123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Senin, 29 April 2013

Cerpen: Kotak Musik Untuk Jita


KOTAK MUSIK UNTUK JITA
Sebelumnya aku tidak mengenal dia. Tapi sepertinya takdir berkehendak lain dan menuntutku untuk harus mengenalnya. Aku tak tau pasti kenapa perasaanku selalu tidak karuan jika melihatnya. Perasaan ini berbeda, tidak seperti biasanya. Aku suka dengan cowo tampan itu. Perawakannya tinggi, kulitnyanya putih.dengan rambutnya yang cepak membuat ia terlihat lebih gagah dan peranginya pun baik. Dia dapat dikatakan perfect untuk cowo berumur 17 tahun. Dia sangat berbeda dengan teman-teman sebayanya. Dia cowok yang nggak neko neko, memang dia sedikit cuek tapi ini membuatku percaya kalau dia itu bukan cowo yang gak genit tidak seperti cowo cowo lain yang tidak bisa melihat cewe bening sedikit pun.
Oia namaku Jita Alexandria. Cewek paling bodoh karena menyia nyiakan cinta sejatiku dengan Cuma Cuma.
Pertemuan pertama aku dengan-nya, saat sedang nonton dia latihan basket dilapangan. Sebenarnya ini dapat dikatakan pertemuan atau pun kebetulan karena saat itu aku tidak sengaja melempar bola basket  ke kepalanya hingga ia hampir pingsan. Aku sebenarnya tidak berniat untuk sengaja melempar bola itu ke ke kepalanya. Aku hanya ingin mengembalikan bola yang keluar dari lapangan, itu juga bolanya yang  keluar tadi hampir mangenai kepala aku tapi untungnya aku dapat menghindar, mungkin itu karma buat dia yang melempar bola. Waktu itu  memang aku sangat merasa bersalah kepadanya  karena aku takut kalau dia marah. Tapi ternyata dia hanya tersenyum saat aku menghampirinya dan meminta maaf. Penilaiannku kepadanya ternyata salah. Dia sangat ramah dan baik, dia sama sekali tidak marah kepada ku malahan dia yang meminta kepadaku. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba dia minta maaf kepada aku? Apa mungkin lemparan aku tadi membuatnya amnesia. Hmm.. hanya dia yang tau.
Sejak kejadian pelemparan bola basket itu aku jadi makin akrab dengannya. Aku pun yang sebelumnya tidak tahu siapa namanya. Sekarang aku sudah tahu. Namanya itu Zanik Kafaro. Keren kan namanya? Sekeren orangnya juga. Hampir setiap hari aku selalu berangkat sekolah bareng dengan Zanik. Karena rumahnya masih satu komplek dengan rumahku.
Hubunganku dengan Zanik memang hanya sebatas sahabat. Tapi aku sangat heran dengan perasaan ku sendiri. Perasaanku berkata kalau Zanik itu adalah cinta senjatiku. Tapi itu tidak boleh terjadi. Walaupun aku suka dengannya belum tentu juga dia suka dengan ku. Daripada aku sakit hati karena cintaku yang nggak tersampaikan, lebih baik aku simpan perasaan ini saja dulu sampai dia juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Nanti sore Zanik mengajak ku menemaninya beli novel. Sebenarnya aku tidak bisa karena harus mengerjakan tugas sekolah. Tapi Zanik yang ngajak aku tidak enak kalau menolaknya. Di toko buku Zanik sibuk sekali mencari novel yang ia cari hingga akhirnya ia mendapatkannya. Zanik lalu menunjukkan novel yang telah dipilihnya kepadaku. “ Ta, novelnya bagus nih judulnya Friend be Love” Ujar Zanik sambil menunjukkan novelnya kepadaku. “bagus itu nik, aku udah pernah baca juga itu novelnya” ujarku soktahu. Padahal aku tidak pernah baca novel yang ditunjukkan Zanik tadi. “hah? Kamu udah baca? Aku telat dong padahal kan ini baru launching kemarin. Kalo gitu aku minjem punya kamu dah ya.” Ujar Zanik sambil membalikkan badan untuk mengembalikan novel itu ke raknya semula. Aku kebingungan harus ngomong apa? Kenapa tadi aku harus bohong sama Zakni tentang novel itu? Ini semua diluar scenario. ahhhh Bodoh kamu Ta!! Bodoh!! . “tunggu dulu Zak, aku baru inget kalau novel aku masih dipinjam sama sepupuku maaf aku lupa ” ucapku menghentikan langkah Zanik lalu ia membalikkan badan kembali kearah ku. “yah, yaudah gapapa aku beli ini aja” ujar Zanik bergegas menuju kasir. Huuuu.. untung saja aku bisa ngeles. Terima kasih tuhan telah membantuku walaupun ini sama saja berbohong. Tapi kalo sekali kali gapapa ding.
Diperjalanan pulang Aku dan Zanik mengisinya dengan obrolan dan juga canda yang dibuat Zanik. Zanik itu ternyata anaknya humoris, sebelumnya  Aku mengira kalau dia itu JAIM tapi.. lagi lagi aku salah menilai Zanik. Perjalanan pun tidak terasa hingga aku sudah tiba didepan rumah. Aku lalu pamit pulang ke Zanik dan keluar dari mobil lalu meninggalkannya.
Dikamar. Seperti biasa anak anak remaja jaman sekarang kalau lagi seneng menjalani salah satu harinya itu ngapain? Nulis diary? Ya aku menulis diary ku hari ini. Aku senang sekali bisa jalan bareng Zanik walaupun sekedar membeli novel, tapi aku nggak peduli. Menurut ku y ang penting aku bisa jalan bareng dengan dia.

Disekolah..
Aku belum melihat Zanik melintas depan kelas ku. Aku bingung, seharusnya kan dia sudah lewat sini tapi kenapa dia belum datang juga. Apa mungkin dia sakit? Bolos? Ah tapi tidak mungkin kalau dia bolos. Ya , iya dia mungkin sakit hari ini. “GWS ya Zanik” ujar ku dalam hati.
Jam istirahat berbunyi. Aku dan Dila segera meluncur ke kantin. Dikantin aku melihat Zanik dengan teman-temannya sedang asyik menyantap bakso yang dipesannya. “Kenapa dia masuk? Kan dia sakit?” tanyaku dalam hati. Mungkin Zanik tadi telat. “Hmm.. tapi ko nggak seperti biasanya kalo Zanik telat? Kenapa ya dia?” tanyaku lagi dalam hati. “WOIII bengong ajah lu Ta” ujar Dila mengejutkanku. “oh nggak papa ko. Ayok kesono tuh bangkunya ada yang kosong” ujarku sambil menunjukk bangku kosong yang berada tiga meter dari bangku Zanik sekarang. Dila tanpa mengajak ku dia  dengan cepat menuju bangku itu “ng..iyaudah yuk cepat “ ujar Dila.
***
Singkat cerita. Hari ini Zanik ulang tahun. Tepatnya ulang tahun yang ke 17. Aku berniat untuk memberi kejutan untuknya. Tapi aku masih belum tahu, apa yang harus aku hadiahkan ke Zanik. Aku harus ke tanya siapa? Oh iya Zidan!! Iya Zidan. Aku harus nanya ke Zidan. Zidan itu sahabat karibnya Zanik. Pasti dia tau segalnya tentang Zanik.
Aku pun menemui Zidan di lorong koridor yang sedang asyik mencet mencet tombol BBnya, kayaknya dia lagi BBMan atau mungkin dia lagi sibuk kagak ngerti main BB. AHH tapi sudahlah. kenapa aku ngebahas masalah nggak penting gini ? . Kembali ke topic awal mencari hadiah yang paling disukai Zanik. Aku segera menghampiri Zidan yang masih kesulitan dengan BBnya. “Dan, boleh nanya nggak?” ujarku sambil memukul pundak Zidan. “hehh, apaan ngagetin gua ajah lu dateng dari belakang tiba tiba. Nanya apaan lu?” ujar Zidan terkejut. Mukanya Zidan kocak abis tadi dikagetin. “ng.. si Zanik ulang tahun ya hari ini ?” tanyaku.”lu ko tau? Hmm suka yaa ? ” ujar Zidan dengan nada meledek.  Wajah Zidan tambah kocak kalo lagi ngledek. “kagak ko gua mau nanya ajah. Kan gua mau ngasih hadiah ke dia” ujarku. Percakapan ku dengan Zidan pun selesai dengan keringat yang mrluncura deras dari wajahku. Bagaimana tidak mau keringatan, Zidan tuh ternyata batu banget, aku hanya nanya tentang kesukaan Zanik tapi harus bayar. Bayarnya nggak nanggung nanggung pula, dia buka harga 50 ribu. Aku kaget hampir membuat jantung ku lompat tiba tiba. Tapi semua dapat ku atasi dengan baik. Memang  mau tidak mau aku harus membayar. Jadi aku pun membayarnya, tapi hanya bayar 5000. Aku bilang kalo aku ngutang dulu kapan kapan gantiinnya(zidan terlalu bodoh). Sebenarnya di balik kebodohannya Zidan itu masih ada kebodohan lagi. Seperti pribahasa berkata diatas langit masih ada langit.
Aku pergi ketoko pakaian. Aku ingin membelikan Zanik kemeja. Tadi kata Zidan kemeja yaudah aku ikuti kata kata dia itu walaupun aku masih ragu ragu. Setelah 1 jam mondar mandir nggak jelas. Akhirnya pilihan ku tertuju dengan kemeja

Zanik mengajakku hari ini datang ke pesta ulang tahunnya nanti malam dirumahnya. Aku pun mengacak ngacak seluruh pakaian yang ada didalam lemariku. Aku masih bingung mencari pakaian yang pas untuk ku malam ini. Tapi setelah hampir 1 jam 30 menit aku mencocok cocokkan akhirnya terpilihlah dress warna merah jambu. Aku pun berangkat kerumah Zanik tidak lupa membawa kado ulang tahun yang sudah aku buat sedemikian bagus untuknya. Aku berharap hadiah ini bakal jadi hadiah terindah untuknya.

Sesampainya dirumah Zanik aku disambut baik oleh keluarganya terlihat juga teman teman sekolah ku yang sudah datang lebih awal. Begitu juga dengan Dila yang sedang asyik ngobrol dengan Zanik. Aku pun menghampiri Zanik dan Dila. “ hey Zan, happy birthday ya semoga panjang umur sehat selalu moga moga cepet dapet jodoh hehe” ujar ku samnil menyerahkan kado ke Zanik. “wahh terima kasih banyak nih ta ” ucap Zanik sambil merenggut kado yang aku serahkan. “iyaa sama sama Zan” ujar ku sambil menampang kan senyum semanis mungkin kearah Zanik.
Acara pun dimulai. Hingga acara tiup lilin dan Pemotongan kue. Zanik memotong kue ulang tahunnya dengan pisau. Ia pun disuruh oleh semua orang yang hadir supaya memberikan sepotong kue itu kepada orang yang istimewa untuknya. Sebenarnya aku sangat berharap kalau Zanik akan memberikan potongan kue itu kepada ku.
What? Sepertinya impian ku akan terwujud karena Zanik tiba tiba melihat kearah ku. Aku salting. Aku nggak bisa gerak sama sekali hingga ia berjalan menuju tempatku berdiri. Semakin dekat dekat, dekat, dekat, brukkk!!!! Hatiku hancur jadi 5 bagian karena ternyata sepotong kue itu diberikan untuk Dila. “Dila ? kenapa harus dia siii!!!!” gerutu ku dalam hati. Aku yang kecewa dengan Zanik, aku segera meninggalkan acara itu tanpa pamit terlebih dahulu.
Aku lari tunggang langgang meninggalkan rumah Zanik. Dengan rasa kekecewaan yang sangat mendalam.Aku kecewa kenapa harus teman ku sendiri yang menghalangiku untuk mendapatkan pria idaman ku. Aku pun menyebrang jalan tanpa lihat kanan kiri, tak kusadari dari arah barat sebuah mobil avanza melaju dengan cepatnya. Aku hanya diam terpaku melihat mobil itu melaju seakan ada yang menahan ku untuk berlari. Mobil itu pun semakin dekat. “AWASSSSSSSSS JITAAAAA!!!” BRAKKK!!!BRUKK!! Aku terhempas sekitar 10 meter dari tempatku berdiri. Mobil avanza itu kabur tanpa tanggung jawab setelah menabrakku.

Tangan ku tidak dapat digerakkan sepertinya tanganku patah. Kaki ku juga berlumuran darah. Tapi Aku masih beruntung karena tidak meninggal dunia. Seketika aku terkejut dan sangat terkejut. Aku melihat Zanik tergelepak tak berdaya di tengah jalan dengan kepalanya yang berlumuran darah. Orang orang yang di dalam rumah berhamburan keluar untuk menolong ku dan Zanik tentunya. Kami dibawa kerumah sakit terdekat.
Aku tidak percaya ini. Dila tiba tiba menghampiri ku yang sedang di ruang perawatan dan mengatakan kalau Zanik sudah meninggal. Zanik terkena pendarahan hebat dikepalanya setelah membentur aspal. Aku tidak tahu pasti kejadian yang menimpa Zanik tadi karena aku sama sekali tidak melihat. Apa mungkin Zanik menolong ku? Tapi mana mungkin dia menolongku.
“Zanik kenapa bisa meninggal? Kenapa Dil?” tanya ku tergesah gesah. “Zanik meninggal karena menolong kamu ta, dia lari ketengah jalan dan mendorong kamu kepinggir jalan lalu Zanik tidak sempat menghindari mobil yang melaju kencang itu akhirnya ia tertabrak” Ujar Dila panjang lebar. “Jadi gara gara aku? Aku berarti pembunuh?” ujar ku lirih. Air mata ku pun berlinang di pipiku. “nggak ta, kamu bukan pembunuh. Zanik melakukan itu ke kamu karena dia sayang sama kamu. Sebenarnya malam ulang tahunnya ini ia ingin bilang ke kamu kalau dia suka sama kamu tapi waktu kamu tadi lari meninggalkan kita kita dia langsung mengejarmu hingga akhirnya ya beginilah ia meninggal ” .”tapi bukannya kamu pacarnya Zanik? Kamu kan tadi--” . “Aku pacarnya Zanik? Mana mungkin aku suka sama dia, dia sering curhat ke aku kalau dia itu suka sama kamu waktu pertama kali lu berdua ketemu di lapangan basket. Kalo tadi masalah kue ? itu dia sebenarnya ingin ngasih kue nya ke kamu tapi dia masih malu jadi dia ngasihnya ke aku”.” Jadi semuanya salah paham? “ ujar ku dengan wajah penuh penyesalan. “iyaa itu semua salah paham. Oh iya ini titipan dari Zanik. Aku pulang dulu ya ta semoga kamu cepat sembuh. dahhh” ujar Dila sambil meletakkan sebuah kotak hadiah di samping tubuhku yang sedang berbaring di ranjang dan segera berjalan meninggalkan ku sendiri.
Aku buka kado itu. Isi kado itu ternya sebuah kotak music yang bila di tekan tombolmya akan mengeluarkan bunyi sesuatu. Aku pun menekan tombol kotak music itu. “Aku sayang kamu Jita kamu mau kan jadi pacar aku” suara kotak music itu membuat ku menangis. Aku benar benar menyesal dengan perbuatan ku tadi. Andaikan aku tadi tidak kabur pasti Zanik tidak mungkin meninggal kan aku untuk selama lamanya. Maafkan aku Zanik..

-TAMAT-

Cerpen : Maafkan Aku Bu


Maafkan aku bu

Penjuru kamar terlihat sangat tidak teratur seperti sehabis gempa. Begitu juga dengan anak muda yang terbaring menyilang diatas ranjang terlihat sedang tertidur lelap. 2 jam kemudian ia pun terbangun dari alam mimpinya. Rambutnya sangat acak acakkan, kedua matanya pun juga masih keriyep keriyep, seluruh nyawanya belom terkumpul seluruhnya.
Dia bergegas pergi kesekolah walaupun sudah amat siang ia tidak memperdulikannya. Tibanya di sekolah, gerbang sudah tertutup. Ia melirik arlojinya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. “Jam 7:30? ” Ia sangat terkejut setelah tau kalau dia sudah telat 1 jam. Ia pun pergi dari tempatnya ia berdiri. Ia mengurungkan niatnya untuk hari ini sekolah.
Ia pergi ke tempat tongkrongannya di warung kopi bang nanat. Ia menghabiskan 4 buah gorengan dan 1 gelas es teh manis. Tidak lupa ia menghisap satu batang rokok setelah makan. “Rez, lu nggak sekolah?” tanya bang Nanat yang sedang sibuk dengan menyiapkan es teh yang diminta Rezi lagi. “iya nih bang tadi gue telat, pager sekolah gua juga udah ditutup gue gak bisa masuk” jawab Rezi sambil mengeluarkan asap rokok dari dalam mulutnya.

“Woii bro udah disini ajah lu, ngapa nggak sekolah lu tadi?” tanya Budi sambil menepuk pundak Rezi. “gue kesiangan” ujar Rezy datar. “oh telat, oia Rez gue ada barang bagus nih, dapet gratis dari temen gue ” Budi sambil mengeluarkan sesuatu bungkusan plastik berisi serbuk putih dari kantong sweternya. “wahh kebetulan banget lu dah, gue juga lagi steres. Kapan nih kita pesta?” Rezi terlihat senang setelah melihat bungkusan itu. “nanti malem lu kerumah gue ajah, si Doriz sama bagol juga kerumah guan tar malem” ujar Budi sambil membakar sebatang rokoknya.

Malamnya dirumah Budi. Rezi dan kawan kawannya asyik berpesta narkoba. Kebetulan diadakan dirumah budi karena orang tua budi sedang pergi keluar kota. Mereka berpesta hingga larut malam sampai pagi pun menjelang. Rezi yang sudah bangun namun masih merasakan pusing segera meninggalkan rumah Budi dengan terpogoh-pogoh.
Sesampainya dirumah. Rezi disambut ocehan ibunya. Rezi yang masih dalam keadaan mabuk sama sekali tidak menggubrisnya. Ibu Rezi curiga dengan keadaan Rezi yang seperti orang mabuk. Tapi ibu Rezi belum menyadari kalau Rezi benar benar sedang dalam keadaan mabuk. Dikamar, Rezy lalu menghempaskan seluruh tubuhnya ke atas ranjang hingga sempat memantul mantul sampai 3 kali sampai akhirnya ia pun tertidur.
**
“Bagaimana keadaanmu Rez? Sepertinya akhir akhir ini kamu terlihat kurang sehat ” Ujar Ibu Rezi sambil menyiapkan sarapan Rina(adiknya Rezi). Rezi pura pura tidak mendengarkan apa yang ibunya tadi ucapkan kepadanya dan ia hanya sibuk dengan BBnya. “Rez, kamu dengar ibu kan?” bentak Ibu Rezi. “iyakkk aku dengar bu” jawab Rezi dengan nada kesal. “Kamu kalau ibu tanya itu jawab jangan diem ajah” ujar lagi ibu Rezi sambil duduk d kursi makan. “ibu banyak ngomong yak, aku capek dengar ocehan nggak jelas ibu” Rezi menenteng tasnya lalu meninggalkan ibu dan adiknya.
Disekolah, Rezi dikenal sebagai siswa yang tidak pintar dan selalu membuat masalah. Ia juga sangat hobi dengan yang namanya tauran hampir setiap pulang sekolah ia tauran dengan siswa sekolah lain. Rezi juga sudah menjadi langganan masuk keruang BP/Bk .
Sepulang sekolah hari ini Rezi dan genknya menyiapkan barang barang yang dibutuhkan untuk tauran nanti. Seperti gear dengan yang diikat sabuk karate, pedang, golok, celurit dan banyak senjata tajam lainnya.
Diperjalanan, seperti biasa Rezi dan kawan kawannya mencari sekumpulan para siswa sekolah lain. Dan akhirnya saat yang ditunggu tunggu Rezi dan kawan kawan tiba. Sekelompok siswa dari sebrang jalan sepertinya siap menyambut. Bentrokkan pun tak terelakkan lagi. Tauran berlangsung selama 10 menit sampai akhirnya dibubarkan oleh warga sekitar yang merasa terganggu.

Dirumah, seperti biasa Rezi selalu dijejali dengan ocehan ocehan pedas dari ibunya. Sebenarnya ocehan dari ibunya itu sangat membangun demi kemajuan sifat Rezi kedepannya tapi Rezi berpikir lain hingga dia kabur dari rumah karena sudah bosan dengan ibunya.
Rezi kabur ke kos kosannya Budi. Kebetulan saat Ia ke kosan Budi, Budi sedang asyik dengan sebatang ganjanya. Budi terlihat sudah sangat mabuk. Matanya memerah dan napasnya terdengar sesak tidak beraturan. Rezi pun ikut larut dengan ganja yang masih berserakan di lantai. Ia mencobanya hingga mabuk. Mereka berdua pun tepar di lantai saling bertindihan.
Keesokkan harinya tiba tiba Rezi dan Budi yang masih terlelap tidur dipaksa bangun oleh sekelompok orang berseragam coklat(bukan seragam pramuka). Rezi terkejut ketika melihat polisi didepan matanya. Ia segera memberontak badan Budi yang masih tidur “Bud bangun Bud!!  bangun”. Budi pun bangun dan terkejut melihat kamar kosnya yang sudah dipenuhi oleh anggota polisi.
“Saudara Budi dan temannya, kalian kami tangkap dengan tuduhan penyalahgunaan narkoba ” ujar salah satu polisi itu. “hah? Nggak pak nggak!!” ujar Rezi panik. “mungkin anda bisa menjelaskannya di kantor ayo ikut kami” Polisi itupun memborgol kedua tangan Rezi dan Budi lalu membawa mereka masuk kedalam mobil polisi.
 Setelah melalui tahapan proses penyidikan yang panjang. Rezi dan Budi pun divonis bersalah dan dijatuhkan hukuman 10 tahun penjara. Ibu Rezi yang melihat anaknya terjerat kasus narkoba terlihat shock dan tidak dapat menahan kekecewaannya kepada Rezi. Ibu Rezi merasa gagal sebagai orang tua khususnya menjadi ibu yang baik untuk anaknya.
Ibu Rezi yang kecewa dengan anaknya itu tidak pernah menjenguk Rezi selama dipenjara. Ibunya seakan tidak menganggap Rezi sebagai seorang anak. Rezi sangat menyesal dengan apa yang dilakukannya selama ini. Ia ingin taubat dan meminta maaf kepada ibunya. Tapi selama ia dipenjara, ibunya tidak pernah sekalipun menjenguk.
“Rezi, silahkan kamu keluar” ujar seorang sipir membukakan kunci penjara. “iya pak” ujar Rezi sambil hendak berdiri dari duduknya. Di ruang tunggu, Rezi melihat seorang laki laki tinggi tegap berpakaian jas rapih dengan dasi yang sedang menunggunya. Rezi pun duduk dibangku dan bertatapan langsung dengan laki laki itu. “Rezi, saya kesini ingin memberi tahu kamu tentang keadaan ibu kamu” ujar laki laki itu. “Ibuku ? ibu ku kenapa pak? Kenapa pak” Rezi panik hingga memberontak tubuh laki laki itu.”tunggu tunggu sebentar, kamu tenang dulu lalu tarik napas ” ujar laki laki itu sambil memegang kedua lengan Rezi. “ Kamu harus sabar ya Rez. 3 hari yang lalu terjadi musibah yang menimpa ibu dan adikmu. Musibah yang tidak diinginkan itu terjadi dirumahmu. Rumah mu terbakar tiba tiba karena konsleting lisrik. Itu terjadi malam hari saat Ibu dan adikmu sedang tertidur pulas. Mereka tidak sempat menyelamatkan diri hingga akhirnya mereka berdua terbakar hidup hidup”. Rezi yang mendengar ucapan laki laki itu hanya tertunduk lemas tak percaya apa yang telah dikatakan oleh laki laki tadi. Air matanya meluap dari pelupuk matanya hingga membanjiri seluruh wajahnya. Ia sangat menyesal belum sempat meminta maaf kepada ibunya.
Hari demi hari dilalui Rezi dengan melamun hingga jaringan saraf otaknya terganggu. Rezi lama kelamaan menjadi gila karena kematian ibu dan adiknya itu. Ia pun dipindahkan ke rumah sakit jiwa karena mengganggu narapidana lain di dalam sel. Rezi pun sekarang tinggal di rumah sakit jiwa dan ia juga selalu menyebut nyebut ibu.. ibu.. ibu.. ibu..

-TAMAT-

Cerpen:Cuman Mimpi


Suasana kelas sangat sepi sunyi dan hanya terdengar suara kelotak-kelotek kipas angin yang sudah setengah rusak dan kapan pun dapat melibas kepala siswa yang berada dibawahnya. Pak Aroh pun gue lihat sedang sibuk dengan laptop yang percis berada didepan wajahnya, mungkin Pak Aroh lagi asyik main pinball atau mungkin dia lagi membrowsing video asusila, ah sudahlah itu nggak penting yang penting sekarang gue harus menyelesaikan ulangan Fisika gue. Soalnya si cuman 5 tapi anak soalnya bejibun, ini mah sama ajah 50 soal dan lebih parahnya lagi soal ini esai!. Oh nooo help me god!!
Gue  memulai membaca soal nomor 1. Gue baca soal itu dan Gue pun mulai memahami soalnya. Tapi ko lama kelamaan soal itu membuat gue mumet dan harus berfikir keras sambil mencorat coret kertas buram yang diberikan Pak Aroh tadi. Gimana nggak mau mumet? Bayangkan bola yang di lempar dari atas gedung lalu jatuh ketanah, gue disuruh ngitung berapa kecepatannya? Nah mana gue tau kan, kalo bola jatoh mah jatoh ajah kali nggak usah pake dibuat pertanyaan. Bikin bingung anak sekolah ajah.
Perputaran jarum jam pun mulai bergerak dengan cepatnya hingga tak terasa 1 jam telah berlalu. Gue yang masih sibuk memutar mutar pensil 2b yang gue betak dari temen sekelas gue dan kertas LJK yang masih kosong plong bersih tanpa coretan apapun. Gue mulai panik, lalu gue coba buat tengak tengok sekeliling gue. Gue lihat Si Tarjo kayaknya udah selesai. Gue lalu melempar 1 buah penghapus kearah Tarjo hingga dia terkejut ”jo tulisin dong jawabannya semua pliss” ujar Gue sambil memasang wajah mupeng. “gilakk lu yak!! Banyak banget bego ” ujar Tarjo marah marah tapi dengan nada pelan. Nggak putus sampe disitu. Gue coba ide baru gue “lu bawa hape nggak Jo ?” tanya gue sambil menyembunyikan wajah gue dengan lembar soal. “bawa, kenapa emang?” ujar Tarjo kebingungan. “Nah bagus, sekarang lu foto semua jawaban lu terus lu infrared ke hape gue, oke?” ujar gue sambil mengerlingkan mata sebelah kanan (mata genit). “yampunn bro sekarang 2013 masa pake infrared kampungan banget lu ah, udah nih liat ajah jawaban gue. Tapi awas ketauan Si Bendel (julukan Pak Aroh dari para hatersnya disekolah)” Tarjo meletakkan kertas LJKnya di sisi pinggir meja hingga gue dapat melihat jawabannya dengan leluasa. Gue pun menjiplak semua jawaban Tarjo walaupun dia tadi nyuruh gue jangan di samain  semua jawabannya karena takut katauan ama Si Bendel, tapi gue nggak memperdulikan apa yang dikatakan Tarjo itu.
LJK gue pun akhirnya terisi penuh dengan rumus rumus yang dari tadi sampe sekarang gue nggak ngarti apa gunanya sesuatu yang nggak penting itu dihitung dengan rumus yang begitu ribet dan selalu bikin gue kecot bahkan gue bisa gumoh tiba tiba kalo udah ngeliat yang namanya rumus fisika itu. Tapi bodolah gue nggak pikirin yang penting sekarang  gue udah selesai. Gue jadi bisa bermalas malasan sambil menunggu 10 menit lagi bel jam pelajaran selesai. Gue lalu meletakkan kepala di atas meja dan memejamkan kedua mata.
“WOIII JOKO BANGUN!! Woiii BANGUN BEGOOOOO!! Lu mau ngumpulin LJK  nggak?” ujar Inem sambil mengoyak ngoyak tubuh gue sampe kancing baju gue lepas 2 buah. Gue sontak kaget mendengar auman Si Inem “etdah nih gue kumpulin kagak usah pake teriak juga kali mba” ujar gue sambil menyerah kan LJK dan lembar soal. “hah? Lu yakin nih mau ngumpulin? Apa lu mau nyelesain dulu?” Tanya Inem sambil melotot melihat LJK gue yang terlihat misterius baginya. Lalu gue ambil LJK itu lagi “loh? Ko kosong semua? LJK gue dituker nih ya?! Ama lu pasti!!” Gue kaget betulan pas ngeliat LJK gue kosong. “Yeh monyong siapa yang mau nuker LJK lu lagi? kurang kerjaan ajah” Ujar Inem dengan nada meledek. “loh tapi kok LJK gue kosong tadi kan padahal udah gue isi semua” Gue heran sambil menggaruk garuk kepala layak halnya seperti kera yang kebingungan mencari pisangnya yang hilang. “eh jamban, dari tadi lu tuh tidur mana mungkin lu ngerjain soalnya, kadang kadang sarap juga lu ye, yaudah ah sini gue kumpulin ajah ” Ujar Inem mengambil kertas soal dan LJK gue lalu meninggalkan gue menuju ke tempat duduk Pak Aroh untuk menyerahkan LJK dan kertas soal.
“Berarti yang tadi gue nyontek sama Tarjo itu cuman mimpi?” tanya gue dalam hati. “AHHH.. Kenapa nyontek ajah harus dimimpi si nggak di dunia nyata ajah. Kampret!!” Gue gerutu dalam hati sambil membenturkan kepala keatas meja yang terbuat dari kayu jati.

-TAMAT-

Senin, 22 April 2013

Cerpen: Perjuangan Seorang Wanita Tua


PERJUANGAN SEORANG WANITA TUA

 Disebuah pelosok desa di daerah jogja yang sangat jauh dengan kata modern. Belum ada listrik yang masuk ke desa ini yaitu Desa bojobangun.
Sebut saja Mbah Inah namanya. Wanita tua berumur 68 tahun dengan rambut putih , tubuhnya agak bungkuk sedikit kurus dengan keriput yang menguliti tubuhnya. Mbah Inah memiliki 1 orang anak yang bernama Tuti dan cucunya yang masih balita bernama Ayu.

