123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Jumat, 19 April 2013

Cerpen:Perempuan Penjual Bunga


PEREMPUAN PENJUAL BUNGA
“BADRIIIII….!!” Teriak ibu Badri dari dapur.
“Apasi Bu? Pake segala teriak-teriak kayak tarzan ajah” ujar Badri kesal.
“Tolong Belikan ibu bunga Dri ”
“Dimana ? Badri gatau bu. Ibu ajah napa, Badri lagi mager banget nih”
“di jl teratai sana. Kalau kamu nggak mau, ibu stop uang jajanmu 1 bulan” ujar ibu Badri dengan nada mengancam.
“yaelah Bu iyadah iya . Mana duitnya?” Ujar Badri ketus. “Oia mau beli bunga apa Bu?”
“Bunga mawar putih Dri”

Ibu Badri memang sangat menyukai bunga. Wajar saja kalau di setiap sudut rumahnya selalu di penuhi bunga. Ini kadang membuat Badri risih, Badri paling benci sama yang namanya bunga. Ia benci bunga karena alergi terhadap tumbuhan indah itu, setiap kali bunga dekat kewajahnya dia selalu bersin. Oleh karena itu Badri tadi menolak disuruh beli Bunga, tapi karena ancaman ibunya mau tidak mau dia harus mau.

Badri melihat dipinggir jalan samping trotoar perempuan cantik yang menjual berbagai macam bunga. Bunganya ditata rapih diatas gerobak. Melihat ada penjual bunga Badri segera memarkir vespanya dekat gerobak bunga itu.
“cantik cantik ko jualan bunga ya? Dipinggir jalan pula. Awas mba kena polusi ntar cantiknya ilang” ujar Badri dalam hati.
“Mba, beli bunganya dong” Ujar Badri sambil memilih milih bunga yang dipesan Ibunya tadi. Tidak lupa Badri memakai masker untuk antisipasi jika tiba-tiba ia bersin
“iya mas mau beli bunga apa? ” tanya perempuan itu.
“Bunga mawar putih mba nih yang ini”Ujar Badri sambil menunjukkan 3 ikat bunga yang sudah dipilihnya.
“oh bunga mawar putih yaudah sini bunganya saya bungkus plastik dulu”
“udah mba nggak usah nih uangnya mba” ujar Badri sambil memberikan uang 20.000.
“uangnya berapa nih mas?” tanya Perempuan itu.
“loh ini 20.000 mba” ujar lagi Badri.
“nih kembalinya mas” Perempuan itu menyerahkan uang sepuluh ribuan dan lima ribuan.
“loh ko banyak banget kembalinya? Gua kan beli 3. Biasanya 15 rebu” ujar Badri dalam hati sambil menatap wajah perempuan itu.
“mba..mba kembalinya kebanyakan nih” Ujar lagi Badri sambil memberikan uang sepuluh ribunya.
“makasih mas ya. Saya nggak tau”
“mm..iya iya mba samasama ” ujar Badri lalu meninggalkan Perempuan itu.

Setelah membeli bunga Badri langsung menancap gas melaju pulang kerumahnya. Diperjalanan ia masih menghayalkan wajah perempuan tadi. Sepertinya Badri jatuh cinta pada perempuan itu. “ah ngapa gue jadi mikirin dia si ?” tanya Badri dalam hati.

Di lorong koridor kampus..
“Dan, lu tau nggak tadi gue ngeliat cewek cantik banget sumpah” Ujar Badri sambil merangkul Bondan.
“wehh.. tumben nih temen gue yang satu ini ngomongin cewek. Biasanya juga lu ngomongin cowok ganteng mulu hehe ” Ujar Bondan meledek.
“sialan lu !! kali ini gue serius Dan. Kayaknya gue suka dah sama dia. Tapi gue masih bingung kenapa gue tiba-tiba suka sama cewek ituya?” tanya Badri heran.
“mungkin cewek itu cinta sejati lu kali. Emang siapa si?” ujar Bondan sambil asyik memainkan pspnya.
“cinta sejati? Cewek itu penjual bunga Dan. Dia biasanya jalan di jl teratai deket rumah gue”
“Tukang bunga? Lu yakin ? aduh Dri, Dri. Gue kira dia anak kampus ini tapi malah penjual bunga. Lu nggak salah milih kan? Lu ganteng Bro tapi lu bego milih ceweknya. Mending lu ikut Take Me Out dari pada sama tukang bunga itu” ujar Bondan panjang lebar dan merasa sok paling bener.
“ Tukang bunga yang ini beda Dan. Dia cantik, manis, dan yang paling gue seneng dari dia tuh lesung pipinya. Serasa pengen gue cubit tuh pipinya” Ujar Badri.
“Secantik cantiknya cewek tetep ajah kalo lagi beol tampangnya jelek haha” Ujar Bondan dengan nada candaan.
“nyesel gue ngomong sama lu Dan. Gue ke kelas dulu ah males gue ama lu” ujar Bondan sambil berlari meninggalkan Bondan yang masih asyik dengan PSPnya.
“woii Dri jangan marah dong. Tungguin Gue” Bondan lari mengejar Badri. Tapi karena badannya terlalu besar alias gendut baru 5 kali langkah ajah udah capek.
  
Dikelas..
Badri asyik menari-narikan tangannya di atas kertas kosong berwarna putih. Dia menggambar bunga mawar putih. walaupun gambarnya nggak ada bentuknya sama sekali Ia tetep meneruskan gambarnya. Bisa dibilang masih mending gambar anak TK al-azhar dari pada gambar bunga yang Badri gambar itu. Badri menggambar bunga itu karena mengingat kejadian tadi pagi. “ko gue jadi galau gini yaa? Apa mungkin gue fall in love? ” tanya Badri dalam hati.
*BUUUKK*
“Awww. Lu ngapa mukul gue Dan ? sakit bego!!” ujar Badri ketus.
“hah ague lucu ajah sama lu. Dari tadi gue liat lu gambar bunga jelek banget sumpah kalo gue nila 1-10 Itu gue nilai 5. Berarti lu remed Dri haha” Ujar Bondan mengejek gambar bunga yang dibuat Badri tadi.
“ah kampret lu Dan. Gue tiba tiba kangen banget sama itu penjual bunga Dan” ujar Badri sambil melihat gambarnya yang tidak karuan wujudnya.
“hmm.. kayanya kali ini gue harus bantu lu nih Dra. Gue nggak mau ngeliat lu galau mulu. Ayok gue temenin lu ke penjual bunga yang lu bilang itu” ujar Bondan sambil menarik tangan Badri yang sedang memegang kertas hingga kertas itu pun terjatuh di lantai.
“tunggu dulu Dan. Kertas gue jatoh” Ujar Badri  sambil mengambil kertas yang tergeletak di lantai.
“kertas gambar jelek ajah masih diambil. Yaudah ayok cepet”

Mereka pun segera ke parkiran menjemput motornya masing-masing. Sampai di parkiran mereka segera menghidupkan motor lalu melaju ke tempat perempuan penjual bunga itu berada. Badri melaju dengan motornya sangat cepat seakan-akan dia sudah tidak sabar menunggu pujaan hatinya itu walaupun masih berlabel calon. Badri sampe lupa kalo Bondan tertinggal jauh di belakang.

Singkat cerita mereka tiba di tempat jualan bunga yang tadi Badri beli. Tapi hanya terlihat gerobak yang diselimuti dengan terpal warna biru. Badri melihat arlojinya. Ternyata sudah jam 5 sore. Badri lalu menanyakan keberadaan perempuan itu ke abang-abang batagor yang précis berada disamping gerobak bunga.
Badri menghampiri abang-abang batagor yang sedang sibuk melayani pelanggannya“Permisi bang, numpang nanya?” tanya badri.
“boleh mas mau nanya apa?”tanya balik abang batagor.
“Dri, lu mau beli batagor?” tanya Bondan berbisik ke Badri.
“Lu diem dulu Dan gue lagi ngomong sama abang ini nih” ujar Badri dengan wajah kesal karena mengganggu percakapannya dengan Abang batagor.
“oia bang, saya mau nanya perempuan yang jual bunga ini kemana ya? Udah pulang dari tadi?” ujar bondan sambil menunjuk tangannya kearah gerobak bunga.
“oh.. mbak intan. Mbak intan barusan saja pulang mas”
“baru pulang bang? Tapi abang tau nggak rumahnya dimana?” tanya Badri penasaran.
“iya baru sekitar 10 menit yang lalu lah. Tapi saya kurang tau rumahnya mbak intan mas”
“oh yaudah yak bang makasih” wajah Badri sontak memelas karena intan(penjual bunga) sudah pulang. Badri segera meninggalkan warung batagor lalu menghampiri motor yang diparkir tidak jauh dari warung batagor. Badri lalu duduk di tepi trotoar dengan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “kenapa gue jadi nggak karuan gini? Kenapaa? Kenapaa? Kenapa gue harus begiinii!!!!!” gerutu Badri dalam hati.

Bondan datang menghampiri Badri yang sepertinya sangat terpukul “Udahlah Bro besok juga masih bisa ketemu kan? Kalo emang jodoh ya nggak kemana walaupun lu tinggal dihutan kalo itu jodoh lu, dia nggak bakal kemana-mana ” Ujar Bondan menyemangati Badri sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Badri berdiri.
“bener juga kata lu Dan. Besok gue kesini lagi dah” ujar Badri sambil menyambut uluran tangan Bondan.
“nah gitu dong. Baru ini sahabat gue ayok kita pulang”

Badri dan Bondan lalu meninggalkan tempat itu.

***
Keesokan paginya Badri berangkat kuliah lebih awal yang seharusnya jam 10 dia sudah berangkat jam setengah 7 karena ingin bertemu Intan di tempatnya berjualan bunga. Sampai di tempat Intan berjualan. Kehendak berkata lain, kondisinya masih sama seperti kemarin dengan gerobak yang seharusnya sudah tertata rapih dengan bunga-bunga yang cantik tapi masih tertutup rapat oleh terpal. Tapi Badri berpikir positif, kalau Intan belum berangkat atau macet dijalan.
1 jam berlalu. Badri masih setia menunggu duduk di tepi trotoar sambil melihat keramaian kendaraan yang berlalu lalang.
Badri melirik arlojinya. Jarum jam sudah menunjuk kearah jam setengah 10. Badri mulai lelah menunggu Intan. Dia menunggu 5 menit lagi kalau tidak ada dia segera jalan kekampus. 5 menit pun berlalu, Badri segera menghidupkan motornya lalu meluncur menuju kampus dengan wajah yang sangat kecewa.

Dikantin kampus…
“Bro, gimana tadi udah ketemu penjual bunga itu? “ tanya Bondan sambil duduk disamping Badri.
“maksud lu Intan? ” tanya balik Badri.
“iya Intan Intan itulah. Gimana kata dia? Dia mau jadi pacar lu? ” Tanya Bondan lagi. Tapi pertanyaan Bondan sepertinya tidak digubris  oleh Badri. Badri hanya diam seribu bahasa sambil memainkan sedotan yang ada di gelas berisi teh manis.
“woiii Bro jangan diem ajah gue nanya nih!” ujar Bondan membuyarkan lamunan Badri.
“oiaa iya..iya Dan. Gue lagi mau sendiri dulu Dan sory ya gue nggak mau diganggu dulu” ujar Badri segera meninggalkan Bondan.
“Badri..Badri gara-gara cewek lu jadi kaya gini” Bondan menggelengkan kepala sambil meminum jus mangga yang barusan ia pesan.

Diparkiran..
“Woii Bro lu mau pulang? Apa mau coba ke tempat jualan si Intan itu?”  ujar Bondan memberikan Saran ke Badri supaya mampir ke tempat Intan jualan.
“nggak usah Dan, gue mau pulang ajah” jawab  Badri lirih.
“yaudah kalo gitu. Lu hati-hati Bro, gue nggak mau lu gara-gara cewek jadi nggak ada semangat begini”
 Tanpa mendengarkan saran Bondan, Badri langsung pulang tanpa pamit kepada Bondan.

***
Seminggu berlalu..
Sore itu Badri bersepeda dengan sepeda fixie berwarna merahnya. Saat sedang melintasi jl kenangan Ia melihat sesosok perempuan memakai sweater merah. Perempuan yang selama ini Ia cari-cari. Iya itu dia intan. Intan berjalan sendiri di trotoar dengan tongkat yang membantunya berjalan. Badri segera mendekati Intan.
“ko Intan pake tongkat ya? Apa dia nggak bisa liat?” Tanya Badri heran.
“heii mbak Intan” panggil Badri ramah.
“hei juga, siapa ya ? ” ujar Intan.
“ini aku mbak yang kemarin beli mawar putihnya mbak. Ngomong-ngomong mbak mau kemana ? ”
“oh si mas yang beli bunga aku toh. Aku mau pulang nih mas, emang kenapa ya?” ujar Intan lagi.
“oh mau pulang, ikut aku yuk tan ke taman villa enak loh disana danaunya bagus. Kamu naik sepeda aku nih” Ujar Badri mengajak Intan sambil menunjukkan sepeda supaya mau ikut dengannya ke taman.
“maaf mas aku nggak bisa ngeliat apa-apa. Aku nggak bisa naik sepeda, aku pulang ajah maaf mas ya” ujar Intan menolak ajakan Badri.

Badri terkejut mendengar pengakuan Intan kalo dia tidak dapat melihat. Tapi Badri tetap suka dengan Intan walaupun Intan tidak dapat melihat apapun. Badri sangat menghargai pengakuan Intan tadi kepadanya. Bagi Badri fisik itu tidak penting yang penting adalah rasa sayang yang tulus. Buat apa fisik sempurna kalo hanya menyakiti? Iyakan? Lebih baik fisik cacat dari pada hati yang cacat.

“maaf tan aku nggak tau kalo kamu ngga bisa mel---” ujar Badri tidak melanjutkan kata-katanya karena tidak enak dengan Intan.
“oh nggak papa ko mas. Aku pulang ajah ya mas Dahhh!!”  Ujar Intan melanjutkan perjalanannya dibantu dengan tongkatnya.
“Tunggu tan!!” Ujar Badri menghampiri Intan.
“apalagi si mas? Aku mau pulang. Kalo mas mau jalan-jalan ketaman sendiri ajah ya mas” ucap Intan lembut.
“Ayodong Tan pliss sekali ini ajah ” ujar Badri sambil memegang lengan Intan.
“mm..yaudah deh aku mau tapi kali ini ajah ya?”
“yess!! Nah gitu dong”
“terus kamu naik sepeda? Aku jalan ? jahat ihh” tanya Intan.
“ya nggaklah ntar sepedanya aku tuntun ” jawab Badri sambil mengulurkan tangannya. “ayok jalan”
“iyaa mas”

Ditaman villa..
Mereka duduk di pinggir danau. Mereka berbincang-bincang seru hingga Intan curhat tentang ibunya yang meninggal seminggu kemarin karena sakit stroke. Oleh sebab itu selama seminggu dia tidak jualan karena harus pulang kekampung halamannya. Sekarang Intan tinggal dirumahnya bersama adiknya yang duduk dibangku smp kelas 3. Intan juga curhat ke Badri kalau ia ingin sekali bisa melihat seperti manusia biasa. Dulu waktu intan masih smp, Ia masih bisa melihat tapi karena matanya alergi dengan cahaya matahari lama-kelamaan matanya pun semakin rusak dan tidak bisa melihat. Walaupun tidak bisa melihat, ia sangat semangat dalam bekerja mencari uang untuk menafkai adiknya bersekolah. Karena ia tidak ingin terbelenggu dengan kebutaanya ini.
Mendengar curhatan dari Intan. Badri sangat sedih dan tersentuh hatinya untuk membantu. Tapi Badri bingung harus bantu apa? .
“oia tan kamu nggak mau operasi mata emang? Biar bisa melihat lagi gitu” tanya Badri.
“pasti si mau mas tapi saya nggak punya cukup uang untuk operasi. Boro-boro operasi makan ajah aku masih sulit” ujar Intan terlihat ia meneteskan air matanya. Ia sedih karena tidak bisa melihat seperti orang-orang lainnya.
“eh kenapa kamu nangis tan. Maaf kalo aku salah ngomong ya” ujar Badri sambil menyingkirkan butiran bening di wajah Intan.
Intan lalu  menyingkirkan tangan Badri yang berada diwajahnya “ngg.. nggak papa ko ayok kita pulang. Udah lama kita disini adik aku kayanya udah nunggu dirumah”  ujar Intan.
“yaudah yuk. Nih tongkat kamu. Aku antar ya sampai rumah?”
“nggak usah ko mas”
“udah nggak papa ntar kamu nyasar lagi ayok”
“yaudah deh kalo masnya maksa lagi”

***
Semenjak Badri jalan jalan dengan Intan ke taman. Ia selalu mampir ke tempat Intan jualan. Setiap hari ia selalu beli 1 tangkai bunga mawar. Dari benak hati Badri, ia sangat ingin membantu Intan untuk operasi. Oleh karena itu akhir-akhir ini Badri sedikit menyisihkan uangnya untuk membantu Intan. Sampai-sampai Badri rela kerja di sebuah toko makanan menjadi seorang pelayan. Badri memang sungguh-sungguh ingin membantu Intan supaya dapat melihat kembali.
Singkat cerita 1 tahun berlalu. Uang yang dikumpulkan Badri dari gaji, jual motor Honda tigernya dan semua tabungan sudah terkumpul semuanya 20 juta. Badri dengar-dengar dari teman-temannya kalau ingin operasi mata membutuhkan uang 30juta. Berarti 10 juta lagi yang harus dikumpulkannya. Badri sudah tidak punya uang lagi, satu satunya cara supaya dapat tambahan uang, dia harus pinjam.
Badri mencoca meminjam uang 10  juta oleh ayahnya. Walupun ayahnya pertama sulit untuk dipinjamkan uangnya tapi setelah dibujuk-bujuk oleh Badri akhirnya ayahnya meminjamkan 8 juta. “masih kurang 2 juta lagi!! Gue harus minjem ama siapa lagi?” tanya Badri dalam hati. “BONDAN!! Iya si Bondan gue haru minjem sama dia” ujar Badri dalam hati.
Keesokkan harinya Badri dipinjamkan uang 2 juta oleh Bondan walaupun Bondan ikhlas  nggak ikhlas ngasihnya tapi karena temen Bondan sepertinya ikhlas walupun sedikittttt…

Pagi ini sebelum berangkat sekolah Badri akan menyerahkan uang yang telah ia kumpulakan selama ini ke Intan.
Ditempat Intan berjual bunga…
“Tan, aku beli bunga ini nih ” ujar Badri sambil menunjukkan Bunga mawar putihnya walupun Intan tidak melihatnya.
“Bunga mawar putih pasti? Iya kan?” tanya Intan.
“hehehe tau ajah kamu”
“iyalah kamu kesini kan cuman beli bunga mawar putih doang”
“oia nih aku ada sedikit rejeki buat operasi mata kamu” Badri menyerahkan amplop coklat tebal berisi uang 30 juta ke tangan Intan.
“buat apa Dri? Aku nggak mau ngerepotin kamu mulu ah. Nih aku balikin” Intan menyerahkan amplop itu ke Badri lagi.
“tolong kamu terima tan, ini uang sudah aku kumpulkan hanya buat kamu. Aku ingin kamu bisa melihat lagi. Aku ingin kamu seneng tan, kalo kamu nggak terima aku akan marah seumur hidup sama kamu. Pliss tolong kamu terima uang ini. Aku sayang kamu tan” Ujar Badri sambil menggenggam tangan Intan.
“tapi aku ---” Intan tidak bisa bicara apa-apa lagi. Dia terlihat sedih hingga air matanya pun mengalir.
“udah dong jangan nangis ya. aku mau berangkat kuliah dulu bye Intan. Oia nanti kalo udah sembuh kita ketaman lagi ya. Kita ketemu lagi kalo kamu udah operasi oke” ujar Badri sambil meninggalkan Intan yang masih menangis terharu.

Singkat cerita 3 tahun berlalu. Badri pulang ke Indonesia setelah melanjutkan studynya di jepang. Ia ingin sekali bertemu dengan Intan. Sesampainya dirumah ia menjemput sepedanya lalu bergegas ke tempat Intan berjualan. Ia benar-benar sudah tidak sabar bertemu Intan. Selama 3 tahun terakhir ia selalu memikirkan keadaan Intan dan ini saatnya ia bertemu dengan pujaan hatinya itu walaupun belum jadian.
Tiba ditempat Intan berjualan. Badri diam tanpa kata melihat tidak ada apa pun di pinggir jalan yang biasa Intan menjajakan bunganya. Disana hanya terlihat halte bis yang 3 tahun lalu belum ada. Semuanya banyak pengalami perubahan setelah 3 tahun lamanya. Badri nggak tau harus ngapain lagi. Dia sandarkan sepedanya di depan halte lalu ia duduk. Badri seperti tidak ada semangat hidup lagi, sebenarnya ia pulang dari studynya untuk melamar Intan tapi sepertinya bukan jodohnya.
Badri pun bergegas pulang karena langit sudah terlihat gelap angin pun bertiup sangat kencang sepertinya akan turun hujan deras. Diperjalanan ia melihat toko bunga bernama INTAN FLOWER. Badri pun mampir ke toko itu, ia melihat lihat bunga bunga yang tersusun sangat cantik di rak-raknya. Seperti biasa Badri mengambil seikat bunga mawar putih.
“mau beli bunga mawar putih mas?” terdengar suara perempuan dari balik tubuh Badri.
Badri menengok kebelakang“intan?” ujar Badri terkejut melihat Intan.
“loh ko tau nama saya? ”tanya Intan heran.
 “Ini aku Bad---” sebelum Badri meneruskan ucapannya. tiba-tiba pria tinggi putih mengenakan jas menghampiri Intan”Sayang, ayok kita pulang. Tokonya udah dijaga sama tagor kamu nggak usah capek capek jaga toko hari ini” Ujar pria itu ke Intan.
Badri hanya tersenyum menahan sakit hatinya melihat Intan dengan pria itu.
“kamu kenal pria itu sayang?” ujar pria itu lagi sambil menunjuk ke Badri.
“nggak ko kita nggak saling kenal. Permisi saya mau keluar” seru Badri sambil meninggalkan Intan dan pria itu.
Intan membalikkan tubuh lalu melihat Badri yang keluar dari tokonya. Intan meneteskan air mata melihat Badri pergi dengan wajah yang sangat kecewa, ia sebenarnya tahu kalau itu Badri tapi apa mau dikata dia sudah milik orang lain dan nggak mungkin berpaling dari kekasihnya.
Badri mengayuh sepedenya dengan cepat. Hati Badri benar benar runtuh hancur berkeping-keping melihat Intan pujaan hatinya sudah menjadi milik orang lain. Sangking cepatnya Badri tiba tiba sulit mengendalikan sepedanya.
JEGEERR!! Badri tidak dapat menghindari lubang ditengah jalan. Badri tergelepak ke  aspal dengan tubuhnya yang berlumuran darah kepalanya pun terbentur hingga bocor. Badri di bawa kerumah sakit, tapi sayangnya semua itu terlambat. Nyawanya pun tidak dapat tertolong lagi. Badri meninggal dunia dengan meninggalkan kenangan yang pahit bersama Intan.

Tamat

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone