Nostalgila
Musim, malam, siang,
bahkan waktu pun tidak akan bisa mengurai hangatnya persahabatan.
Persahabatan bukan
hanya berawal dari sebuah jabat tangan menggelitik atau senyuman halus yang
terulas dari lekukan bibir. Gue percaya bahwa persahabatan datang dengan
sendirinya. Takdirlah yang membawa kita untuk mengikat sebuah persahabatan
dengan segelintir orang. Mungkin dua sampai sepuluh tahun kedepan orang yang
tidak pernah kita kenal sekalipun akan hadir dalam kehidupan kita dan akan
menjadi sahabat baru. Begitu datangnya sahabat baru, sahabat lama tak akan
pernah hilang. Mereka hanya menepi sejenak untuk mencari sahabat baru yang
mereka butuhkan. Jika waktunya sudah tepat, sahabat lama akan tetap muncul dan
merangkul kita kembali.
Begitulah yang gue
alami ketika lima sahabat era gue sd kembali lagi berkumpul di rumah Empin. Sudah
enam tahun semenjak lulus sd gue nggak pernah bertemu mereka dan nginep seperti
ini. Akhirnya setelah melewati masa biru dan abu-abu, masa putih-merah kembali
lagi berkumpul meski salah satu dari kami nggak bisa datang karena dia sedang
mengabdi menjadi seorang the jak mania dan mendukung persija di malang. Semoga
itu jalan terbaik buat dia. Amin.
Sekalinya kami ngumpul,
rekaman-rekaman aksi berandalan masa sd kami ulas sebagai bahan pembicaraan.
Mulai dari maling makanan dan minuman di warung, naik kereta nggak bayar
kemudian akhirnya di tangkap pamsus stasiun, mendukung fauzi bowo dengan cara
menyiram poster adang darajatun dengan air kecing atau menambahkan kumis
diwajahnya, sampai hobi menjatuhkan pot bunga orang ketika melintas didepannya,
dan masih banyak lagi tingkah konyol yang menjadi bahan tertawaan kami.
Tetapi dari semua kisah
konyol yang kami lakukan, ada satu kejadian yang tak pernah gue dan lima
sahabat gue lupakan sampai tua nanti, yaitu saat kami semua melempari rumah
orang dengan nasi urap karena mencurigai rumah itu memelihara babi ngepet.
Kecurigaan kami berawal dari rumahnya yang memiliki sebuah batu besar
bertuliskan aksara cina, entahlah ada hubungan apa antara cina dengan babi
ngepet, mungkin babinya sipit. Ditambah si Empin katanya pernah ngeliat sekelebat
bayangan babi ngepet melintas di depan rumahnya (gua rasa sih ini cuma akal-akalan empin biar keliatan keren aja karena
bisa ngeliat setan). Itulah yang membuat kami semakin yakin untuk melempari
rumah itu dengan nasi urap.
“Lu inget nggak babi
ngepet yang kita lemparin nasi urap waktu itu ?” tanya Odon sambil menahan tawa.
“Bahahaha oh iya-iya
yang terus paginya kita diomelin yang punya rumah. Gue rasa babi ngepetnya
kenyang tuh makan urap” jawab gue asal.
“Palalu, orang babinya
kepedesan, kena ranjau cabe rawit BAHAHAHa” seru empin seketika tawa terdengar
dari kami semua.
Kami pun serempak tertawa
dalam dekapan cerita babi ngepet dengan nasi urapnya.
Selain kisah konyol yang
kami buat waktu era sd. Banyak pula perubahan yang dialami diri kami masing-masing.
Mulai dari suara yang lebih membawa jiwa kebapak-bapakan dan udah nggak lagi
terdengar imut-imut unyu seperti suara upin-upin, tinggi yang mulai menjulang
melebihi pohon nangka, bulu-bulu halus yang mulai menggeliat dibawah hidung
bahkan ada yang nyambung sampai kedalam ketek, dan sampai kami semua
menasbihkan diri sebagai perokok aktif. Padahal waktu sd, kami pernah ketahuan
ngerokok sampai akhirnya ibu kami main salah-salahan mencari siapa dalang yang
membawa kami semua menghisap satu batang samsu yang dibeli dari patungan uang
jajan dibelakang gedung sekolah.
Ada kehangatan kecil
yang menyelimuti ngumpul kali ini. Sesuatu yang sudah lama hilang ditelan
waktu. Ngumpul lebih berbeda dari biasanya. Mulai dari pembahasan mengenai
masa-masa smp dan smk. Membahas orang-orang yang sama-sama kita kenal. Dunia
begitu sempit memang. Sampai membahas cewek-cewek sd yang sekarang mulai
mengalami pengembangan dada. Kami memang pemikir yang vulgar.
“Eh si anu sekarang anunya
udah gedean ya. Gila dah, gondal-gandul coy”
“Itu bola basket apa
bola voli ? gue rasa tumor tuh Bahahahaha”
“Jadi pengen nyusu...”
Ngga tahu kenapa selalu
ada percakapan seperti ini dimana pun gue berada. Kenapa gue bisa terbelenggu
ke dunia bokep seperti ini ??!! saalloh
Umur bertambah,
pemikiran juga bertambah. Dulu kita cuma bisa ngobrolin, maen bola, maen petak
umpet, besok ada pr apa nggak ?, sekarang obrolan jadi lebih intim. Ada yang
membahas cewek, tawuran, pekerjaan, sampai pekerjaan sambil tawuran. Banyaklah
obrolan yang terangkai selama ngumpul sampai pagi ditemani seteko kopi hangat
dan satu bungkus rokok yang kami nikmati bareng-bareng.
Detak jam terdengar
jelas ditengah obrolan kami. Pukul 04.30 pagi. Sambil main pes dan menonton
film. Ngumpul kali ini tidak terasa sudah memakan setengah pagi. Kemudian angin berhembus lewat celah pintu hawa dingin
khas suasana pagi membuyarkan hangatnya nostalgia. Gue menghembuskan asap rokok
yang menari-nari di depan wajah gue. Gue memandangi sahabat-sahabat gue
bergantian. Tidaklah aneh memang melihat mereka-mereka ini sudah dewasa. Meski
sudah lama tidak bertemu, kita masih sangatlah akrab. Tidak ada jaim ataupun
jarak yang memisahkan obrolan kita. Masih sama seperti enam tahun yang lalu.
Hanya umur dan kebiasaan kami saja yang membedakan dengan masa lalu.
Benar-benar nggak
percaya, sudah selama ini berpisah akhirnya bisa berkumpul lagi. Enam tahun
yang lalu gue cuma punya mereka sebagai sahabat sekaligus keluarga, sekarang
sahabat gue sudah bertambah, bukan hanya mereka. Begitu pun mereka.
Kami sama-sama punya sahabat yang berbeda. Namun sebanyak sahabat yang kita
miliki, tali persahabatan yang telah kami ikat erat daridulu tak akan
pernah lepas. Gunting atau gergaji tak akan bisa memutusnya. Sekuat apapun
untuk melepaskan, sahabat tetaplah sahabat. Tidak akan pernah lenyap oleh waktu.
Waktu bukanlah jarak, tetapi hanya pengingat bahwa kita masih punya sahabat
dimasalalu. Seiring jalannya waktu sahabat kecil kita akan menjadi lebih
besar. Kemudian semakin kecil pula waktu kita untuk bersama-sama. Jadi,
memaksimalkan pertemuan adalah jalan terbaik untuk menghilangkan rasa rindu
dengan kehangatan nostalgia bersama sahabat.
Mentari pagi menyapa
kami. Saatnya kasur dirumah tidak sabar untuk dibuai lembut. Kami pulang dengan
satu ‘TOS’ sebagai lambang sampai jumpa lagi.
0 komentar:
Posting Komentar