Cerpen: Kotak Musik Untuk Jita
KOTAK MUSIK UNTUK JITA
Sebelumnya aku tidak mengenal dia. Tapi sepertinya takdir berkehendak lain dan menuntutku untuk harus mengenalnya. Aku tak tau pasti kenapa perasaanku selalu tidak karuan jika melihatnya. Perasaan ini berbeda, tidak seperti biasanya. Aku suka dengan cowo tampan itu. Perawakannya tinggi, kulitnyanya putih.dengan rambutnya yang cepak membuat ia terlihat lebih gagah dan peranginya pun baik. Dia dapat dikatakan perfect untuk cowo berumur 17 tahun. Dia sangat berbeda dengan teman-teman sebayanya. Dia cowok yang nggak neko neko, memang dia sedikit cuek tapi ini membuatku percaya kalau dia itu bukan cowo yang gak genit tidak seperti cowo cowo lain yang tidak bisa melihat cewe bening sedikit pun.
Oia namaku Jita Alexandria. Cewek paling bodoh karena menyia nyiakan cinta sejatiku dengan Cuma Cuma.
Pertemuan pertama aku dengan-nya, saat sedang nonton dia latihan basket dilapangan. Sebenarnya ini dapat dikatakan pertemuan atau pun kebetulan karena saat itu aku tidak sengaja melempar bola basket ke kepalanya hingga ia hampir pingsan. Aku sebenarnya tidak berniat untuk sengaja melempar bola itu ke ke kepalanya. Aku hanya ingin mengembalikan bola yang keluar dari lapangan, itu juga bolanya yang keluar tadi hampir mangenai kepala aku tapi untungnya aku dapat menghindar, mungkin itu karma buat dia yang melempar bola. Waktu itu memang aku sangat merasa bersalah kepadanya karena aku takut kalau dia marah. Tapi ternyata dia hanya tersenyum saat aku menghampirinya dan meminta maaf. Penilaiannku kepadanya ternyata salah. Dia sangat ramah dan baik, dia sama sekali tidak marah kepada ku malahan dia yang meminta kepadaku. Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba dia minta maaf kepada aku? Apa mungkin lemparan aku tadi membuatnya amnesia. Hmm.. hanya dia yang tau.
Sejak kejadian pelemparan bola basket itu aku jadi makin akrab dengannya. Aku pun yang sebelumnya tidak tahu siapa namanya. Sekarang aku sudah tahu. Namanya itu Zanik Kafaro. Keren kan namanya? Sekeren orangnya juga. Hampir setiap hari aku selalu berangkat sekolah bareng dengan Zanik. Karena rumahnya masih satu komplek dengan rumahku.
Hubunganku dengan Zanik memang hanya sebatas sahabat. Tapi aku sangat heran dengan perasaan ku sendiri. Perasaanku berkata kalau Zanik itu adalah cinta senjatiku. Tapi itu tidak boleh terjadi. Walaupun aku suka dengannya belum tentu juga dia suka dengan ku. Daripada aku sakit hati karena cintaku yang nggak tersampaikan, lebih baik aku simpan perasaan ini saja dulu sampai dia juga memiliki perasaan yang sama denganku.
Nanti sore Zanik mengajak ku menemaninya beli novel. Sebenarnya aku tidak bisa karena harus mengerjakan tugas sekolah. Tapi Zanik yang ngajak aku tidak enak kalau menolaknya. Di toko buku Zanik sibuk sekali mencari novel yang ia cari hingga akhirnya ia mendapatkannya. Zanik lalu menunjukkan novel yang telah dipilihnya kepadaku. “ Ta, novelnya bagus nih judulnya Friend be Love” Ujar Zanik sambil menunjukkan novelnya kepadaku. “bagus itu nik, aku udah pernah baca juga itu novelnya” ujarku soktahu. Padahal aku tidak pernah baca novel yang ditunjukkan Zanik tadi. “hah? Kamu udah baca? Aku telat dong padahal kan ini baru launching kemarin. Kalo gitu aku minjem punya kamu dah ya.” Ujar Zanik sambil membalikkan badan untuk mengembalikan novel itu ke raknya semula. Aku kebingungan harus ngomong apa? Kenapa tadi aku harus bohong sama Zakni tentang novel itu? Ini semua diluar scenario. ahhhh Bodoh kamu Ta!! Bodoh!! . “tunggu dulu Zak, aku baru inget kalau novel aku masih dipinjam sama sepupuku maaf aku lupa ” ucapku menghentikan langkah Zanik lalu ia membalikkan badan kembali kearah ku. “yah, yaudah gapapa aku beli ini aja” ujar Zanik bergegas menuju kasir. Huuuu.. untung saja aku bisa ngeles. Terima kasih tuhan telah membantuku walaupun ini sama saja berbohong. Tapi kalo sekali kali gapapa ding.
Diperjalanan pulang Aku dan Zanik mengisinya dengan obrolan dan juga canda yang dibuat Zanik. Zanik itu ternyata anaknya humoris, sebelumnya Aku mengira kalau dia itu JAIM tapi.. lagi lagi aku salah menilai Zanik. Perjalanan pun tidak terasa hingga aku sudah tiba didepan rumah. Aku lalu pamit pulang ke Zanik dan keluar dari mobil lalu meninggalkannya.
Dikamar. Seperti biasa anak anak remaja jaman sekarang kalau lagi seneng menjalani salah satu harinya itu ngapain? Nulis diary? Ya aku menulis diary ku hari ini. Aku senang sekali bisa jalan bareng Zanik walaupun sekedar membeli novel, tapi aku nggak peduli. Menurut ku y ang penting aku bisa jalan bareng dengan dia.
Disekolah..
Aku belum melihat Zanik melintas depan kelas ku. Aku bingung, seharusnya kan dia sudah lewat sini tapi kenapa dia belum datang juga. Apa mungkin dia sakit? Bolos? Ah tapi tidak mungkin kalau dia bolos. Ya , iya dia mungkin sakit hari ini. “GWS ya Zanik” ujar ku dalam hati.
Jam istirahat berbunyi. Aku dan Dila segera meluncur ke kantin. Dikantin aku melihat Zanik dengan teman-temannya sedang asyik menyantap bakso yang dipesannya. “Kenapa dia masuk? Kan dia sakit?” tanyaku dalam hati. Mungkin Zanik tadi telat. “Hmm.. tapi ko nggak seperti biasanya kalo Zanik telat? Kenapa ya dia?” tanyaku lagi dalam hati. “WOIII bengong ajah lu Ta” ujar Dila mengejutkanku. “oh nggak papa ko. Ayok kesono tuh bangkunya ada yang kosong” ujarku sambil menunjukk bangku kosong yang berada tiga meter dari bangku Zanik sekarang. Dila tanpa mengajak ku dia dengan cepat menuju bangku itu “ng..iyaudah yuk cepat “ ujar Dila.
***
Singkat cerita. Hari ini Zanik ulang tahun. Tepatnya ulang tahun yang ke 17. Aku berniat untuk memberi kejutan untuknya. Tapi aku masih belum tahu, apa yang harus aku hadiahkan ke Zanik. Aku harus ke tanya siapa? Oh iya Zidan!! Iya Zidan. Aku harus nanya ke Zidan. Zidan itu sahabat karibnya Zanik. Pasti dia tau segalnya tentang Zanik.
Aku pun menemui Zidan di lorong koridor yang sedang asyik mencet mencet tombol BBnya, kayaknya dia lagi BBMan atau mungkin dia lagi sibuk kagak ngerti main BB. AHH tapi sudahlah. kenapa aku ngebahas masalah nggak penting gini ? . Kembali ke topic awal mencari hadiah yang paling disukai Zanik. Aku segera menghampiri Zidan yang masih kesulitan dengan BBnya. “Dan, boleh nanya nggak?” ujarku sambil memukul pundak Zidan. “hehh, apaan ngagetin gua ajah lu dateng dari belakang tiba tiba. Nanya apaan lu?” ujar Zidan terkejut. Mukanya Zidan kocak abis tadi dikagetin. “ng.. si Zanik ulang tahun ya hari ini ?” tanyaku.”lu ko tau? Hmm suka yaa ? ” ujar Zidan dengan nada meledek. Wajah Zidan tambah kocak kalo lagi ngledek. “kagak ko gua mau nanya ajah. Kan gua mau ngasih hadiah ke dia” ujarku. Percakapan ku dengan Zidan pun selesai dengan keringat yang mrluncura deras dari wajahku. Bagaimana tidak mau keringatan, Zidan tuh ternyata batu banget, aku hanya nanya tentang kesukaan Zanik tapi harus bayar. Bayarnya nggak nanggung nanggung pula, dia buka harga 50 ribu. Aku kaget hampir membuat jantung ku lompat tiba tiba. Tapi semua dapat ku atasi dengan baik. Memang mau tidak mau aku harus membayar. Jadi aku pun membayarnya, tapi hanya bayar 5000. Aku bilang kalo aku ngutang dulu kapan kapan gantiinnya(zidan terlalu bodoh). Sebenarnya di balik kebodohannya Zidan itu masih ada kebodohan lagi. Seperti pribahasa berkata diatas langit masih ada langit.
Aku pergi ketoko pakaian. Aku ingin membelikan Zanik kemeja. Tadi kata Zidan kemeja yaudah aku ikuti kata kata dia itu walaupun aku masih ragu ragu. Setelah 1 jam mondar mandir nggak jelas. Akhirnya pilihan ku tertuju dengan kemeja
Zanik mengajakku hari ini datang ke pesta ulang tahunnya nanti malam dirumahnya. Aku pun mengacak ngacak seluruh pakaian yang ada didalam lemariku. Aku masih bingung mencari pakaian yang pas untuk ku malam ini. Tapi setelah hampir 1 jam 30 menit aku mencocok cocokkan akhirnya terpilihlah dress warna merah jambu. Aku pun berangkat kerumah Zanik tidak lupa membawa kado ulang tahun yang sudah aku buat sedemikian bagus untuknya. Aku berharap hadiah ini bakal jadi hadiah terindah untuknya.
Sesampainya dirumah Zanik aku disambut baik oleh keluarganya terlihat juga teman teman sekolah ku yang sudah datang lebih awal. Begitu juga dengan Dila yang sedang asyik ngobrol dengan Zanik. Aku pun menghampiri Zanik dan Dila. “ hey Zan, happy birthday ya semoga panjang umur sehat selalu moga moga cepet dapet jodoh hehe” ujar ku samnil menyerahkan kado ke Zanik. “wahh terima kasih banyak nih ta ” ucap Zanik sambil merenggut kado yang aku serahkan. “iyaa sama sama Zan” ujar ku sambil menampang kan senyum semanis mungkin kearah Zanik.
Acara pun dimulai. Hingga acara tiup lilin dan Pemotongan kue. Zanik memotong kue ulang tahunnya dengan pisau. Ia pun disuruh oleh semua orang yang hadir supaya memberikan sepotong kue itu kepada orang yang istimewa untuknya. Sebenarnya aku sangat berharap kalau Zanik akan memberikan potongan kue itu kepada ku.
What? Sepertinya impian ku akan terwujud karena Zanik tiba tiba melihat kearah ku. Aku salting. Aku nggak bisa gerak sama sekali hingga ia berjalan menuju tempatku berdiri. Semakin dekat dekat, dekat, dekat, brukkk!!!! Hatiku hancur jadi 5 bagian karena ternyata sepotong kue itu diberikan untuk Dila. “Dila ? kenapa harus dia siii!!!!” gerutu ku dalam hati. Aku yang kecewa dengan Zanik, aku segera meninggalkan acara itu tanpa pamit terlebih dahulu.
Aku lari tunggang langgang meninggalkan rumah Zanik. Dengan rasa kekecewaan yang sangat mendalam.Aku kecewa kenapa harus teman ku sendiri yang menghalangiku untuk mendapatkan pria idaman ku. Aku pun menyebrang jalan tanpa lihat kanan kiri, tak kusadari dari arah barat sebuah mobil avanza melaju dengan cepatnya. Aku hanya diam terpaku melihat mobil itu melaju seakan ada yang menahan ku untuk berlari. Mobil itu pun semakin dekat. “AWASSSSSSSSS JITAAAAA!!!” BRAKKK!!!BRUKK!! Aku terhempas sekitar 10 meter dari tempatku berdiri. Mobil avanza itu kabur tanpa tanggung jawab setelah menabrakku.
Tangan ku tidak dapat digerakkan sepertinya tanganku patah. Kaki ku juga berlumuran darah. Tapi Aku masih beruntung karena tidak meninggal dunia. Seketika aku terkejut dan sangat terkejut. Aku melihat Zanik tergelepak tak berdaya di tengah jalan dengan kepalanya yang berlumuran darah. Orang orang yang di dalam rumah berhamburan keluar untuk menolong ku dan Zanik tentunya. Kami dibawa kerumah sakit terdekat.
Aku tidak percaya ini. Dila tiba tiba menghampiri ku yang sedang di ruang perawatan dan mengatakan kalau Zanik sudah meninggal. Zanik terkena pendarahan hebat dikepalanya setelah membentur aspal. Aku tidak tahu pasti kejadian yang menimpa Zanik tadi karena aku sama sekali tidak melihat. Apa mungkin Zanik menolong ku? Tapi mana mungkin dia menolongku.
“Zanik kenapa bisa meninggal? Kenapa Dil?” tanya ku tergesah gesah. “Zanik meninggal karena menolong kamu ta, dia lari ketengah jalan dan mendorong kamu kepinggir jalan lalu Zanik tidak sempat menghindari mobil yang melaju kencang itu akhirnya ia tertabrak” Ujar Dila panjang lebar. “Jadi gara gara aku? Aku berarti pembunuh?” ujar ku lirih. Air mata ku pun berlinang di pipiku. “nggak ta, kamu bukan pembunuh. Zanik melakukan itu ke kamu karena dia sayang sama kamu. Sebenarnya malam ulang tahunnya ini ia ingin bilang ke kamu kalau dia suka sama kamu tapi waktu kamu tadi lari meninggalkan kita kita dia langsung mengejarmu hingga akhirnya ya beginilah ia meninggal ” .”tapi bukannya kamu pacarnya Zanik? Kamu kan tadi--” . “Aku pacarnya Zanik? Mana mungkin aku suka sama dia, dia sering curhat ke aku kalau dia itu suka sama kamu waktu pertama kali lu berdua ketemu di lapangan basket. Kalo tadi masalah kue ? itu dia sebenarnya ingin ngasih kue nya ke kamu tapi dia masih malu jadi dia ngasihnya ke aku”.” Jadi semuanya salah paham? “ ujar ku dengan wajah penuh penyesalan. “iyaa itu semua salah paham. Oh iya ini titipan dari Zanik. Aku pulang dulu ya ta semoga kamu cepat sembuh. dahhh” ujar Dila sambil meletakkan sebuah kotak hadiah di samping tubuhku yang sedang berbaring di ranjang dan segera berjalan meninggalkan ku sendiri.
Aku buka kado itu. Isi kado itu ternya sebuah kotak music yang bila di tekan tombolmya akan mengeluarkan bunyi sesuatu. Aku pun menekan tombol kotak music itu. “Aku sayang kamu Jita kamu mau kan jadi pacar aku” suara kotak music itu membuat ku menangis. Aku benar benar menyesal dengan perbuatan ku tadi. Andaikan aku tadi tidak kabur pasti Zanik tidak mungkin meninggal kan aku untuk selama lamanya. Maafkan aku Zanik..
-TAMAT-