Disebuah rumah yang terbuat dari papan dengan di topang oleh bamboo. Atapnya ditutupi oleh genteng-genteng yang sudah tidak layak dipakai dan lantainya pun tidak dibuat seperti rumah kebanyakan yang terbuat dari keramik melainkan hanya lapisan semen yang banyak retakan-retakan karna dimakan waktu.
Mbah Inah hanya bekerja sebagai petani kebun sawo, yang penghasilannya tidak dapat ditentukan. Kadang kalau sedang ada rejeki dapat 20.000 dan kadang hanya dapat 5000 , yang penting bagi Mbah Inah adalah ia, anaknya dan cucunya dapat makan setiap harinya. Mbah Inah juga tidak pernah mengeluh walaupun pendapatan setiap harinya tidak tentu. Tetapi berbeda dengan anaknya si Tuti. Dia selalu mengeluh ke Mbah Inah. Kalo Mbah Inah hanya dapat uang seadanya tak jarang juga Tuti memarahi Mbah Inah karena masalah uang. Tuti sama sekali tidak pernah membantu Mbah inah. Ia hanya berpangku tangan, untuk menjaga anaknya saja dia masih menyuruh Mbah Inah

Singkat cerita karena Tuti sudah tidak kuat lagi dengan keadaan miskin yang dia alami setiap harinya. Ia mencoba mencari keberuntungannya ke jakarta meninggalkan Mbah Inah dan Ayu anaknya. Mbah Inah mencoba melarang Tuti untuk pergi. Karena Mbah Inah kawatir kalau Tuti itu akan kenapa-kenapa di Jakarta. “Kamu nggak usah pergi kejakarta, disini juga banyak pekerjaan untukmu nak” ujar Mbah Inah sambil menggendong Ayu yang masih balita. “pekerjaan? Jadi petani sawo kayak ibu? Hah iya? Tuti nggak mau bu. Tuti tetep mau pergi kejakarta” ujar Tuti dengan nada amarah. “Jakarta itu keras nak, kalau kamu tidak punya banyak keterampilan. Kamu disana hanya ditindas” ujar Mbah Inah sambil memegang tangan Tuti. Tuti tetep keukeh dengan keinginannya kejakarta. ”ibu nggak tau apa apa dijakarta, ibu sekarang nggak usah mikirin Tuti lagi. Tuti pergi dulu bu” ujar Tuti sambil menenteng tasnya yang berisi pakaiannya dan berbalik meninggalkan Mbah Inah.

Semenjak sepeninggalan Tuti. Mbah Inah makin kewalahan dengan pekerjaannya karena harus menjaga Ayu cucunya sekaligus harus bekerja dari pagi sampai siang. Tapi Mbah Inah tetap dengan kegigihannya menjalani hidup tanpa keluh kesah.
Sampai ketika Mbah Inah jatuh sakit. Ia tidak kuat harus beraktivitas yang berat seperti berkebun.Seminggu Mbah Inah istirahat memulihkan fisiknya kembali. Dengan fisiknya yang sudah tua Mbah Inah memang mudah kelelahan. Saat ia sakit, ia menitipkan Ayu ketetangganya yang bernama Bu Narti yang sangat tidak keberatan untuk membantu Mbah Inah.

Setelah seminggu Mbah Inah sembuh. Ia mulai beraktivitas seperti biasanya yang ia lakukan. Pagi pagi gelap Mbah Inah sudah harus pergi berkebun dengan menggendong Ayu di punggungnya. Karena Ayu masih terlalu kecil untuk ditinggal Mbah Inah bekerja.
Hari ini musim panen sawo. Mbah Inah sangat senang dengan ini karena buah sawo musim panennya setahuns sekali. Bagi Mbah Inah ini menjadi rejeki yang besar baginya. Jika musim panen biasanya Mbah Inah setidaknya mengantongi uang 50.000 rupiah yang sangat cukup untuk menghidupi Ia dengan cucunya.
Tengah malam 01:00. Tiba tiba Ayu menangis hingga suaranya sangat keras. Mbah Inah yang terbangun karena tangisan itu segera menghampirinya lalu menggendongnya. Tidak lupa Mbah Inah mengambil botol yang berisikan susu untuk diminum oleh Ayu. Walaupun sudah digendong dan di berikan susu. Ayu masih menangis dan lama kelamaan semakin keras. Mbah Inah mengusap dahi Ayu, ternya sangat panas. Mbah Inah panik karena Ayu sakit, ia tidak tahu harus berbuat apa malam malam begini.
Karena semakin lama semakin keras tangisan Ayu. Mbah Inah tidak tega. Ia pun segera bergegas keluar rumah memeriksa Ayu ke dokter setempat. Mbah Inah berlari ditengah tengah kebun  dengan pohon pohon yang rindang sambil menggendong Ayu yang masih menangis.
Sampai dirumah Pak Tarjo. Ia mengetuk pintu yang berada dihadapannya. Lalu keluar seorang pria yang masih terlihat mengantuk dengan mata yang masih belum sepenuhnya sadar. Sepertinya pria itu sangat terganggu dengan kedatangan Mbah Inah tengah malam begini.
“maaf Tarjo saya mengganggu tidur anda, tapi saya harus minta tolong sama pak Tarjo. Cucu saya sakit pak , badannya sangat panas” Ujar Mbah inah tergesah gesah. “oh iya iya Mbah nggak papa sini sini masuk” ujar Pak Tarjo mempersilakan Mbah Inah masuk kerumahnya. “iyaa makasih pak Tarjo saya jadi ngerepotin” ujar Mbah inah sambil berjalan memasuki ruang tengah rumah Pak Tarjo. “coba sini saya periksa dulu” ujar Pak Tarjo sambil mengecek detak jantung Ayu dengan stetoscopnya. “gimana Pak keadaan Ayu? Sakit apa dia?” tanya Mbah Inah panik. “cucu Mbah ini hanya masuk angin ko. Tenang ajah Mbah, ini saya kasih obat supaya panasnya turun” ujar Pak Tarjo sambil memberikan obat yang di sarankannya. “Makasih ya pak dokter makasih banyak, ini uangnya pak dokter” Mbah Inah menyerahkan uang dua puluh ribuan dari kantongnya. “Tidak usah Mbah bawa saja” Pak Tarjo menolak uang yang diberikkan Mbah Inah itu. Mbah Inah pun pergi meninggalkan rumah Pak Tarjo.

Hari demi hari berlalu. Mbah Inah masih sangat giat dengan pekerjaannya berkebun sawo. Mbah Inah juga senang dengan keadaan Ayu yang sudah tidak panas lagi seperti tempo hari yang lalu.

Singkat cerita 6 bulan kemudian. Tuti kembali ke rumah dengan wajah yang sangat sedih. Mbah Inah yang melihat keadaan anaknya itu segera bertanya apa yang terjadi kepadanya hingga membuatnya menangis. “kamu kenapa loh nak? “ tanya Mbah Inah sambil mengelus rambut Tuti. “aku dijakarta hampir dijual bu dengan orang yang baru aku kenal” ujar Tuti sambil menangis. “astagfrulloh nak, kan sudah ibu bilang, kamu jangan kejakarta tapi tetep keukeh. Ini nih akibatnya kan. Untuknya kamu tidak jadi dijual kamu harus bersyukur kepada Allah yang masih melindungi kamu” ujar Mbah Inah sambil memeluk tubuh Tuti. “iyaa bu Tuti minta maaf,Tuti udah durhaka sama Ibu” ujar Tuti masih memeluk Mbah Inah.

“WOOIII TUTI KELUAR KAMU!! SAYA TAU KAMU DIDALAM!!” teriakkan seorang pria dari luar rumah. Mbah Inah dan Tuti yang terkejut mendengar teriakkan itu sontak melepaskan pelukannya lalu segera menuju kepusat suara teriakkan itu.
Seorang Pria pria paruh bayah dengan kedua bodyguardnya berdiri didepan rumah. Tuti kaget, ternyata itu Pak Ardo. Pak Ardo yang akan menjual Tuti keluar negri. Tuti heran kenapa Pak Ardo bisa sampai disini dan tahu letak rumahnya.
Pak Ardo segera menyuruh kedua Bodyguardnya membawa Tuti pergi. Tapi Mbah Inah mengelak dan melepaskan genggaman tangan kedua Bodyguard itu yang akan menarik Tuti. “LEPASKAN ANAKKU!!” teriak Mbah inah sambil menarik tangan kedua Bodyguard itu. Tapi sayang, Mbah Inah malah terhempas jatuh kebelakang setelah didorong oleh salah satu Bodyguard pak Ardo. Mbah Inah yang kesakitan, tidak dapat berbuat apa apa lagi hingga Tuti dibawa oleh Bodyguard Pak Ardo secara paksa. Mbah Inah hanya bisa melihat Tuti berusaha melepaskan genggaman Bodyguard itu, hingga Tuti sudah menghilang dari pandangannya.
Diperjalanan Tuti ditarik tarik secara paksa. Ia tetap melawan hingga akhirnya Ia lepas dari genggaman bodyguard itu. Tuti lalu segera berlari sangat cepat. Begitu juga dengan Bodyguard Pak Ardo dan Pak Ardonya sendiri.
Tuti terjatuh tersandung batu bata. Kakinya yang tanpa alas, terluka parah hingga Tuti tak sanggup lagi berlari. “Mau kemana lagi kamu Tuti?” tanya Pak Ardo sambil menjulurkan pistolnya kearah Tuti. Tuti hanya diam tidak bicara, Tuti pasrah jika saat itu ia akan mati ditembak Pak Ardo. “Aku sudah geram dengan kamu Tuti!!” Pak Ardo lalu menekan pelatuk pistolnya.
DOORRRR!!!
Pandangan Tuti gelap. Ia mulai membuka matanya perlahan dan dipandangannya terlihat seorang wanita tua terbaring tak berdaya di dihadapannya dengan dadanya penuh dengan darah. Akibat peluru yang ditembakkan Pak Ardo tadi. Kepala Mbah Inah segera ditengadahkan di pangkuan paha Tuti. Pak Ardo segera lari melihat Mbah Inah yang tertembak oleh pistolnya.
Tuti mengoyak ngoyak tubuh Mbah Inah supaya sadar tapi Mbah Inah tetap menutup matanya. Tuti pun menangis hingga air matanya jatuh di wajah Ibunya itu.
Tidak lama kemudian, tangan Mbah Inah mulai bergerak, lalu Ia berusaha membuka matanya pelan pelan. Ia melihat Tuti yang sedang menangisi dirinya. “kamu kenapa menangis toh ndo?” tanya mbah Inah tertatih.  Tuti terkejut melihat ibunya tiba tiba bangun “Ibu! ibu jangan pergi bu!! Ibu harus kuat ya, Tuti bakal gendong Ibu kerumah sakit sekarang. Ayok bu” ujar Tuti sambil mulai mengangkat tubuh Mbah Inah Inah yang tak berdaya “ nggak usah Ndo, ibu nggak bisa lama lama lag, ibu pesan ke kamu jaga dirimu baik baik dan anakmu juga ” ujar Mbah Inah lalu menghembuskan napas terakhirnya dipangkuan Tuti.. “ibuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!” teriak Tuti menagis dan memeluk Mbah Inah…

-TAMAT-

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone