123, Example Street, City 123@abc.com 123-456-7890 skypeid

Sabtu, 23 Januari 2016

Nostalgila


Musim, malam, siang, bahkan waktu pun tidak akan bisa mengurai hangatnya persahabatan.

Persahabatan bukan hanya berawal dari sebuah jabat tangan menggelitik atau senyuman halus yang terulas dari lekukan bibir. Gue percaya bahwa persahabatan datang dengan sendirinya. Takdirlah yang membawa kita untuk mengikat sebuah persahabatan dengan segelintir orang. Mungkin dua sampai sepuluh tahun kedepan orang yang tidak pernah kita kenal sekalipun akan hadir dalam kehidupan kita dan akan menjadi sahabat baru. Begitu datangnya sahabat baru, sahabat lama tak akan pernah hilang. Mereka hanya menepi sejenak untuk mencari sahabat baru yang mereka butuhkan. Jika waktunya sudah tepat, sahabat lama akan tetap muncul dan merangkul kita kembali.
Begitulah yang gue alami ketika lima sahabat era gue sd kembali lagi berkumpul di rumah Empin. Sudah enam tahun semenjak lulus sd gue nggak pernah bertemu mereka dan nginep seperti ini. Akhirnya setelah melewati masa biru dan abu-abu, masa putih-merah kembali lagi berkumpul meski salah satu dari kami nggak bisa datang karena dia sedang mengabdi menjadi seorang the jak mania dan mendukung persija di malang. Semoga itu jalan terbaik buat dia. Amin.
Sekalinya kami ngumpul, rekaman-rekaman aksi berandalan masa sd kami ulas sebagai bahan pembicaraan. Mulai dari maling makanan dan minuman di warung, naik kereta nggak bayar kemudian akhirnya di tangkap pamsus stasiun, mendukung fauzi bowo dengan cara menyiram poster adang darajatun dengan air kecing atau menambahkan kumis diwajahnya, sampai hobi menjatuhkan pot bunga orang ketika melintas didepannya, dan masih banyak lagi tingkah konyol yang menjadi bahan tertawaan kami.
Tetapi dari semua kisah konyol yang kami lakukan, ada satu kejadian yang tak pernah gue dan lima sahabat gue lupakan sampai tua nanti, yaitu saat kami semua melempari rumah orang dengan nasi urap karena mencurigai rumah itu memelihara babi ngepet. Kecurigaan kami berawal dari rumahnya yang memiliki sebuah batu besar bertuliskan aksara cina, entahlah ada hubungan apa antara cina dengan babi ngepet, mungkin babinya sipit. Ditambah si Empin katanya pernah ngeliat sekelebat bayangan babi ngepet melintas di depan rumahnya (gua rasa sih ini cuma akal-akalan empin biar keliatan keren aja karena bisa ngeliat setan). Itulah yang membuat kami semakin yakin untuk melempari rumah itu dengan nasi urap.
“Lu inget nggak babi ngepet yang kita lemparin nasi urap waktu itu ?” tanya Odon  sambil menahan tawa.
“Bahahaha oh iya-iya yang terus paginya kita diomelin yang punya rumah. Gue rasa babi ngepetnya kenyang tuh makan urap” jawab gue asal.
“Palalu, orang babinya kepedesan, kena ranjau cabe rawit BAHAHAHa” seru empin seketika tawa terdengar dari kami semua.
Kami pun serempak tertawa dalam dekapan cerita babi ngepet dengan nasi urapnya.
Selain kisah konyol yang kami buat waktu era sd. Banyak pula perubahan yang dialami diri kami masing-masing. Mulai dari suara yang lebih membawa jiwa kebapak-bapakan dan udah nggak lagi terdengar imut-imut unyu seperti suara upin-upin, tinggi yang mulai menjulang melebihi pohon nangka, bulu-bulu halus yang mulai menggeliat dibawah hidung bahkan ada yang nyambung sampai kedalam ketek, dan sampai kami semua menasbihkan diri sebagai perokok aktif. Padahal waktu sd, kami pernah ketahuan ngerokok sampai akhirnya ibu kami main salah-salahan mencari siapa dalang yang membawa kami semua menghisap satu batang samsu yang dibeli dari patungan uang jajan dibelakang gedung sekolah.
Ada kehangatan kecil yang menyelimuti ngumpul kali ini. Sesuatu yang sudah lama hilang ditelan waktu. Ngumpul lebih berbeda dari biasanya. Mulai dari pembahasan mengenai masa-masa smp dan smk. Membahas orang-orang yang sama-sama kita kenal. Dunia begitu sempit memang. Sampai membahas cewek-cewek sd yang sekarang mulai mengalami pengembangan dada. Kami memang pemikir yang vulgar.
“Eh si anu sekarang anunya udah gedean ya. Gila dah, gondal-gandul coy”
“Itu bola basket apa bola voli ? gue rasa tumor tuh Bahahahaha”
“Jadi pengen nyusu...”
Ngga tahu kenapa selalu ada percakapan seperti ini dimana pun gue berada. Kenapa gue bisa terbelenggu ke dunia bokep seperti ini ??!! saalloh
Umur bertambah, pemikiran juga bertambah. Dulu kita cuma bisa ngobrolin, maen bola, maen petak umpet, besok ada pr apa nggak ?, sekarang obrolan jadi lebih intim. Ada yang membahas cewek, tawuran, pekerjaan, sampai pekerjaan sambil tawuran. Banyaklah obrolan yang terangkai selama ngumpul sampai pagi ditemani seteko kopi hangat dan satu bungkus rokok yang kami nikmati bareng-bareng.
Detak jam terdengar jelas ditengah obrolan kami. Pukul 04.30 pagi. Sambil main pes dan menonton film. Ngumpul kali ini tidak terasa sudah memakan setengah pagi. Kemudian  angin berhembus lewat celah pintu hawa dingin khas suasana pagi membuyarkan hangatnya nostalgia. Gue menghembuskan asap rokok yang menari-nari di depan wajah gue. Gue memandangi sahabat-sahabat gue bergantian. Tidaklah aneh memang melihat mereka-mereka ini sudah dewasa. Meski sudah lama tidak bertemu, kita masih sangatlah akrab. Tidak ada jaim ataupun jarak yang memisahkan obrolan kita. Masih sama seperti enam tahun yang lalu. Hanya umur dan kebiasaan kami saja yang membedakan dengan masa lalu.
Benar-benar nggak percaya, sudah selama ini berpisah akhirnya bisa berkumpul lagi. Enam tahun yang lalu gue cuma punya mereka sebagai sahabat sekaligus keluarga, sekarang sahabat gue sudah bertambah, bukan hanya mereka. Begitu pun mereka. Kami sama-sama punya sahabat yang berbeda. Namun sebanyak sahabat yang kita miliki, tali persahabatan yang telah kami ikat erat daridulu tak akan pernah lepas. Gunting atau gergaji tak akan bisa memutusnya. Sekuat apapun untuk melepaskan, sahabat tetaplah sahabat. Tidak akan pernah lenyap oleh waktu. Waktu bukanlah jarak, tetapi hanya pengingat bahwa kita masih punya sahabat dimasalalu. Seiring jalannya waktu sahabat kecil kita akan menjadi lebih besar. Kemudian semakin kecil pula waktu kita untuk bersama-sama. Jadi, memaksimalkan pertemuan adalah jalan terbaik untuk menghilangkan rasa rindu dengan kehangatan nostalgia bersama sahabat.
Mentari pagi menyapa kami. Saatnya kasur dirumah tidak sabar untuk dibuai lembut. Kami pulang dengan satu ‘TOS’ sebagai lambang sampai jumpa lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Pages

Super Stars

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Post

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Friendzone