123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Jumat, 14 Februari 2014

Happy "Poor" Valentine



“Woi minggir lu, dasar cabe gorengan. Hus..hus..” Ana mengusir segerombolan anak-anak perempuan yang sedang asyik ngobrol di meja kantin.

Ana dikenal cewe yang cantik disekolahnya. Dengan kulitnya yang putih, alisnya lentik, rambutnya dicepol, giginya pun tersusun rapih tanpa goresan jigong satu pun disela-sela giginya, di behel pula hingga membuatnya tampak fashionable. Cewek Metroseksual.

Ana tidak sendirian di kantin. Ia selalu ditemani Ria dan Riri. Mereka selalu digandrungi oleh para cowo-cowok disekolah. Nggak jarang mereka digodain ketika sedang melintas didepan segerombalan anak-anak cowo. Bukan hanya anak cowo yang menggodanya, Pak Toro yang notabenenya adalah seorang penjaga sekolah yang lanjut usia, juga ikut-ikutan menggoda mereka, khususnya Ana.

Munyun yang duduk tidak jauh dari Ana dan genknya, sontak melihat keributan yang dibuat oleh Ana tadi. Ia memandangi Ana dengan tatapan menarik, hayalanya tiba-tiba melambung tinggi, jiwanya beterbangan dilangit cinta, lalu terjatuh. Iya.. Munyun jatuh cinta kepada Ana.

Munyun tidak terlalu tampan bahkan memang tidak tampan. Wajahnya dibawah rata-rata orang jelek. Kulitnya sawo matang, mengenakan kacamata, yang paling membuatnya tampak seperti manusia purba,yaitu rambutnya yang belah tengah (maafkan anak ini tuhan).

Ana dan Genknya langsung memesan pesananannya.Tidak lama kemudian pesanannya datang. Ana dan genknya segera menyantap hidangan yang disajikan oleh Pak Norik, si tukang mie ayam.

Dari kejauhan Munyun masih memandangi Ana sambil menyedot aqua gelas dengan sedotan. Tiba-tiba Ana menengok kearahnya. Sontak Munyun kaget dan pura-pura membersihkan meja dengan dasinya.

Ana melihat Munyun dengan tatapan aneh cenderung jijik.

Munyun yang masih kagum dengan Ana, tak sadar kalo bel masuk sudah berbunyi. Lantas setelah itu dia menengok kemeja yang Ana tadi tempati. Tapi yang dia lihat hanya tisu dan dua botol saus dan kecap. Ana sudah pergi.

Dari belakang, Pak Joni menepuk pundak Munyun. Munyun langsung menengok kebelakang.
“Kenapa pak ?”

Pak Joni menggelengkan kepala sambil melipat tangannya di dada “Sekarang jam berapa ? nggak punya kuping ya ? sekarang udah bel!” Ujar Pak Joni dengan nada membentak hingga membuat Munyun kabur.
---------

Semenjak dua matanya melihat sesosok Ana yang dianggapnya jelmaan dari bidadari surga, ia semakin sering mengikuti Ana kemana-mana. Munyun sudah layaknya seperti psikopat yang haus akan cinta seorang gadis.

Kemana Ana pergi disitulah Munyun akan berada, meskipun tidak dekat. Biasanya kalo Ana kekantin Munyun mencari kesempatan dengan duduk tidak jauh dari Ana. Untungnya Ana belum mengetahui kalo saat ini ia sedang ada yang mengikuti.

Munyun semakin hari semakin gila kepada Ana. Tak kuasa ia ingin menyatakan cintanya kepada Ana. Namun apa yang terjadi jika Munyun akan menembak Ana ? mungkin akan terjadi letusan gunung merapi.
Setelah berpikir-pikir bagaimana yang sebaiknya akan dilakukan olehnya. Akhirnya ia pun bertekad dengan penuh kekuatan hati. Ia akan menembak Ana.

Kalo nggak sekarang kapan lagi ? ujar Munyun dalam hati.

Saat pulang sekolah, bermodalkan rambut klimis plus belah tengah, baju putih yang mulai kusam, dan celana yang masih bermodel cutbray. Ia mengejar Ana yang sedang berjalan menuju gerbang sekolah bersama genknya.

“Ana…Ana” pangilnya sambil melambaikan tangan.

Ana dan genknya yang mendengar suara Munyun dari belakang langsung menengok.

Ana mengernyitkan dahi “Mau apa dia ?”

Ria dan Riri mengangkat bahu dan mengerucutkan bibirnya.

“Eh Ana..” Munyun berhenti didepan Ana sambil menstabilkan napasnya.

“Kenapa ?” jawab Ana judes.

“Ngg… jadi gini” Munyun sangat gugup untuk mengutarakan kata demi kata yang sudah disusunnya semalam suntuk.

Ana memandang Munyun tajam, mau apa sih nih monyong?

Munyun yang mulai blank dan tidak tau mau berkata apa lagi. Dengan cekatan merogoh kantong celananya untuk mengambil lembaran kertas yang dia buat tadi malam. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Ia pun melebarkan kertas yang dilipat tersebut. Dengan kondisi kertas yang lecek dan agak rusak, Munyun masih dapat membacanya.

Karna kelamaan menunggu Munyun yang nggak jelas didepannya. Ia melengos pergi dari Munyun.

“Tunggu dulu tunggu aku mau ngomong sesuatu sama kamu” cegah Munyun supaya Ana tidak pergi.

“Apa lu bilang tadi ? KAMU ?! ” Ana menyuruh Munyun mengulang ucapannya tadi sambil menyodorkan 
kupingnya dekat-dekat.

“Iya kamu” ia menunjuk Ana.

“NIH MAKAN TUH KAMU!!” ia mendorong lalu melengos meninggalkan Munyun.
Munyun bengong menatap Ana yang pergi meninggalkannya dan lama kelamaan mulai menghilang dari pandangannya.

Tidak menyerah sampai disitu saja. Munyun masih terus mencari informasi tentang Ana. Dari facebook, twitter, pin bb, dan segala macam media elektronik yang dipunyai Ana. Kerja keras yang pantang menyerah oleh Munyun pun akhirnya berhasil.

Ia mendapatkan akun twitter Ana dan pin bb. Beruntunglah ia dapat twitter Ana karna jika hanya mendapat pin BB, sama saja bohong. Munyun tidak punya hape yang canggih untuk menggunakan fitur BBM. Untuk 
menggunakan hape saja dia masih minjam temannya dirumah.

Tidak mau membuang waktu lagi. Setelah mendapat twitter Ana. Ia folbek Ana. Tapi tidak di folbek oleh Ana. Dua hari secara terus-menerus, Munyun mengecek followernya dan berharap Ana menfolbek dirinya.

Disekolah, ketika baru saja datang dan masuk kelas. Beberapa anak menghampirinya.

“Eh cupu, denger-denger lu abis nembak si Ana ?” ujar salah satu orang dari rombongan tersebut.

“Emangnya kalo iya kenapa ?” jawab Munyun polos.

“Kok lu nggak ngaca si Nyun ?” tanya orang itu dengan intonasi suara yang tinggi “Lu kalo mau pacaran sama Ana, harus lewatin gue dulu”

“Loh emang lu siapanya ?” tanya Munyun.

“Gue calon pacarnya” jawab orang tersebut dengan pedenya.

“ Baru calon kan ? nggak ada salahnya saya mencoba buat pacaran sama Ana” ujar Munyun santai.

“Kok lu jadi nyolot sih ? lu mau gue hajar” Ia mengangkat kerah Munyun.
Munyun pasrah. Dan akhirnya wajahnya lebam-lebam karna tinju dari orang itu.

Selidik punya selidik, ternyata yang memukuli Munyun tersebut adalah Rico. Rico adalah anak dari pak Beni, guru olahraga disekolah Munyun. Pantes tinjunya keras hingga membuat Munyun pengen pingsan.

DATANG! ACARA LOVE IN FEBRUARI OF VALENTINE.

Headline mading pagi ini membuat Munyun berhenti didepan mading dan membacanya. Acara untuk merayakan hari valentine  malam ini disekolah. Cocok untuk orang-orang yang belom punya pacar atau yang mau punya pacar lagi.

Tertarik dengan acara tersebut. Munyun mempunyai rencana lagi. Tidak lain dan tidak bukan, yaitu menyatakan cintanya ke Ana (lagi). Ia berharap dihari valentine malam ini, cintanya akan diterima oleh Ana.
“Woi purba, awas lu ngalangin pemandangan aja” sikutan Ana menyingkirkan Munyun dari depan mading.
Munyun hampir terjatuh namun masih mampu menjaga keseimbangan. Bukannya marah karena diperlakukan seperti itu oleh Ana. Ia malah tersenyum dan bilang eh Ana selamat pagi. Tapi tetap saja, Ana yang hatinya sudah mengeras seperti batu masih tetap tidak mau menganggapnya kalo dia sebenarnya sayang dengan Ana.

“HELOOO… Eh..eh semuanya sini deh” teriak Ana, mengajak para temannya yang berada tidak jauh atau masih disekitar mading, untuk menghamprinya. “Masa si purba ini besok mau ke pesta valentine. Ih…”

Anak-anak mengumpat. Kata-kata yang tidak sedap didengar melantun dari mulut mereka. Munyun lalu beranjak kekelas dengan jiwa yang tercabik-cabik.

Sepulangnya dari sekolah, ia pun meluncur ketoko bunga. Bermodalkan uang celengannya selama satu tahun ia membeli beberapa tangkai bunga mawar. Cukuplah untuk membuat Ana tersenyum (semoga).

Setelah mendapatkan bunga. Ia bergegas ketoko coklat. Valentine tanpa coklat ibarat hujan tanpa payung, masih kurang. Ia pun membeli coklat berbentuk hati dengan tulisan happy valentine. Harga coklat tersebut tiga puluh lima ribu. Dari kantongnya, terdapat uang yang masih pecahan rebuan berjumlah tiga puluh empat ribu rupiah. Ia resah, mencari tambahan uang gope.

Lalu ia bilang ke kasir “Mas duit saya Cuma segini” ia meletakkan uang recehannya diatas meja kasir.

“Ebuseh. Lagian mas kalo nggak punya duit gak usah gaya-gayaan deh beli coklat, mendingan beli coki-coki.” Ujar kasir tersebut.

Munyun memandangi dan masih meraba-raba coklat yang sudah terbungkus rapih itu.

“Gimana nih mas ? kalo mas nggak punya duit. Mendingan balikin aja coklatnya. Terus mas keluar”

“Yaudah saya cari coklat yang murahan lagi ada nggak ?”

“Wah banyak dong mas”

“Dimana ?” tanya Munyun semangat.

“Noh, diluar sana noh. Kan ada warung ibu-ibu disono jual coklat murah. Harganya gope. Mas bisa dapet banyak coklat murah disana” ejek kasir itu seraya menunjuk warung pinggir jalan.

Seiring perdebatan kasir dengan Munyun. Tiba-tiba seorang pria mengenakan jas menghampirinya. Ternyata dia pemilik toko coklat tersebut. Ia menanyakan ada apa yang sedang terjadi, kok kedengarannya ada keributan. Kasir pun menjelaskan kronologisnya.

Merasa kasihan melihat Munyun. Pria itu pun mengambilkan coklat yang lebih besar berbentuk hati yang ditusuk oleh anak panah dengan tulisan Happy Valentine.
Ia serahkan kue tersebut kepada Munyun.

“ Ini buat kamu”

“Ini buat saya ? ” tanya Munyun dengan penuh ketidak percayaan. Apakah ini mimpi ?

“ Iya buat kamu, itu gratis”

“Terima kasih banyak pak terimakasih banyak pak” ia mencium tangan pria tersebut.
Pria itu menepuk pelan pundak Munyun.

Munyun pun keluar dari toko dengan wajah yang sumringah. Hatinya berbunga-bunga, inilah saatnya Ana akan menjadi miliknya. Bunga dan coklat akan membawanya kepada hati dan rasa sayang ke Ana.

Malamnya di aula sekolah, berbalut dress merah, dengan sepatu hak tinggi membuat Ana terlihat cantik bagaikan Breatney Spearsnya sekolahan. Beda lagi dengan Munyun yang gayanya seperti remaja labil tahun 70’an. Mengenakan jas gombrong hingga melewati telapak tangannya, celana yang cutbray dan sepatu pantopel kusam membuatnya menjadi bahan olok-olokan anak-anak satu sekolah. Tidak lupa, style rambut kebanggaannya, belah tengah klimis.

Sambil membawa coklat dan bunga. Ia mengelilingi aula mencari Ana. Tatapan jijik selalu mendampingi Munyun setiap kali ia melewati seseorang. Terlalu hina untuk Munyun.

Akhirnya ia melihat Ana sedang meneguk segelas fanta, sendirian. Cantik sekali Ana, Munyun ngebatin.
Ia pun menghampiri Ana.

“Ana Happy Valentine day” ia menyodorkan bunga dan coklat kearah Ana.

“Buat gue ? ” tanya Ana mesem, dahinya mengernyit.
Iya ini semua buat kamu”

 “Nggak usah deh makasih, mending buat lu makan sendiri aja. Kasian gue sama lu. Hus..hus…jangan ganggu gue gih” tolak Ana mengusir Munyun untuk menjauh darinya.

“Tapi ini aku udah nabung buat kamu loh, masa kamu nggak mau” Munyun berkeras hati supaya Ana mau menerima hadiahnya ini.

“KALO GUE BILANG NGGAK..YA NGGAK EH PURBA !!” Ana membentak lalu menyiram wajah Munyun dengan minumannya, seluruh anak-anak yang datang sontak tatapannya menuju kearah Ana dan Munyun.

Tiba-tiba Rico and the genk datang dengan gaya yang amat sangat metropolitan dibanding Munyun. Rico mengusir munyun untuk keluar dari aula. Munyun yang tidak ingin berkelahi dan menerima tinjuan Rico lagi. 
Munyun menyerah.

Rintik hujan semakin lama semakin deras. Munyun berlari menuju halte depan sekolah untuk berteduh. Tidak lama setelah itu,  ibu dan anaknya (pemulung) datang dengan baju yang basah kuyub. Anak ibu tersebut kedinginan, menggigil hingga bibirnya pucat. Ibunya pun menutupi tubuh anaknya dengan sarung yang bolong-bolong, tidak cukup hangat untuk meredakan suhu dingin ditubuh. Munyun yang tidak tega dengan anak itu lalu menawarkan ke ibu tersebut supaya jas miliknya dipakai anaknya.

Jas Munyun pun dipakai oleh anak tersebut.

“Bu.. laper bu” ujar anak itu rintih membuat hati Munyun terenyuh.

“Sabar ya nak, ibu belum punya uang. Nanti kita dapet makan kok. Sabar ya nak” ujar ibu tersebut menenenangkan anaknya sambil mengelus rambut anaknya.

“Laper bu..” rintihnya lagi.

Tidak tega melihat anak ibu itu kelaparan gue lalu melihat coklat yang tidak berguna bagi Ana ini. Sepertinya amat sangat berguna jika Munyun memberikannya ke anak itu.

“Bu” panggil Munyun.

“Iya nak ?”

“Ini bu saya ada coklat. Kayaknya cukup deh buat ganjel perut adek ini. Meskipun nggak buat adek ini kenyang tapi kayaknya lumayan buat adek yang lagi laper” Munyun mengodorkan coklat itu.

“Nggak usah nak, saya nggak mau ngerepotin kamu nak” ibu itu menolak pemberian Munyun.

“Nggak papa kok bu saya juga nggak suka coklat. Ini sebenarnya buat orang yang saya sayang, tapi karna dia gakmau. Coklat ini buat anak ibu aja” coklat itu disodorkan ke anak ibu tersebut.

“Makasih banyak ya nak. Mudah-mudahan kamu dianugrahi oleh tuhan”

“Iya bu sama-sama. Ini kan saya kasih ikhlas bu buat anak ibu yang lagi kelaparan. Daripada mubazir”
Anak ibu itu dengan lahap mengunyah satu persatu suapan coklat dimulutnya. Sepertinya anak itu belum pernah makan coklat. Bagus lah kalo begitu. Jika benar baru pertama kali makan coklat, berarti ia beruntung. Coklat perdananya yang masuk kedalam mulutnya tepat dihari valentine. Dimana orang-orang ingin sekali makan coklat, ia juga dapat memanjakan perutnya dengan coklat. Nggak kalah dengan yang lain.
Hujan mulai reda. Munyun pun pamit pergi dengan ibu dan anak pemulung itu.

“Bu saya pulang dulu ya” ujar Munyun pergi lalu kembali lagi “Oiya bu, ini ada bunga. Dari pada cuma jadi sampah dirumah mending ini untuk adik ini aja ya ” Munyun menyerahkan bunga itu ke anak kecil itu.
Anak ibu itu terlihat senang mendapat bunga dari Munyun.

Munyun pun segera melengos meninggalkan ibu dan anak pemulung itu.
Meskipun malam ini ,Munyun gagal lagi menyatakan dan memberikan hadiah ke Ana. Tapi ia tetap senang. Karna masih ada yang bisa dia berikan hadiah selain orang yang benar-benar ia sayangi.

Bagi Munyun, valentine nggak seharusnya bersama dengan pacar atau gebetan. Adakalanya valentine itu bersama orang-orang yang lebih membutuhkan, seperti bersama pemulung.


0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone