123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Selasa, 28 Januari 2014

Selamat Tinggal Cinta

Drrrttt…drrrr…

Getaran hape rohim sejenak menghentikan aktivitas Rohim. Rohim pun menutup al-quran sejenak yang sedang dibacanya setengah halaman. Ia lalu meraih hapenya yang barusan bergetar di saku bajunya.

Ternyata sms dari Maria.

Sayang kamu dimana ? aku dari tadi muter-muter kampus  tapi gak ngeliat kamu. Katanya hari ini kamu mau nganterin aku gereja.

Balas Rohim,

Iya sayang maaf, jadi kok kegerejanya. Barusan aku abis solat ashar, kamu kemasjid kampus aja, aku tunggu disini.

Sms dari Maria lagi,

Oke sayang aku kesana.

Rohim mengunci tombol hapenya lalu memasukkan kedalam kantong dan melanjutkan tadarusannya yang belum selesai. Setelah selesai tadarusannya, Rohim menyimpan quran yang ukurannya tidak terlalu besar dan dapat dimasukkan kedalam kantong lalu diletakkan kedalam tas miliknya.

Ketika keluar dari masjid, ia sudah melihat Maria dengan mengenakan jeans berwarna dark blue dengan jaket sport warna putih sedang duduk dan celingak-celinguk sekelilingnya. Dan pandangannya pun akhirnya tertuju pada Rohim.

Maria tersenyum, lalu melambaikan tangan kearah Rohim.

Rohim pun membalas senyumannya sambil melambaikan tangan.

Singkat cerita mereka lalu bergegas kegereja yang biasa tempat Maria ibadah. Tepatnya dikawasan pasar minggu. Sampai disana mereka melipir sebentar kewarung batagor. Maklum, dari tadi siang Rohim belum makan. Perutnya kosong. Maka dari itu Maria mengajak Rohim makan batagor meski tidak membuat Kenyang namun cukuplah untuk mengganjal perut yang kosong.

Maria melirik arlojinya, “ Him udah jam 5” lalu menatap Rohim.

“Yaudhha.. kmmhu... kegeraja aja buru gih, ntar malah terlambat loh” Ujar Rohim dengan potongan batagor masih berada dimulutnya.

“Yaudah aku duluan ya, kalo aku kelamaan tinggal aja. Aku bisa naek angkot kok”

“Nggak papa aku nunggu kamu sampe selesai” sahut Rohim, ia melambaikan tangannya sambil memegang garpu sudah layaknya seperti bajak laut.

Adzan magrib berkumandang. Rohim segera meluncur kemasjid. Diletakkannya sepatu convers warna hitam di rak sepatu dan menuju tempat wudhu. Selesai wudhu, ia jalankan solat sunnah. Rohim memang anak yang rajin solat dan pandai beragama. Pernah sekali ketika SMA dia juara berpidato agama.

Pantas lah dia sebagai cowok idaman para wanita. Namun cuma Maria yang mampu meluluhkan hatinya. Banyak perempuan yang suka dengan Rohim yang mencerca hubungannya dengan Maria. Alasannya karna agamanya yang berbeda. Tapi Rohim yang sering mendengar isu tak mengenakkan itu, ia tidak pernah ambil pusing. Selalu menganggapnya angin lalu. Dan tidak penting.

Usai solat magrib, ia mencicipi roti dan susu dipinggir trotoar sambil menunggu Maria selesai ibadah.

Tak lama kemudian Maria datang.

“Hayo tebak ini siapa ?” Telapak tangan Maria menutupi pandangan Rohim.

“Mmm..kalo ini mah aku tahu. Pasti si jelek kan ?” Rohim menyingkirkan tangan Maria dari matanya lalu beranjak dari trotoar dan memandangi Maria. Lanjutnya “ Tuhkan si jelek”

“Him, aku laper nih, makan bakso kayaknya seger nih” Maria coba kodein Rohim. Toh dari tadi Maria perutnya terus keroncongan.

“Boleh, yaudah ayok”

Mereka pun lalu pergi dengan motor untuk mencari toko bakso. Perjuangan mencari toko bakso tidak mudah. Setiap kali ada toko bakso malah kelewatan. Sudah berhenti ditoko bakso, nggak dapet tempat duduk. Dan akhirnya mereka menemukan toko bakso yang tidak terlalu sepi memang, tapi ada bangku yang kosong dan cukup untuk mereka berdua. Letaknya tidak jauh dari rumah Maria. 1 km kurang lebih. Bisa sekalian nganterin Maria pulang.

Setelah melihat daftar menu. Mereka lalu memesan dua mangkok bakso dan dua gelas jus jeruk. Pesanan mereka pun tak lama kemudian datang. Tanpa basa-basi satu mangkok bakso langsung ludes habis. Saking lahapnya, tidak ada 5 menit semangkok bakso dengan cepat dihabiskan oleh Maria. Maria kelaparan.

Rohim hanya terbelalak melihat Maria sebegitu lahapnya.

Maria meringis ketika melihat Rohim yang melihat dirinya seperti gembel yang belum makan satu minggu.

“ Hehehe aku laper him”

Singkat cerita setelah perut terisi dengan bakso. Mereka segera meluncur kerumah Maria.

Sampai disana Maria pelan-pelan membuka gerbang. Karna takut ketahuan oleh ayahnya. Dan yang ditakuti itu pun akhirnya terjadi. Ayahnya dengan wajah beringas seperti akan memakan manusia sambil membawa koran sudah menunggu didepan pintu.

Maria berjalan masuk kerumah sambil menundukkan kepala.

“Sama Rohim lagi ?”

“Ng..ngg anu yah.. nggak kok nggak sama Rohim. Maria sama temen kampus Maria” bela Maria demi ayahnya supaya tidak marah. Karna jika ketahuan dengan Rohim, ayahnya akan marah besar.

“Jangan boongin ayah !!” Dipukulnya koran itu ketubuh Maria hingga maria jatuh kelantai. “Ayah tadi ngeliat sendiri kalo kamu sama pria sok alim itu kegereja, mau ngelak apa lagi, kamu ? hah ?” wajah ayah Maria makin memerah, matanya melotot seperti akan keluar.

“AYAH!! Apa apaan ini ? Maria anak perempuan, nggak pantas ayah memperlakukan Maria seperti ini ” Ujar ibu Maria membela.

“Jangan ikut campur kamu, anak kamu ini, mah. Anak kamu ini” tunjuk ayah maria ke arah Maria. Lanjutnya “Anak kamu ini tadi pergi sama pria sok alim itu, yang bukan seagama dengan kita! Kamu mau pindah agama ? HAH ? IYAK ?!” tanya ayah Maria sambil berteriak sampai membuat Maria menangis.

“Benar Maria yang dikatakan ayah itu ? ”tanya ibunda Maria dengan nada halus.

“IYA YAH IYA AKU JALAN SAMA ROHIM !! PUAS ?” Maria meronta lalu berlari menuju kamar dan menangis dibalik bantal. Disana ia menangis sejadi-jadinya.

“Kalo kamu masih ketauan pacaran dengan pria sok alim itu, ayah bakal mindahin kamu kekampus diluar kota, kalo perlu ke luar negri, dengarkan itu Maria !!” Ujar ayah Maria kalap.

Dikamar, Maria terus memikirkan hubungannya dengan Rohim. Sambil memandangi foto yang berada di handphonenya. Ia selalu terngiang kebersamaannya dengan Rohim. Tidak mungkin di meninggalkan Rohim. Meski cinta ini terlarang.

Dia sangat sayang dengan Rohim. Ia nggak mau berpisah dengan Rohim, karna Rohim adalah separuh jiwanya. Agama mereka berbeda. Namun hati mereka tetap sama, yaitu sayang.

Kringg…kringgg..

Nada dering handphone Maria. Rohim menelpon.

Maria angkat telpon itu “Halo”

Tidak lama kemudian dimatikan lagi oleh Maria. Ia meneteskan air mata kalau ingat Rohim dan harus meninggalkannya.

Ia menunggu Rohim menelpon lagi. Barangkali Rohim menelponnya lagi. Dan benar, handphone Maria pun berkedip dan bordering.

Kring…kringgg

“Halo Him, maafin aku, aku tadi maatiin telpon dari kamu…”

Belum selesai bicara, ternyata suara orang disebrang sana bukan Rohim.

“Mar, ini gue Lila. Gue Lila bukan Rohim.”

Yang ditunggu malah tidak menelpon lagi. Justru Lila, teman satu jurusan Maria dikampus yang nitip absen besok. Maria yang bosan karna pikirannya sudah entah kemana, lalu mematikan lampu kamar dan memejamkan matanya. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan isi hatinya yang sedang berada diujung tanduk.

“Maria.. maen yuk ” ujar Rohim menghampiri Maria.s

“ngg..” Maria menggeram.

“Loh kok, kamu keliatannya bête banget sih hari ini. Kenapa ? tadi malem ? maafin aku ya, tadi malem batre aku low. Aku mau telpon lagi nggak bisa. Lagipula aku kira kamu udah tidur. Maaf ya sayang” Rohim senyum-senyum sok imut berusaha supaya Maria tertawat. Namun perjuangannya sia-sia. Maria tak tertawa.

“Iya gapapa kok. Aku pulang duluan ya” ujar Maria, melengos meninggalkan Rohim.
Rohim mencegahnya.

“Kamu masih marah ? aku minta maaf Mar, aku minta maaf kalo tadi malem itu aku nggak nelfon kamu lagi. Ayo deh ayo bareng aku kalo mau pulang” Rohim menggenggam tangan Maria dan mengajaknya pulang bareng.

“Nggak usah Him, aku bisa sendiri kok”

“Nggak kamu harus sama aku”

“Aku sendiri aja”

“Nggak kamu harus sama aku” Rohim makin kekeuh.

“KAMU BISA NGERTI NGGAK SIH ? AKU BISA SENDIRI !!” Maria murka, Rohim pun tanpa disuruh lagi, melepaskan genggamannya dari tangan Maria.

Maria lalu berlari meninggalkan Rohim dengan penuh rasa bersalah. Air matanya tak dapat terbendung.

“Aku sayang kamu him, maafin aku” Ujar Maria dalam hati.

Berkali-kali Rohim sms Maria, tapi tidak dibalas. Ditelpon juga tidak diangkat. Rohim makin gelisah. Apa yang terjadi dengan Maria ?. Apakah hanya karna tidak ditelpon, Maria bisa murka seperti itu ?.
Setiap kali bertemu dikampus. Maria selalu membuang muka ketika berhadapan dengan Rohim. Ketika Rohim mengajaknya ngobrol baik-baik. Tetap saja Maria tidak mau bahkan marah. Rohim pun lalu menanyakan perubahan sikap Maria kepada teman dekat Maria. Namun tidak ada satu pun teman Maria yang mengetahui perubahan sifat Maria itu.

Maria tidak selamanya seperti ini. Dia tidak kuat kalau terus-menerus menghindar dan melupakan semua kenangan dengan Rohim. Apalagi ia masih satu kampus dengan Rohim. Yang notabenenya setiap kali dikampus pasti ketemu.

Ia berinisiatif untuk pergi jauh. Pergi meninggalkan Rohim. Meski ini sakit. Dia tidak peduli. Ini semua juga demi kebaikkan Rohim. Cinta beda agama ini tidak diperbolehkan. Tidak baik untuk Maria dan Rohim.

TING..

“Asslamualaikum. Selamat malam.” Suara yang tak asing oleh telinga Maria.
Maria pun mengintip dari balik kaca kamarnya,melihat seseorang yang datang kerumahnya.

“Selamat malam”

Ternyata dia Rohim.

Ayah Maria pun keluar menyambut Rohim.

Rohim tersenyum. Dan dibalas rautan wajah kesal dari ayah Maria.

“Mau apa kau anak muda datang kesini ?” tanya ayah Maria dengan tangan dilipat didada.

“Gini pak, saya mau ketemu Maria. Bolehkah saya ketemu Maria ?”

“Nggak boleh”

“Hh..Sebentar aja pak”

“Nggak boleh”

“Bener pak saya janji sebentar aja” Rohim menyatukan telapak tangannya berupaya agar ayah Maria membolehkannya masuk dan bertemu Maria. Tapi rasanya perjuangan itu sia-sia dan akan berujung kegagalan.

“Kalo saya bilang nggak ya nggak !!” ayah Maria melempar sendal kewajah Rohim. Untungnya Rohim dapat menghindar. Namun ketika lemparan kedua. Sendal yang dilempar ayah Maria tepat sasaran mengenai wajah Rohim.

Rohim meniggalkan rumah Maria.

Lalu berteriak ‘AKU SAYANG KAMU MAR’

Handphone Maria sudah puluhan kali berdering. Tapi tak digubris sama sekali oleh Maria. Karna itu telpon dari Rohim.

Ia membereskan lemarinya dan tidak sengaja menemukan kotak merah. Kotak itu berisi foto,hadiah, dan semua kenangan dia bersama Rohim. Hubungan dia dengan Rohim sudah hampir tiga tahun. Itu tanpa sepengetahuan orang tua.

Diambilnya foto ketika Rohim yang wajahnya berlumuran kue di ulang tahun yang ke 19 tahun. Gelang dan bunga mawar, hadiah pertama ketika Rohim pdkt dengannya. Semua isi kotak ini membuat seluruh kenangan akan Rohim terus terngiang didalam otaknya.

Ia tak bisa lepas dengan Rohim.

Mau tidak mau. Siap tidak siap. Ya saat inilah Maria harus meninggalkan Rohim. Karna suatu saat nanti hubungan mereka juga pasti akan putus. Ini semua karna agama yang berbeda. Tidak mungkin hubungan ini dilanjutkan jika tidak ada salah satu dari Maria dan Rohim yang mengalah dan harus pindah agama. Maka dari itu, daripada harus pindah agama dan berujung dosa. Maria rela meninggalkan Rohim.

Maria berbicara dengan ayahnya dan meminta untuk dipindahkan ke Australia. Ayahnya sangat senang. Secepatnya, ayah Maria mencari tiket penerbangan ke Australia.

Sebelum keberangkatan Maria memutuskan hubungannya dengan Rohim lewat via sms.

Rohim meminta penjelasan, namun tak pernah diberi alasan yang jelas yang bisa memperkuat keputusan Maria memutuskan hubungan ini. Ia pun memberanikan diri menghampiri Maria kerumahnya meskipun harus mati dilempar sendal oleh ayah Maria.

Dengan hati yang nggak karuan paniknya. Rohim mengintip teras rumah Maria. Mengindikasi jika ada ayah Maria. Gerak-geraknya pun akhirnya dipergoki oleh pembantu Maria.

“Mas, mau maling ya ?”


“Oh nggak..nggak kok saya nggak maling, emangnya tampang saya tampang maling ya ? ”

Pembantu itu mengangguk.

“Dih enak aja, gini loh mba, saya kesini mau ketemu Maria, Maria ada kan ?”

“Oh mau ketemu mba Maria. Tadi pagi mba Maria baru saja berangkat ke Australia”

“Hah ? Australia ?”

“Iya ke Australia, katanya sih mau ngelanjutin studynya disana mas”
Seketika hati dan harapan Rohim hancur lebur. Kenangan bersama Maria terus terngiang dipikirannya.

“ Terus kapan pulang ke indonesianya mba ?”

“Kalo itu saya nggak tau ya mas, katanya sih,keluarga mba Maria juga mau pindah dan tinggal disana”

“Berarti dia nggak pulang kesini lagi ?”

Pembantu itu hanya mengangkat bahunya dan mengkrucutkan bibirnya.

“Yaudah mba terimakasih” Rohim membalikkan tubuh dan meninggalkan rumah Maria.
Sebelum lekas melangkahkan kakinya. Pembantu tadi memanggilnya.

“Mas Mas !”

“Kenapa lagi mba ?” tanya Rohim dengan dahi mengernyit.

“Sebentar, tunggu disini dulu”

Rohim menggaruk rambut menunggu pembantu itu. Yang akhirnya keluar membawa sebuah kotak berwarna merah.

“Apa ini mba ?”

“ Jadi,ceritanya gini. Ketika mba Maria mau pergi tadi. Dia nyuruh saya buat ngasih kotak ini ketemennya. Kalo nggak salah namnya Rocim. Eh bukan..siapa ya ?” Pembantu itu menerawang dan mengingat untuk siapa kotak ini.

“Rohim”



“Nah ! iya itu Rohim. Tolong ya mas, kasihkan kotak ini ke Rohim Rohim itu. Soalnya kata mba Maria ini penting banget”

“Baiklah mba. Sini kotaknya. Bakal saya kasih ke Rohim.” Ia merenggut kotak itu dari tangan pembantunya Maria dan pergi.

Dikamar, ia buka kotak pemberian Maria. Dibukanya tutup kotak itu secara perlahan.

Terkejutnya dia ketika melihat. Dua kalung. Kalung Rosario dan tasbih. Dan juga secarik kertas bertuliskan.

Selamat tinggal. Kita nggak akan bisa bersatu. Meskipun hati kita satu. Raga kita tak akan satu.  Lupakan semua kenangan kita. Karna dari sekaranglah kita  mulai merajut cerita yang baru. Tanpa kamu, dan aku.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone