Selamat Tinggal Cinta
Drrrttt…drrrr…
Getaran hape rohim sejenak menghentikan
aktivitas Rohim. Rohim pun menutup al-quran sejenak yang sedang dibacanya
setengah halaman. Ia lalu meraih hapenya yang barusan bergetar di saku bajunya.
Ternyata sms dari Maria.
Sayang
kamu dimana ? aku dari tadi muter-muter kampus
tapi gak ngeliat kamu. Katanya hari ini kamu mau nganterin aku gereja.
Balas Rohim,
Iya
sayang maaf, jadi kok kegerejanya. Barusan aku abis solat ashar, kamu kemasjid
kampus aja, aku tunggu disini.
Sms dari Maria lagi,
Oke
sayang aku kesana.
Rohim mengunci tombol hapenya lalu
memasukkan kedalam kantong dan melanjutkan tadarusannya yang belum selesai.
Setelah selesai tadarusannya, Rohim menyimpan quran yang ukurannya tidak
terlalu besar dan dapat dimasukkan kedalam kantong lalu diletakkan kedalam tas
miliknya.
Ketika keluar dari masjid, ia sudah
melihat Maria dengan mengenakan jeans berwarna dark blue dengan jaket sport
warna putih sedang duduk dan celingak-celinguk sekelilingnya. Dan pandangannya
pun akhirnya tertuju pada Rohim.
Maria tersenyum, lalu melambaikan tangan
kearah Rohim.
Rohim pun membalas senyumannya sambil
melambaikan tangan.
Singkat cerita mereka lalu bergegas
kegereja yang biasa tempat Maria ibadah. Tepatnya dikawasan pasar minggu.
Sampai disana mereka melipir sebentar kewarung batagor. Maklum, dari tadi siang
Rohim belum makan. Perutnya kosong. Maka dari itu Maria mengajak Rohim makan
batagor meski tidak membuat Kenyang namun cukuplah untuk mengganjal perut yang
kosong.
Maria melirik arlojinya, “ Him udah jam
5” lalu menatap Rohim.
“Yaudhha.. kmmhu... kegeraja aja buru gih,
ntar malah terlambat loh” Ujar Rohim dengan potongan batagor masih berada
dimulutnya.
“Yaudah aku duluan ya, kalo aku kelamaan
tinggal aja. Aku bisa naek angkot kok”
“Nggak papa aku nunggu kamu sampe selesai”
sahut Rohim, ia melambaikan tangannya sambil memegang garpu sudah layaknya
seperti bajak laut.
Adzan magrib berkumandang. Rohim segera
meluncur kemasjid. Diletakkannya sepatu convers warna hitam di rak sepatu dan
menuju tempat wudhu. Selesai wudhu, ia jalankan solat sunnah. Rohim memang anak
yang rajin solat dan pandai beragama. Pernah sekali ketika SMA dia juara
berpidato agama.
Pantas lah dia sebagai cowok idaman para
wanita. Namun cuma Maria yang mampu meluluhkan hatinya. Banyak perempuan yang suka
dengan Rohim yang mencerca hubungannya dengan Maria. Alasannya karna agamanya
yang berbeda. Tapi Rohim yang sering mendengar isu tak mengenakkan itu, ia
tidak pernah ambil pusing. Selalu menganggapnya angin lalu. Dan tidak penting.
Usai solat magrib, ia mencicipi roti dan
susu dipinggir trotoar sambil menunggu Maria selesai ibadah.
Tak lama kemudian Maria datang.
“Hayo tebak ini siapa ?” Telapak tangan
Maria menutupi pandangan Rohim.
“Mmm..kalo ini mah aku tahu. Pasti si
jelek kan ?” Rohim menyingkirkan tangan Maria dari matanya lalu beranjak dari
trotoar dan memandangi Maria. Lanjutnya “ Tuhkan si jelek”
“Him, aku laper nih, makan bakso
kayaknya seger nih” Maria coba kodein Rohim. Toh dari tadi Maria perutnya terus keroncongan.
“Boleh, yaudah ayok”
Mereka pun lalu pergi dengan motor
untuk mencari toko bakso. Perjuangan mencari toko bakso tidak mudah. Setiap
kali ada toko bakso malah kelewatan. Sudah berhenti ditoko bakso, nggak dapet
tempat duduk. Dan akhirnya mereka menemukan toko bakso yang tidak terlalu sepi
memang, tapi ada bangku yang kosong dan cukup untuk mereka berdua. Letaknya
tidak jauh dari rumah Maria. 1 km kurang lebih. Bisa sekalian nganterin Maria
pulang.
Setelah melihat daftar menu. Mereka lalu
memesan dua mangkok bakso dan dua gelas jus jeruk. Pesanan mereka pun tak lama
kemudian datang. Tanpa basa-basi satu mangkok bakso langsung ludes habis.
Saking lahapnya, tidak ada 5 menit semangkok bakso dengan cepat dihabiskan oleh
Maria. Maria kelaparan.
Rohim hanya terbelalak melihat Maria
sebegitu lahapnya.
Maria meringis ketika melihat Rohim yang
melihat dirinya seperti gembel yang belum makan satu minggu.
“ Hehehe aku laper him”
Singkat cerita setelah perut terisi
dengan bakso. Mereka segera meluncur kerumah Maria.
Sampai disana Maria pelan-pelan membuka
gerbang. Karna takut ketahuan oleh ayahnya. Dan yang ditakuti itu pun akhirnya terjadi.
Ayahnya dengan wajah beringas seperti akan memakan manusia sambil membawa koran
sudah menunggu didepan pintu.
Maria berjalan masuk kerumah sambil
menundukkan kepala.
“Sama Rohim lagi ?”
“Ng..ngg anu yah.. nggak kok nggak sama
Rohim. Maria sama temen kampus Maria” bela Maria demi ayahnya supaya tidak
marah. Karna jika ketahuan dengan Rohim, ayahnya akan marah besar.
“Jangan boongin ayah !!” Dipukulnya
koran itu ketubuh Maria hingga maria jatuh kelantai. “Ayah tadi ngeliat sendiri
kalo kamu sama pria sok alim itu kegereja, mau ngelak apa lagi, kamu ? hah ?”
wajah ayah Maria makin memerah, matanya melotot seperti akan keluar.
“AYAH!! Apa apaan ini ? Maria anak
perempuan, nggak pantas ayah memperlakukan Maria seperti ini ” Ujar ibu Maria
membela.
“Jangan ikut campur kamu, anak kamu ini,
mah. Anak kamu ini” tunjuk ayah maria ke arah Maria. Lanjutnya “Anak kamu ini
tadi pergi sama pria sok alim itu, yang bukan seagama dengan kita! Kamu mau
pindah agama ? HAH ? IYAK ?!” tanya ayah Maria sambil berteriak sampai membuat Maria
menangis.
“Benar Maria yang dikatakan ayah itu ? ”tanya ibunda Maria
dengan nada halus.
“IYA YAH IYA AKU JALAN SAMA ROHIM !!
PUAS ?” Maria meronta lalu berlari menuju kamar dan menangis dibalik bantal.
Disana ia menangis sejadi-jadinya.
“Kalo kamu masih ketauan pacaran dengan pria
sok alim itu, ayah bakal mindahin kamu kekampus diluar kota, kalo perlu ke luar
negri, dengarkan itu Maria !!” Ujar ayah Maria kalap.
Dikamar, Maria terus memikirkan
hubungannya dengan Rohim. Sambil memandangi foto yang berada di handphonenya.
Ia selalu terngiang kebersamaannya dengan Rohim. Tidak mungkin di meninggalkan
Rohim. Meski cinta ini terlarang.
Dia sangat sayang dengan Rohim. Ia nggak
mau berpisah dengan Rohim, karna Rohim adalah separuh jiwanya. Agama mereka
berbeda. Namun hati mereka tetap sama, yaitu sayang.
Kringg…kringgg..
Nada dering handphone Maria. Rohim
menelpon.
Maria angkat telpon itu “Halo”
Tidak lama kemudian dimatikan lagi oleh
Maria. Ia meneteskan air mata kalau ingat Rohim dan harus meninggalkannya.
Ia menunggu Rohim menelpon lagi.
Barangkali Rohim menelponnya lagi. Dan benar, handphone Maria pun berkedip dan
bordering.
Kring…kringgg
“Halo Him, maafin aku, aku tadi maatiin
telpon dari kamu…”
Belum selesai bicara, ternyata suara
orang disebrang sana bukan Rohim.
“Mar, ini gue Lila. Gue Lila bukan
Rohim.”
Yang ditunggu malah tidak menelpon lagi.
Justru Lila, teman satu jurusan Maria dikampus yang nitip absen besok. Maria
yang bosan karna pikirannya sudah entah kemana, lalu mematikan lampu kamar dan
memejamkan matanya. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan isi hatinya yang
sedang berada diujung tanduk.
“Maria.. maen yuk ” ujar Rohim
menghampiri Maria.s
“ngg..” Maria menggeram.
“Loh kok, kamu keliatannya bête banget
sih hari ini. Kenapa ? tadi malem ? maafin aku ya, tadi malem batre aku low.
Aku mau telpon lagi nggak bisa. Lagipula aku kira kamu udah tidur. Maaf ya
sayang” Rohim senyum-senyum sok imut berusaha supaya Maria tertawat. Namun
perjuangannya sia-sia. Maria tak tertawa.
“Iya gapapa kok. Aku pulang duluan ya”
ujar Maria, melengos meninggalkan Rohim.
Rohim mencegahnya.
“Kamu masih marah ? aku minta maaf Mar,
aku minta maaf kalo tadi malem itu aku nggak nelfon kamu lagi. Ayo deh ayo
bareng aku kalo mau pulang” Rohim menggenggam tangan Maria dan mengajaknya
pulang bareng.
“Nggak usah Him, aku bisa sendiri kok”
“Nggak kamu harus sama aku”
“Aku sendiri aja”
“Nggak kamu harus sama aku” Rohim makin
kekeuh.
“KAMU BISA NGERTI NGGAK SIH ? AKU BISA
SENDIRI !!” Maria murka, Rohim pun tanpa disuruh lagi, melepaskan genggamannya
dari tangan Maria.
Maria lalu berlari meninggalkan Rohim
dengan penuh rasa bersalah. Air matanya tak dapat terbendung.
“Aku
sayang kamu him, maafin aku” Ujar Maria dalam hati.
Berkali-kali Rohim sms Maria, tapi
tidak dibalas. Ditelpon juga tidak diangkat. Rohim makin gelisah. Apa yang
terjadi dengan Maria ?. Apakah hanya karna tidak ditelpon, Maria bisa murka
seperti itu ?.
Setiap kali bertemu dikampus. Maria
selalu membuang muka ketika berhadapan dengan Rohim. Ketika Rohim mengajaknya
ngobrol baik-baik. Tetap saja Maria tidak mau bahkan marah. Rohim pun lalu
menanyakan perubahan sikap Maria kepada teman dekat Maria. Namun tidak ada satu
pun teman Maria yang mengetahui perubahan sifat Maria itu.
Maria tidak selamanya seperti ini. Dia
tidak kuat kalau terus-menerus menghindar dan melupakan semua kenangan dengan
Rohim. Apalagi ia masih satu kampus dengan Rohim. Yang notabenenya setiap kali
dikampus pasti ketemu.
Ia berinisiatif untuk pergi jauh. Pergi
meninggalkan Rohim. Meski ini sakit. Dia tidak peduli. Ini semua juga demi
kebaikkan Rohim. Cinta beda agama ini tidak diperbolehkan. Tidak baik untuk
Maria dan Rohim.
TING..
“Asslamualaikum. Selamat malam.” Suara
yang tak asing oleh telinga Maria.
Maria pun mengintip dari balik kaca
kamarnya,melihat seseorang yang datang kerumahnya.
“Selamat malam”
Ternyata dia Rohim.
Ayah Maria pun keluar menyambut Rohim.
Rohim tersenyum. Dan dibalas rautan
wajah kesal dari ayah Maria.
“Mau apa kau anak muda datang kesini ?”
tanya ayah Maria dengan tangan dilipat didada.
“Gini pak, saya mau ketemu Maria.
Bolehkah saya ketemu Maria ?”
“Nggak boleh”
“Hh..Sebentar aja pak”
“Nggak boleh”
“Bener pak saya janji sebentar aja”
Rohim menyatukan telapak tangannya berupaya agar ayah Maria membolehkannya
masuk dan bertemu Maria. Tapi rasanya perjuangan itu sia-sia dan akan berujung kegagalan.
“Kalo saya bilang nggak ya nggak !!”
ayah Maria melempar sendal kewajah Rohim. Untungnya Rohim dapat menghindar.
Namun ketika lemparan kedua. Sendal yang dilempar ayah Maria tepat sasaran
mengenai wajah Rohim.
Rohim meniggalkan rumah Maria.
Lalu berteriak ‘AKU SAYANG KAMU MAR’
Handphone Maria sudah puluhan kali
berdering. Tapi tak digubris sama sekali oleh Maria. Karna itu telpon dari Rohim.
Ia membereskan lemarinya dan tidak
sengaja menemukan kotak merah. Kotak itu berisi foto,hadiah, dan semua kenangan
dia bersama Rohim. Hubungan dia dengan Rohim sudah hampir tiga tahun. Itu tanpa
sepengetahuan orang tua.
Diambilnya foto ketika Rohim yang
wajahnya berlumuran kue di ulang tahun yang ke 19 tahun. Gelang dan bunga
mawar, hadiah pertama ketika Rohim pdkt dengannya. Semua isi kotak ini membuat
seluruh kenangan akan Rohim terus terngiang didalam otaknya.
Ia tak bisa lepas dengan Rohim.
Mau tidak mau. Siap tidak siap. Ya saat
inilah Maria harus meninggalkan Rohim. Karna suatu saat nanti hubungan mereka
juga pasti akan putus. Ini semua karna agama yang berbeda. Tidak mungkin
hubungan ini dilanjutkan jika tidak ada salah satu dari Maria dan Rohim yang
mengalah dan harus pindah agama. Maka dari itu, daripada harus pindah agama dan
berujung dosa. Maria rela meninggalkan Rohim.
Maria berbicara dengan ayahnya dan
meminta untuk dipindahkan ke Australia. Ayahnya sangat senang. Secepatnya, ayah
Maria mencari tiket penerbangan ke Australia.
Sebelum keberangkatan Maria memutuskan
hubungannya dengan Rohim lewat via sms.
Rohim meminta penjelasan, namun tak
pernah diberi alasan yang jelas yang bisa memperkuat keputusan Maria memutuskan
hubungan ini. Ia pun memberanikan diri menghampiri Maria kerumahnya meskipun
harus mati dilempar sendal oleh ayah Maria.
Dengan hati yang nggak karuan paniknya.
Rohim mengintip teras rumah Maria. Mengindikasi jika ada ayah Maria.
Gerak-geraknya pun akhirnya dipergoki oleh pembantu Maria.
“Mas, mau maling ya ?”
“Oh nggak..nggak kok saya nggak maling,
emangnya tampang saya tampang maling ya ? ”
Pembantu itu mengangguk.
“Dih enak aja, gini loh mba, saya kesini
mau ketemu Maria, Maria ada kan ?”
“Oh mau ketemu mba Maria. Tadi pagi mba
Maria baru saja berangkat ke Australia”
“Hah ? Australia ?”
“Iya ke Australia, katanya sih mau
ngelanjutin studynya disana mas”
Seketika hati dan harapan Rohim hancur
lebur. Kenangan bersama Maria terus terngiang dipikirannya.
“ Terus kapan pulang ke indonesianya mba
?”
“Kalo itu saya nggak tau ya mas, katanya
sih,keluarga mba Maria juga mau pindah dan tinggal disana”
“Berarti dia nggak pulang kesini lagi ?”
Pembantu itu hanya mengangkat bahunya
dan mengkrucutkan bibirnya.
“Yaudah mba terimakasih” Rohim
membalikkan tubuh dan meninggalkan rumah Maria.
Sebelum lekas melangkahkan kakinya.
Pembantu tadi memanggilnya.
“Mas Mas !”
“Kenapa lagi mba ?” tanya Rohim dengan
dahi mengernyit.
“Sebentar, tunggu disini dulu”
Rohim menggaruk rambut menunggu pembantu
itu. Yang akhirnya keluar membawa sebuah kotak berwarna merah.
“Apa ini mba ?”
“ Jadi,ceritanya gini. Ketika mba Maria
mau pergi tadi. Dia nyuruh saya buat ngasih kotak ini ketemennya. Kalo nggak
salah namnya Rocim. Eh bukan..siapa ya ?” Pembantu itu menerawang dan mengingat
untuk siapa kotak ini.
“Rohim”
“Nah ! iya itu Rohim. Tolong ya mas,
kasihkan kotak ini ke Rohim Rohim itu. Soalnya kata mba Maria ini penting
banget”
“Baiklah mba. Sini kotaknya. Bakal saya
kasih ke Rohim.” Ia merenggut kotak itu dari tangan pembantunya Maria dan
pergi.
Dikamar, ia buka kotak pemberian Maria.
Dibukanya tutup kotak itu secara perlahan.
Terkejutnya dia ketika melihat. Dua
kalung. Kalung Rosario dan tasbih. Dan juga secarik kertas bertuliskan.
Selamat
tinggal. Kita nggak akan bisa bersatu. Meskipun hati kita satu. Raga kita tak
akan satu. Lupakan semua kenangan kita. Karna
dari sekaranglah kita mulai merajut cerita
yang baru. Tanpa kamu, dan aku.