123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Selasa, 20 Oktober 2015

Indah yang Tak Terdeskripsi


Ku kayuh terus kursi roda ini tanpa mengeluh sekalipun. Ku tak pernah mencoba untuk berhenti, sekali ku berfikir untuk berhenti berarti ku menyia-nyiakan waktu yang telah diberikan tuhan untuk ku. Aku tak pernah lelah meski tangan terlalu kasar untuk dikatakan halus. Lecet, berdarah, kumal begitu lah gambaran telapak tanganku saat ini. Tapi orang-orang tidak ada yang tahu betapa letihnya tangan ini. Mungkin tangan ini jika mampu berbicara, dia akan mengeluh dan selalu meminta untuk istirahat. Tapi aku bersyukur tangan ini tak bisa bicara, jadi aku bisa terus menyuruhnya membantuku mengayuh kursi roda kumal ini.

Di jalan yang landai dan berbukit ini aku tak jarang mengalami kesulitan. Apalagi ketika melewati jalan yang menanjak. Aku sangat butuh bantuan, tapi tak ada seorang pun yang membantuku. Sepertinya mereka merasa jijik untuk membantu seorang tua seperti ku ini.

Aku menempuh jalanan beratus kilo meter dengan kursi roda ini. Memang mustahil jika dipikirkan dengan logika untuk berjalan menempuh jarak yang sejauh itu dengan kursi roda tanpa seseorang yang membantu. Tapi itu lah faktanya, ku berjalan jauh demi bertemu sesuatu yang ku inginkan. Aku tak peduli berapa rintangan yang aku temui dan sesulit apapun rintangan itu akan aku hadapi. Berhasil ataupun gagal aku akan tetap menghadapinya. Karna jika tidak mencoba aku tidak akan tahu hasilnya bagaimana.

Sesekali aku berhenti untuk istirahat, mengisi tenaga supaya lebih kuat lagi. Istirahat ku tak lama, karna jika sekali berhenti terlalu lama aku akan menjadi malas melanjutkan perjuangan selanjutnya. Jadi aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan jauhku lagi.

Hujan tiba-tiba turun ditemani badai yang sangat mengerikan. Petir menggelegar, mengagetkan jantungku yang rentan sakit jantung ini. Tenang. Itu lah yang kukatakan didalam hatiku, untuk membuat diriku tidak panik. Kursi rodaku sesekali berjalan sendiri terdorong angin kencang. Begitu kencang angin ini dan hujan yang deras membasahi seluruh tubuhku. Aku tak kuasa lagi menahan dingin, bibirku bergetar hebat, telapak tanganku keriput dan aku terus berharap ada tempat berteduh untukku.

Belum sempat ku menemukan tempat untuk berteduh. Hujan mulai berhenti dan hanya menyisakan rintik-rintik kecil. Aku menatap langit yang gelap untuk memastikan tidak akan hujan lagi, lalu langit gelap itu mulai tersapu angin dan tergantikan dengan langit jingga yang begitu elok. Aku tak tahu jam berapa sekarang, tapi aku mengandaikan saat ini jam setengah 6 sore.

Aku berhenti dipuncak sebuah bukit yang tak ada sebatang pohon pun yang tertanam disana. Hanya rumput hijau  dan bunga-bunga indah yang ada dipuncak bukit ini. Sangat luas puncak bukit ini untuk bermain sepakbola dengan 24 pemain sekaligus. Tapi disini aku sendirian ditengah tanah yang sangat lapang. Tak ada seorang pun. Lalu ku Menatap langit dan berharap muncul pelangi setelah badai tadi. Aku sangat ingin melihat pelangi. Aku tak pernah melihat pelangi sejak ku dilahirkan. Aku hanya mendengar pelangi dari percapakan seseorang kalau pelangi itu sangatlah indah. Dan itu lah alasanku berada disini.

Lama ku menanti pelangi yang tak kunjung muncul dari sudut langit. Aku pun tertidur. Lalu ku terbangun saat langit sudah gelap. Aku menatap langit lagi dan berharap pelangi akan muncul. Tiba-tiba aku terperangah melihat langit tersebut yang begitu indah sampai mulutku menganga lebar. Untung saja tak ada air liur yang mengalir saking kagumnya. Apakah ini pelangi ? aku bertanya pada diriku sendiri. Yap aku yakin kalau butiran-butiran terang yang sangat banyak dilangit ini adalah pelangi. Karena sama seperti deskripsi orang-orang yang pernah ku dengar kalau pelangi itu indah. Ini lah keindahan pelangi yang sedang kuliat. Banyak, kecil, dan bersinar. Ku ingin sekali mengambil pelangi itu untuk menemaniku. Lalu ku berdoa supaya kelak nanti pelangi itu dapat menjadi milikku.


Pagi tiba dengan sinar yang begitu menyilaukan mata. Aku langsung melanjutkan perjalanan ku. Untuk menemukan sesuatu yang lebih indah dari pelangi yang tadi malam aku lihat. Lalu ku ingat dengan percakapan dua orang minggu lalu kalau ada yang lebih indah lagi dibanding pelangi. Yaitu bintang.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone