Tentang Pencarian
Pencarian bukan
sebatas lewat google atau media social.
Selalu ada perjalanan yang kerap penuh dengan tantangan yang akan selalu
menghadang di depan mata.
Setiap kali mencari
barang-barang yang gue lupa terakhir kali meletekannya. Pasti gue selalu
melancarkan pertanyaan ke nyokap “Mak, anuan paskal dimana ?” dan nyokap akan
menjawab dengan ketus sedikit berteriak “Cari dulu pake mata!”. Terus-menerus begitu
sampai gue benar-benar nggak mendapatkan barang yang gue cari, lalu nyokap akan
memeriksa tempat pencarian gue. Ajaibnya, nyokap selalu menemukan barang yang
gue cari. Entah, apakah memang setiap emak-emak memiliki kemampuan pencarian
barang diatas rata-rata dari makhluk hidup lainnya atau guenya aja yang nggak
benar-benar mencari dengan teliti.
Kejadian seperti itu
tidak terjadi sekali atau dua kali. Tapi bisa berkali-kali sampai gue nggak
tahu berapa kali nyokap harus menembus telinga gue dengan umpatannya “Makannya, cari tuh pake mata! Jangan pake
dengkul!” Kalau sudah begitu gue hanya bisa cengengesan sambil garuk-garuk pantat
(FYI, gue suka lupa kalau abis berak itu harus cebok).
Seperti halnya tadi
siang sebelum sholat jumat. Setelah mandi dan memakai perlengkapan anak masjid
seperti baju koko, sarung, dan uang dua rebu rupiah buat dimasukin ke kotak
amal. Ketika becermin di depan kaca, penampilan gue seperti ada yang kurang
dari tempatnya. Rasanya ada yang hilang dari kedudukannya. Gue mikir sambil
meneliti seluruh bagian tubuh gue yang kurang. Rambut ? udah di semir pake pomade, muka ? udah begini aja nggak
bisa dirubah-rubah lagi. Kuku ? udah rapih di warna-warnain pake kutek. Bibir ?
ya, boleh lah poles lipstick sedikit. Buset apaan ya yang kurang. Gue masih
menekuri tubuh gue yang masih kurang dengan perangkat solat jumat ini.
Sekedar melupakan
perangkat yang sepertinya tidak terlalu penting-penting amat, gue segera
meluncur keluar rumah. Saat menutup pagar, tetangga gue lewat mau berangkat
solat jumat juga. Dia menyapa gue kemudian gue menyapanya balik. Gue memandangi
dia dari belakang. Kendati bukan memandangi bapak-bapak itu karena cinta, gue
mulai paham dan tahu bahwa dari tadi yang gue lupain adalah kopiah. Nah, kopiah
hitam kesayangan gue.
Gue masuk lagi kedalam
rumah. Membuka lemari dan mencari-cari kopiah yang telah tertinggal itu.
Maafkan aku kopiah karena ku telah melupakanmu. Gue mencari ditumpukkan baju
yang tersusun rapih setelah di setrika dua hari yang lalu. Gue mengobrak-abrik
sampai tumpukan baju itu benar-benar menjadi berantakan. Tidak ada. Semua baju,
celana, kancut, dan bh di lemari gue sudah dipisahkan di luar lemari. Sayangnya
kopiah itu nggak bisa gue temukan. Merasa gagal dalam pencarian seonggok
kopiah. Akhirnya gue mengambil insiatif terakhir yang seharusnya gue hindari jauh-jauh.
Karena gue akan menjadi bahan maki-makian nyokap kalau sampai dia tahu kalau
gue lagi-lagi lupa meletakkan barang pada tempatnya. Belum lagi kalau nyokap
yang menemukan kopiah gue yang hilang itu, pastinya gue akan dicincang-cincang
dengan kalimat mautnya. Ah, bodoamat. Pilihan terakhir pun gue putuskan. Tanya
nyokap. Sebenarnya pilihan ini lebih sulit daripada memilih duluan telor atau
ayam.
“Mak, ngeliat kopiah aku
nggak ?” tanya gue dengan suara agak keras pada nyokap yang sedang asoy tiduran
sambil megang remot dan nonton film india. Kalau gini sih sama aja kayak
bangunin singa tidur.
“Cari dulu pake mata!”
kalimat itu lagi-lagi keluar dari mulut nyokap dan menerjang kuping gue tanpa
permisih.
“Udah dicari tapi nggak
ada mak” kilah gue.
“Cari dulu pake mata!”
ujar nyokap lagi dengan ketus.
“Beneran dah, ini udah
aku bongkar seisi lemari tapi nggak ada juga kopiahnya. Udah mau adzan jumat
nih. Dipake bapak kali ya ?”
Nyokap berdiri dari
tapuk singgah sananya. Melempar remot ke sembarang tempat. Dengan muka garang
secantik Sofiala Jubah lagi marah lalu menghampiri gue.
“Lupa mulu sih! Awas
lo” nyokap menyibak gue dari depan lemari. Mencari dengan gesit. Tangannya
menari-nari ganas didalam lemari. Sepertinya nyokap cocok jadi tim SAR nih.
Gue hanya bisa menunggu
nyokap mendapatkan kopiah. Sembari berharap kopiah itu ditemukan. Tetapi disisi
lain dalam benak gue bilang, “Mudah-mudahan nggak ketemu. Kalo ketemu, habislah
gue”
Nyokap tampaknya
nyerah. Terlihat dari wajahnyanya yang menampakkan kegagalan. Kemudian nyokap
mendongak ke atap lemari. Wajahnya melukiskan seringai kejam. Ada pesan
kengerian dibalik senyuman itu. Dan tampaknya nyokap sudah menemukan kopiah
yang gue cari. Betul saja, ketika mata gue tertuju pada atap lemari, dengan
kampretnya kopiah itu bertengger terbalik. Penuh debu dan tampak usang. Nyokap
merenggut kopiah itu sebelum gue mendapatkannya lalu kabur sebelum nyokap
mengatakan hal-hal yang nggak ingin gue denger.
Nyokap menyibakkan debu
di kopiah dengan tangan kirinya. Lalu menyodorkannya kearah gue. Matanya
sedikit nyalang. Lalu kata-kata itu pun muncul tanpa gue persiapkan mental
terlebih dahulu.
“Ini apaan ?” tanya
nyokap seperti pertanyaan dari polisi ketika sedang menilang ‘anda tahu
kesalahan anda ?’
“Kopiah mak” gue
merenggut kopiah itu pelan dari genggaman tangan nyokap, tidak melihat kedua
mata nyokap yang mulai berapi-api.
“Makannya!---” dengus
nyokap lalu melanjutkan kalimat yang kurang penjelasan ngeri itu “Makannya
nyari tuh pake mata! Jangan pake dengkul! Bisanya mak-mek-mak-mek doang”
“Iya mak. Iya maaf” gue
menyalimi tangan nyokap. Mencium punggung tangannya lalu pergi secepat mungkin
dari rumah ke masjid sebelum nyokap menambah kalimat-kalimat yang sedikit demi
sedikit menyayat gendang telinga gue.
“Assalammulaikum”
teriak gue seraya menutup pagar hingga menimbulkan bunyi gemeletuk keras.
Sampainya di masjid,
gue duduk bersila menyalimi bapak-bapak yang berada di samping kiri kanan gue.
Untaian senyum mengiringi jabat tangan gue pada mereka. Setidaknya meskipun
senyum gue rada senikmat asam kecut cuka bakso, bapak-bapak ini merasakan hangatnya
telapak tangan gue yang seringkali gue gunakan sebagai penggaruk pantat saat menemani gue untuk tidur
nyenyak.
Gue duduk sambil
memainkan kuku yang panjang pendeknya tidak beraturan. Membersihkan kotoran
hitam dari sela-sela kuku lalu menciumnya. Jijik sih, tapi enak sih. Kemudian
serangkaian penghilang bosan dilanjutkan dengan mengelupas kulit samping kuku
yang menimbulkan efek perih yang sangat amat dahsyat. Sial berdarah, gue ambil
wudhu lagi lalu duduk di tempat yang berbeda. Menunggu adzan dan khotbah, gue
duduk tepekur memandangi ka’bah yang tersulam indah di lembaran sajadah.
Memandanginya seraya mengingat sedikit memori ketika kopiah gue nggak bisa
ditemukan tetapi nyokap mampu menjadi penyelamat dari pencarian tersebut.
Ternyata ketika
pencarian kita harus benar-benar detail dan
nggak gampang putus asa. Tidak hanya
sekedar mencari, nggak ketemu, lalu menyerah begitu saja. Semua yang berkaitan
dengan mencari kadang-kadang memang menyusahkan. Terutama mencari pasangan.
Sial, lagi-lagi gue mengaitkan ini dengan cinta.
Begitulah, cinta sama
kayak bola. Harus dikejar bukan ditunggu. Harus dicari bukan didiamkan. Perlu
aksi pencarian yang cermat dan teliti dalam prosesnya. Meski akan memakan waktu
yang panjang, percayalah pencarian nggak akan membohongi kita. Akan ada hasil
yang melegakan dibaliknya. Akan ada jiwa yang senantiasa mengisi hati kita jika
benar-benar mencari dengan tulus. Pentingnya ketulusan ketika mencari adalah
supaya tidak ada kata lelah yang menghalangi.
Segala sesuatu di dunia
ini butuh pencarian. Untuk mendapatkan nilai dalam soal matematika seorang professor yang
kepalanya botak sampai mengkilap kaya bodi mobil Porsche sekali pun perlu
menggunakan pencarian yang kongkrit untuk mendapatkan hasil yang absolut. Cinta
itu absolut. Mutlak pada sebuah kesan bernama kasih sayang. Jika pencarian kita
sukses pada seseorang yang menurut kita pantas untuk mengisi ruang kosong
dihati. Mulai saat itulah kita harus benar-benar berhenti mencari. Berhenti
berkilah bahwa kita membutuhkan cinta ini dan itu. Berhenti pula membutuhkan
kasih sayang ini dan itu. Pencarian adalah proses. Hasil adalah harta karunnya.
Jadi, carilah yang ideal dengan detail
sehingga harta karun itu akan menjadi keindahan dan kenyamanan di dalam kebersamaan yang biasa disebut cinta.
0 komentar:
Posting Komentar