Singkat cerita, setelah
pertemuan terakhirnya dengan Janet saat itu. Ibrahim tidak pernah bertemu lagi
dengan Janet. Tapi dengar-dengar dari teman dekatnya Janet. Janet pindah ke
Belanda. Entah kapan Janet akan kembali atau mungkin Janet akan menetap
selamanya di sana.
Semua kenangan bersama Janet
tidak akan pernah terlupakan selama hidup Ibrahim. Dan selalu akan menjadi
pelajaran bagaimana ia harus memilih cinta sejati itu tanpa harus ada sesuatu
pun yang dapat menghalanginya.
Karena cinta itu kebal dari
apapun. Cinta bukan seperti kue bolu yang bila diinjek bakalan benyek. Cinta
itu seperti tembok cina yang berpuluh puluh abad tidak akan runtuh, Karena
terbuat dari batuan-batuan kokoh. Sama seperti cinta bila kita mampu menyatukan
dengan perasaan yang kokoh. Pasti cinta kita tidak akan pernah runtuh sampai
berpuluh puluh abad bahkan sampai akhir zaman.
0 komentar:
Posting Komentar